21. Takut Kejadian Sama Terulang

162 49 10
                                    


Sudah satu minggu lebih anaknya berada di kediaman Rifky. Berusaha untuk menjemput anak itu, tapi diberikan peringatan oleh pria itu agar tidak menjemput Cassandra sekarang. Anaknya juga sudah mulai sekolah, meskipun dari online. Bukan itu yang membuat Bima khawatir. Tapi hubungan Anin dengan Cassandra yang renggang.

Terutama pada saat Cassandra menghakimi dosanya Anin di masa lalu yang dirasa Bima itu juga sudah keterlaluan. Memang bukan haknya seperti itu untuk menghakimi dosa. Akan tetapi, Cassandra yang masih belum menerima kehadiran Bima di dalam keluarganya.

Sampai sekarang, Bima juga sudah berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi anaknya. Tapi tidak juga diterima oleh anak itu. banyak hal yang sedang berusaha Bima perbaiki. Meskipun tidak ada hasilnya sama sekali. Akan tetapi dia tahu sendiri bagaimana cara menghadapi Anin terlebih dahulu.

Mereka sama-sama bingung dengan perbuatan Cassandra yang memang terbilang di luar batas seperti ini. Tapi tidak sepenuhnya menyalahkan Cassandra.

Tidak akan ada kesalahan seperti ini kalau Bima juga tidak melakukan itu dulu dengan Anin.

Sewaktu dia ke kantor papanya. Pria tua itu juga ada di sana untuk hari ini. Beberapa hari tidak ke kantor demi menemani Cassandra. "Papa akan antar Cassandra?"

Rifky menutup berkasnya. "Biarkan saja dia pulang sendirian. Jangan kamu paksa apa pun yang menjadi keputusannya. Dia bukan anak yang bisa kamu atur dengan lebih untuk sekarang ini, Bima. Karena ada yang tidak bisa dia maklumi. Yaitu tentang kesalahanmu."

Bima mengerti kalau soal itu. Bagian dalam dadanya terasa berdetak dengan kencang dengan jawaban papanya. Jujur saja kalau dia juga ingin menjemput putrinya kembali. Menjelaskan apa saja yang terjadi selama ini. Sangat sulit menjelaskan kepada Cassandra tentang semuanya. Telinganya telah ditutup dengan rapat dan enggan menerima penjelasan siapa pun. Seolah menangkal segala apa yang akan diucapkan oleh Bima. Sama sekali anaknya tidak mau berurusan lagi dengan hal seperti itu.

Sebenarnya, dia ingin mengajak Cassandra pulang dan menempati rumah yang sekarang ini. Tapi, kaburnya Cassandra bukan hanya ancaman. Tapi juga dilakukan dengan sungguh-sungguh oleh anak itu. Kalau bukan karena dia tidak peduli dengan anaknya. Sudah Bima lakukan penjemputan paksa dan memarahi anaknya karena melihat Anin yang setiap hari menangis karena kaburnya Cassandra. Tapi bukan tanpa sebab, anak yang tumbuh belasan tahun dengan Anin tersebut melakukan segalanya hingga seperti sekarang.

Bima menyayangkan sikap anaknya yang tidak mau mendengarkan penjelasan apa pun.

"Papa berencana pindahkan dia sekolah."

"Alasannya?"

"Terlalu banyak orang di masa lalunya yang membuat dia tertekan. Begitu juga dengan Saddam. Papa akan pindahkan dia."

Bima menatap papanya saat mendengar nama Saddam disebut. Pria itu yang tidak perah peduli dengan Saddam, tiba-tiba mengatakan akan memindahkan Saddam ke sekolah lain. "Maksud Papa, biar dia bareng sama Cassandra. Soalnya anak kamu bilang kalau dia mau bareng sama Saddam."

Dia menganggukkan kepalanya saat mendengar penjelasan papanya. Saddam memang sudah bergantung sekali pada Cassandra. Jadi, memang agak sulit untuk memisahkan keduanya kalau dipindah sekolah nanti. "Saddam mau kuliah di luar negeri, Pa." ucap Bima memberitahukan kepada Rifky tentang rencana yang sudah disusun oleh adiknya.

Adiknya menginginkan untuk kuliah di luar negeri nantinya. Tapi Bima jelas tidak bisa menuruti, mengingat kisah adiknya yang tidak baik sejak kecil. "Di sini masih banyak Universitas bagus. Tidak harus ke luar."

"Papa nggak setuju?"

"Bukankah dia baru saja lepas dari Dokter Lisa? Bagaimana menurutmu kalau dia kumat di luar negeri? Saat dia tidak bisa kendalikan emosinya?"

Kado Untuk CassandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang