Rifky ada di ruang kerjanya, deretan foto Saddam berjejer di ruangan itu. Hanya dia dan asisten yang bisa masuk ke ruangan ini. Seluruh isi ruangannya penuh foto Saddam dan juga Bima.
Foto Saddam ketika lahir, belajar merangkak, belajar berjalan, naik sepeda dan juga saat pertama kali masuk sekolah. Juga prestasi anaknya di bidang basket di sekolah tidak diragukan lagi. Mulai dari Bima, hingga Saddam memiliki hobi yang sama.
Dia menatap foto itu sambil berdiri, memasukkan kedua tangannya di saku celana. Dilihatnya foto terbaru Saddam ketika timnya menang basket, juga foto anaknya pamer motor baru yang selalu dikirim oleh Bima. Meski dia mengabaikannya, tapi Rifky mencetak foto itu diam-diam dan memajangnya di ruang kerja yang ada di rumahnya.
Tok tok tok
Dia berbalik. "Masuk!" mendengar suara ketukan pintu dan itu adalah Irjan yang masuk ke dalam ruang kerjanya. Pria itu langsung menutup pintu dan menguncinya. Karena dari tadi yang ditunggu oleh Rifky adalah anak buah sekaligus tangan tangannya. "Duduklah!"
Informasi yang selalu didapatkan selalu mengenai Saddam dari Irjan.
Pria itu duduk dan seperti biasa, mengeluarkan foto-foto hasil mengikuti Saddam dari belakang. "Siapa gadis ini?"
Rifky pernah melihat anaknya datang ke kantor dan membawa gadis cantik itu. "Namanya Cassandra, teman sekolahnya. Sekarang mereka cukup dekat, Saddam juga sering diundang ke rumahnya Cassandra oleh ibunya. Menurut informasi yang saya dapatkan, Cassandra adalah anak yatim yang dibesarkan oleh ibunya secara tunggal. Menurut informasi paling valid, anak ini lahir tanpa adanya seorang ayah, atau bisa dikatakan tanpa pernikahan. Mungkin suatu kesalahan terjadi di masa lalu. Saddam betah di rumah itu dan sering makan malam di sana karena undangan wanita tersebut."
Agak mengejutkan mendengar anak keduanya yang mendapatkan perhatian dari wanita lain. sementara ibu kandungnya Saddam sibuk dengan yang lain. "Ibu Cassandra kebetulan bekerja di salah satu perusahaan cabang milik Bapak."
Ketika dia melihat foto itu. Rifky melihatnya dengan seksama. Dan wajah wanita itu memang tidak asing baginya ketika di kantor. "Ini adalah tiket untuk hari Sabtu, turnamen Saddam. Apakah Anda akan datang lagi?"
Rifky sudah mendapatkannya dari Bima waktu itu. "Saya tidak akan pernah melewatkan turnamennya sekali pun."
Irjan mengangguk. Tapi dia melihat anaknya tumbuh dengan baik bersama dengan Bima. "Kita akan datang menontonnya. Kamu akan menemani saya."
"Baik, Pak."
Lalu dia menyerahkan foto itu kepada Irjan. "Cari tahu lebih jauh mengenai Cassandra. Kenapa anak ini begitu berpengaruhnya terhadap Saddam."
"Karena baru kali ini anak Anda mendapatkan teman sebaik ini, Pak."
Rifky mengangguk. Malam itu dia melihat foto anaknya yang bersama gadis ini. "Kabar dari dokter Lisa juga ada kemajuan. Saddam tidak konsumsi obat lagi. Hampir dua minggu ini dia tidak konsumsi obat sama sekali."
Bima tidak mengetahui apa pun soal Saddam yang diawasi oleh Rifky selama ini. "Batalkan rapat dengan semua departemen hari Sabtu. Saya ingin melihat dia bertanding."
"Baik, Pak."
Irjan dipersilakan keluar dari ruangan itu. Tidak lama kemudian, dia melihat tiket yang diserahkan oleh pria itu tadi. Tapi dia sudah diberikan lebih dulu oleh Bima. Sewaktu dirinya membuka HP. Ada chat dari Bima tiga jam lalu. Membahas mengenai turnamen itu. Dia diminta untuk datang.
Sementara selama ini, Rifky tidak pernah absen. Bahkan saat Saddam masih SMP pun, dia datang dan rela pulang dari Singapura waktu itu demi melihat anaknya bermain. Saddam tidak pernah tahu soal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kado Untuk Cassandra
Teen Fiction"Anak haram dan anak broken home kan nggak ada bedanya. Sama-sama nggak terdidik." Arsyila menertawakan Cassandra yang tidak pernah bertemu dengan ayahnya sedari bayi. Sementara nasib Saddam adalah anak brokenhome jadi sasaran empuk gadis itu untuk...