Berulang kali Bima memastikan kepada adiknya kalau tidak ada perasaan yang dirasakan oleh Saddam pada Cassandra. Takut jika adiknya jatuh cinta kepada gadis kecil yang merupakan anaknya Bima sendiri. Bagaimana reaksi Saddam juga ketika tahu kalau Cassandra adalah anak yang dulu pernah dicari oleh Bima sampai dia hampir gila. Tapi terhalang oleh masalah yang menimpa keluarga mereka.
Hari ini ada rencana makan siang bareng dengan Saddam juga Cassandra. Sengaja dia meminta anak gadis itu untuk diajak oleh Saddam karena ingin menebus kesalahannya yang tidak bisa datang ke ulang tahun waktu itu.
Gadis cantik tanpa polesan yang sekilas mirip juga dengan Saddam. Ia menunggu gadis itu ganti seragam agar bisa bermain dengan sepuasnya hari ini.
Cassandra keluar dari toilet yang ada di ruangan Bima. “Sudah izin sama Mama kalau pergi hari ini?”
“Sudah kak.”
Panggilan ‘kakak’ itu membuat Bima tersenyum. Seharusnya anak gadisnya memanggilnya dengan sebutan 'papa’ Bima menahan sedihnya ketika melihat gadisnya tumbuh dengan baik oleh Anin.
“Mau makan apa?”
“Sushi enak nggak?”
“Lo nggak pernah makan?” tanya Saddam dengan nada yang meledek.
Bima melihat keduanya akrab. Seolah tidak ada jarak di antara mereka berdua. Bima bisa berdusta kalau hatinya baik-baik saja. Sebenarnya dia ingin memeluk juga menangis melihat gadis di depannya bisa tertawa dengan lepas. Munafik jika hatinya tidak sakit melihat anaknya tidak tahu siapa yang sekarang bersama dengannya.
Bima tidak perlu meminta tes DNA kepada Anin. Dia tidak meragukan Cassandra, sekalipun mereka bertemu lalu Anin meminta pertanggung jawaban. Bima tidak akan menolak. Tapi tidak bisa muncul begitu saja di depan wanita itu.
Hatinya pasti sakit, ada kebencian yang dirasakan dalam diri Anin. Suatu saat, ketika Cassandra tahu mengenai dirinya. Dia akan datang langsung kepada Anin, menemui wanita itu dan menjelaskan masalah yang terjadi antara mereka berdua.
Pertengkaran dua orang di depannya ini tidak selesai. Entah kenapa mereka bisa berteman, sedangkan saat seperti ini. Keduanya bertengkar dengan hebat. Keduanya berdebat soal makanan.
“Kita cari sushi.”
Cassandra bersorak hore saat mendengar ucapan Bima barusan. Adiknya juga terlihat bahagia sejak ada Cassandra. Tapi masih belum bisa cerita sekarang, siapa gadis kecil ini sebenarnya.
Saddam memesan makanan juga. Mereka seperti saingan untuk makan banyak. “HP yang waktu itu sudah ganti?”
“Sudah kak. Aku suka. Mama bilang balikin karena kemahalan, tapi aku bilang ini hadiah berharga. Terus ... soal kalung. Mama tanyain, kenapa minta kalung.”
Bima tersenyum kalau ingat kalung yang diberikan untuk gadis itu memang berharga. Harganya juga cukup mahal, tapi bukan berarti Bima perhitungan. Selembar pakaian untuk Cassandra tidak dia berikan ketika anaknya masih bayi. Ketika beranjak remaja, dia berikan kalung yang mengingatkan anaknya terhadap orangtuanya.
“Kok nangis?” Dua bulir air mata jatuh menetes ketika Bima tanyakan soal alasan anaknya menangis.
Buru-buru Cassandra menyeka air matanya. Bima meminta Cassandra untuk pindah tempat. Dia lihat juga reaksi Saddam yang kasihan terhadap gadis ini. “Kangen Papa.” Ucap gadis itu.
Dalam hatinya Bima, dia juga menangis dalam hati memeluk anaknya sendiri tanpa tahu siapa dirinya sebenarnya. Bima melihat adanya Saddam di sana. Tidak mungkin ada pengakuan mengejutkan. Karena Saddam juga sedang dalam pengobatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kado Untuk Cassandra
Teen Fiction"Anak haram dan anak broken home kan nggak ada bedanya. Sama-sama nggak terdidik." Arsyila menertawakan Cassandra yang tidak pernah bertemu dengan ayahnya sedari bayi. Sementara nasib Saddam adalah anak brokenhome jadi sasaran empuk gadis itu untuk...