19

49 2 0
                                    

"Kartu nama" Reva membolak balik kartu itu sampai dia menemukan sebuah nama,

"rayyan Handoyo,fotografer" gumannya membaca kartu nama itu.

"Jangan jangan ini pacarnya Tante Shaila"

"gue harus selidikin dulu, gue ambil aja
deh" Reva lansung memasukkan kartu
nama itu di saku baju tidurnya.

Saat akan berjalan keluar kamar terdengar suara mobil dari luar, Reva buru buru keluar dari kamar itu kalau naik ke kamarnya sendiri menyimpan kartu
nama itu di tempat yang aman.

"REVAA!! REVA! Keluar kamu" teriakan memanggil nama Reva membuat Reva bangkit darl duduknya berjalan keluar dari kamar.

"Reva dimana kamu, keluar" Reva
turun dari lantai dua berjalan ke arah
sang ayah yang sedari tadi meneriakinya
sambil menunduk. Seolah anak polos
yang lemah.

"ya" ucapnya singkat

Plak

Sebuah tamparan keras lagi " kenapa kamu tidak masuk sekolah, mau
jadi apa kamu baru satu hari masuk
sudah berani bolos" teriakan menggema
di dalam rumah itu,

"Reva telat" datarnya

"Memangnya apa yang kau lakukan di malam hari, jual diri sentak"sang ayah, Reva hanya diam.

"Pergi kamu jangan pulang sebelum
kamu sadar kesalahanmu" usir sang
ayah Tanpa melihat Reva Sedangkan sang ibu tiri Shaila tersenyum mengejek ke arahnya.

"Rasakan kamu, nga sia sia aku nyuruh bibi tidak membangungkan dia saat tau dia pulang larut tadi malam,silahkan pergi dari rumah ini,kalau bisa tidak usah kembali" guman dalam hati
Shaila.

"lya" "kamu bisa menang sekarang
tapi tunggu sampai saya buat kamu
tidak akan bisa menginjakkan kaki lagi di
rumah ini.

Reva berjalan ke arah kamarnya mengganti baju lalu keluar dan pergi dari
rumah itu, sudah sering seperti ini bahkan hampir setiap hari itulah kenapa
Reva membeli apartemen karena sang
ayah akan sering menyuruhnya pergi
ketika marah atau setelah menyakitinya
maka dia akan pergi dan kembali apa
bila lukanya sudah sembuh, kembali
untuk di sakiti lagi.

Kali ini Reva tidak lansung pulang
ke apartemennya dia mengingat kartu
Nama yang di temukan di kamar orang tuanya dia akan mendatangi alamat
yang tertera di kartu Itu.

"Lumayan jauh kalau dari sini bisa
makan watu satu Jam" guman Reva tapi
tidak mengurungkan niatnya untuk tetap ke sana.

Satu Jam berlalu Reva sampai di sebuah studio yang tidak besar juga tidak kecil sederhana tapi mewah,lumayanlah untuk ukuran studio fotografer. Reva turun dari motor dan berjalan masuk ke dalam di dalam terdapat sebuah kursi seperti kursi tunggu dia duduk, tapi tidak lama
seseorang menghampirinya.

"Maaf mbak ada yang bisa di bantu"
tanyanya sopan, sepertinya dia pegawai

"Hmm, ya saya boleh bertanya"
tanya Arumi

"Boleh mbak mau tanya apa"

"Fotografer disini kalau boleh tau
siapa yah"

"Fotografer disini ada 3 orang
mbak" jawab pegawai itu

"Kalau boleh tau namanya siapa
aja" Reva berusaha bertanya Tampa terlihat kalau dia sedang mencari seseorang dengan bertanya seperti ini
orang tidak akan curiga kalau ternyata
dia bertanya tentang seseorang.

"Ada Feli, Bima, sama Rayyan" ucap
pegawai itu

"Oh iya mbak, Rayyan Handoyo bukan
yang tadi" tanya Reva seolah dia familiar dengan nama itu, padahal dia memang tidak tau tapi dia berusaha memancing.

"lya mbak bener"

"Oh iy-"

"Itu mbak orangnya yang baru
keluar, yang pake baju biru itu Rayyan"
jelas pegawai itu sambil menunjuk Rayyan.

"Kalau dua yang mbak sebutin tadi
orangnya yang mana" tanya Reva basa
basi agar tidak terlihat kalau dia memang mencari Rayyan.

"itu mereka bertiga mbak,yang putih
Itu Feli dan yang merah itu Bima" jelasnya lagi.

"oh yaudah mbak makasi yah"

"lya mbak"ucap pegawai itu lalu
Pergi dari sana.

vote kalian
semangat aku
♥(。→v←。)♥

QUEEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang