4. Merasa Memiliki Keluarga

178 48 9
                                    


Anin mengundang Saddam makan sebagai tanda terima kasih bahwa anak laki-laki itu selalu mengantar putrinya pulang. Juga menunggu Cassandra di tempat les. Sekalipun itu hujan, tapi anak itu tidak pernah absen mengantar dan menjemput Cassandra.

Dia mengawasi kalau anaknya punya hubungan. Tidak ingin jika dia salah lagi dan mendidik Cassandra dengan baik. Takut kalau anak gadisnya melakukan hal yang serupa dengannya.

Anak itu makan dengan lahap, dilihat dari ekspresi begitu bahagia saat bercanda dengan Cassandra. Memang terlihat ada raut kesepian dari anak itu. tawanya pecah ketika sedang makan dengan Cassandra.

Derita Saddam yang sepertinya dimengerti oleh Anin. "Kalau ada apa-apa, kamu sering-sering saja ke rumah ini. Mau makan, belajar, silakan!"

Saddam menatap. "Yang benar Tante?"

"Ya, asal kamu jangan ke sini kalau Tante lagi nggak di rumah."

Saddam mengangguk. Lalu mereka berdua lanjutkan makan, Anin hanya mencoba mengerti dengan suasana. Jangan sampai Cassandra nanti terlibat terlalu dalam ke hidupnya Saddam yang mungkin memang rumit dari segi orangtua. Sedangkan Cassandra sering cerita kalau dia begitu bersyukur tidak diaborsi oleh Anin dulu.

Bagaimana mungkin Anin aborsi, saat bayi itu diinginkan oleh pria yang tiba-tiba menghilang, lalu saat Anin lahir. Pria itu telah meninggal dunia. Dia tidak ditinggalkan, tapi kabar buruknya karena pria itu meninggal. Anin pun datang ke rumah sakit waktu itu.

Selesai makan, Anin bereskan bekas makan mereka. Dua anak itu sedang belajar bersama. Anin mengawas dari jauh saja soal anaknya. Pada saat dia sedang cuci piring, Cassandra datang mengambil air. "Ma, ini airnya panas, kan?"

"Dicampur sama air biasa saja, nanti hangat kok."

Cassandra mengangguk dan mengisi gelasnya dengan air panas dan dicampur dengan yang dingin. "Kamu yang minum?"

Cassandra berbalik. "Saddam mau minum obat, Ma."

"Bukannya dia mau pulang, ya?"

"Ya, Ma. Abis minum obat dia mau pulang."

"Tapi bahaya kalau minum di sini, terus dia kendarai motor sayang."

Anin keluar dari dapur untuk mengingatkan anak itu tidak meminum obat. Efek samping dari obat biasanya adalah mengantung. "Saddam, kamu mau minum obat?"

"Ya, Tante."

Lalu dia duduk di dekat anak itu. "Obat apa?"

Saddam mengangkat obat itu. "Obat diare."

Dia pikir kalau Saddam akan konsumsi obat depresan. "Kamu diare?"

"Makanannya kepedasan."

Anin merasa tidak enak setelah anak itu menjelaskan bahwa dia tidak bisa makan pedas. "Ya ampun, Tante minta maaf, Saddam. Nggak tahu kalau kamu nggak bisa makan pedas." Karena Cassandra juga tidak bilang.

"Terus kamu dapat obat dari mana?"

"Itu barusan Cassandra beliin."

Dia melihat ke arah anaknya yang tidak bicara soal Saddam tidak suka makan pedas. Karena dia tahu bahwa makan siang anaknya selalu dimakan bersama dengan Saddam. Melihat reaksi anak itu juga rasanya tidak enak. Sambil memegangi perutnya. "Ya udah kalau gitu kamu minum obat! Istirahat aja di sini dulu."

Dia biarkan Saddam meminum obatnya karena tidak tega melihat anak itu kesakitan. Dia kembali lagi ke dapur untuk selesaikan pekerjaan yang tertunda barusan. Anin juga menyiapkan makanan yang mungkin bisa dibawa pulang oleh Saddam nanti.

Kado Untuk CassandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang