10. Rencana Menjodohkan

174 54 13
                                    

Tambahkan ke perpustakaan kalau kalian suka. 

 Anin melihat kedekatan anaknya dengan kakaknya Saddam. Ada rasa yang tidak bisa dia jelaskan juga kepada anak gadisnya. Khawatir kalau terjadi apa-apa terhadap keduanya. Apalagi Cassandra masih di bawah umur. Ia hanya merasa takut kalau anaknya jatuh cinta sekarang.

Cassandra masih kecil, bagi Anin juga tidak pantas kalau anaknya jatuh cinta terhadap orang yang begitu baik dan sudah memperlakukan dengan luar biasa. Memintakan izin kepada Anin mengenai Cassandra akan study tour ke Singapura. Memang waktu itu dia mengatakan akan berusaha sebisa mungkin terhadap Cassandra. Tapi anaknya pernah mengatakan jika dia tidak akan pergi.

Sekarang, ada Bima yang mengatakan kalau dia ingin meminta izin untuk Saddam.

"Aku khawatir dia menemukan penggantimu, Bim. Apalagi nama orang itu sama denganmu. Aku khawatir dia akan melupakanmu sebagai papanya."

Anin merasa sedih saja kalau anaknya sudah mulai bahas Bima yang tidak terlalu disukai oleh Anin. Karena itu akan membuat dia mengingat masa lalunya lagi. Cintanya terlalu besar untuk mengingat semuanya. Anin yang dulu sempat menangis sejadi-jadinya merasa dunianya berhenti berputar ketika Bima pergi meninggalkan dunia.

Entah kenapa juga anaknya bisa berteman dengan Saddam sebaik itu. Pertama kalinya sang anak punya teman dengan pertemanan yang begitu baik. Tidak seperti biasanya, Cassandra juga paling sering di skors karena berkasus dengan Arsyila. Dia sudah terbiasa dengan anak gadis yang punya kekuasaan di mana-mana. Kalau pun yang salah adalah Arsyila, tapi Cassandra yang akan tetap kena.

Anaknya akan pergi selama satu minggu penuh ke Singapura dengan menemani Saddam di sana.

"Mama."

Anin yang ada di kamarnya seketika keluar mendengar anaknya memanggil. Pasti ingin bicara, karena sebelum tidur. Mereka sering mengobrol dulu untuk kedekatan mereka. Karena tahu kalau dirinya sudah sibuk, dia tidak bisa awasi anaknya.

Cassandra masuk ke kamarnya, Anin buru-buru menutup dompet yang di sana ada fotonya Bima. Takut kalau anaknya tahu jika dia masih memikirkan pria itu.

"Kalau aku ke Singapura nanti. Mama nggak apa-apa sendirian di sini?"

Dia tidak masalah, asalkan anaknya bisa senang di sana dan mengikuti kegiatan dari sekolah. "Nggak apa-apa. Mama bisa kerja, nanti kan bisa hubungi Bima kalau mau tanya soal kamu."

"Mama jangan khawatir, ya! Dia baik banget soalnya."

Anin mulai merasa tidak enak kalau anaknya bahas orang itu lagi. "Kamu nggak risih dekat dengan Saddam? Keadaan kita yang begini, Cassandra."

"Ma, bukan aku yang mau dekat-dekat. Tapi Om Bima yang minta aku tetap awasi Saddam. Mama tahu sendiri Saddam itu sakit."

"Kenapa bilang Om? Harusnya kamu panggil dia kakak."

Cassandra menyengir. "Nggak deh, Ma. Soalnya lebih enak dipanggil Om. Mama jangan khawatir, aku nggak jatuh cinta sama keduanya kok. Om Bima itu juga nggak aneh-aneh."

Tahu kalau pasti anaknya dijaga dengan baik. Tapi namanya orangtua tetap ada kekhawatiran yang mendalam. Terutama kalau dia belum pernah temui Bima. Alamat kantor yang diberikan pun tidak asing. Seperti nama perusahaan yang sering kerjasama dengan perusahaan tempatnya bekerja.

"Ya udah, Mama khawatirkan itu aja."

Cassandra seperti ingin mengatakan sesuatu. Tapi anaknya menahan itu. Anin tahu anak gadisnya yang begitu banyak rahasia yang tidak pernah dikatakan. "Mau ngomong apa sayang?"

"Ma, mau nggak nikah? Aku bantu carikan pasangan."

Anin tertawa mendengar perkataan anaknya. Andai Cassandra tahu hatinya Anin sudah lama mati. Mungkin anaknya tidak akan pernah bahas itu. Ia juga akan menerima tawaran orangtuanya untuk menikah dengan seorang pria yang mereka kenalkan.

Kado Untuk CassandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang