32. Damai Dengan Masa Lalu

160 50 3
                                    

Dua anak itu sedang libur usai semester. Sekarang mereka sibukkan diri untuk membuat taman di belakang rumah untuk menanam bunga juga buah-buahan yang mudah berbuah. Dilakukan oleh Saddam yang mengajak Cassandra untuk beraktivitas setelah selesai ulangan kenaikan kelas.

Usai menyiram tanaman, keduanya dipanggil untuk sarapan. Cassandra mencuci tangan duluan. Lalu disusul oleh Saddam. "Hari ini mau ke mana lo?" tanya Saddam saat menggosok sabun cuci tangan.

"Nggak usah ke mana-mana deh. Lagi malas pergi. Enakan di rumah."

Saddam tidak menanggapi, dia kemudian membantu Anin di dapur untuk mengambil makanan. Cassandra juga membantu mamanya. "Cassandra, bangunin Papa gih!"

Kebiasaan, sekarang yang susah sekali bangun adalah papanya. Pria itu memang selalu telat bangun setelah menikah. Jadi, Cassandra memakluminya.

Sampai di kamar papanya. Dia melihat Bima masih terlelap sambil memeluk guling. "Papa, bangun!"

Tidak lama, Saddam muncul. "Lebih keras, Cassandra. Papa kamu nggak bakalan bangun kalau kamu cuman gituin."

Saddam membantunya membangunkan Bima. "Papa nggak ke kantor?" tanya Cassandra ketika Bima bangun.

Bima merenggangkan ototnya. "Kayaknya nggak, Papa lagi malas."

Kedua anak itu langsung keluar dari kamar Bima. Kembali lagi ke meja makan. Di sana ada Rifky yang sedang menikmati secangkir kopinya juga dengan kue jahe yang selalu disediakan oleh Anin.

Sebagai seorang menantu, Anin terbilang sangat pandai untuk menyatukan keluarga ini. Cassandra mengakui keahlian mamanya. Buktinya, kakeknya pun suka dengan kue jahe yang dibuatkan oleh Anin tersebut.

Bima kemudian muncul setelah keduanya memanggil tadi. "Telat bangun mulu kamu, Bim." Sindir Rifky.

Pria itu hanya menyengir. Sedangkan Cassandra tahu, pasti suami istri melakukan apa di malam hari. Apalagi papanya sudah menunggu belasan tahun. Wajar telat bangun.

Tapi raut wajah bahagia yang selalu Anin perlihatkan setiap harinya membuat Cassandra sadar, kalau wanita itu sedang bahagia dengan pernikahannya. Sekarang, mamanya sering menghabiskan waktu di dapur. Membuat makanan-makanan enak, atau kue-kue yang disajikan untuk mereka. Cassandra menyukai keahlian mamanya dalam memasak.

Ketika mereka baru saja selesai sarapan. Tiba-tiba mereka semua menoleh ke arah Anin yang berlari dan muntah.

"Ma?" panggil Cassandra dengan pelan.

"Kekenyangan mungkin." kata Bima dengan tenang.

"Paling hamil, Bim." Kata kakeknya.

Ya, wajar saja kalau Anin hamil. Tidak lagi perihal hamil di luar nikah. Sebab orangtuanya menikah sehari sebelum mereka ulangan tengah semester, lalu kemarin mereka ulangan akhir semester, jaraknya beberapa bulan. Mungkin memang benar kalau sekarang Anin sedang hamil.

Mereka bertiga menyaksikan reaksi Bima yang langsung menyusul Anin yang muntah. "Kamu baik-baik aja?"

"Ajak ke dokter aja, Bim. Mana tahu beneran hamil, kan. Toh kalian udah nikah beberapa bulan."

Cassandra melihat papanya yang salah tingkah dengan sindiran Rifky. Padahal wajar kalau memang Anin hamil. Mereka juga menikah baik-baik. Cassandra juga senang kalau itu memang terjadi. Penantian orangtuanya bisa segera terpenuhi.

Justru Anin kembali muntah. "Papa, hari ini nggak ke kantor?"

"Pergi, bentar lagi berangkat." Jawabnya Rifky ketika Saddam bertanya hari mengenai kegiatan orangtuanya.

Kado Untuk CassandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang