Cassandra didatangi oleh pihak sekolah ke rumahnya Rifky. Ya, dia hanya bengong saat mereka tunduk kepada Rifky. Bagaimana tidak? Kakeknya yang punya yayasan tersebut. Sekolah di tempat elit memang sulit dijangkau dengan gaji mamanya. Masuk ke sana juga karena beasiswa dari sekolah lainnya.
Dia diberikan tugas dan diberikan peringatan.
Tentang skors? Cassandra tidak takut lagi tentang itu. Karena kakeknya mengatakan jangan pernah ada yang menyentuh Cassandra di selama sekolah nanti. Tapi keputusan kakeknya juga sudah bulat. Dia akan pindah sekolah dengan Saddam.
Itu adalah keputusan paling bijak menurut Cassandra. Dia punya banyak musuh di sekolah. Juga begitu dengan Saddam.
Sekarang, dia mengerjakan tugas sebelum dia pindah ke sekolah baru.
Dia diperintahkan untuk ke kamar, sementara dia kakeknya sedang bicara dengan pihak sekolah. Dan surat pindahnya juga akan diurus sebentar lagi.
Dia di kamar ini juga nyaman. Semuanya lengkap, dia punya laptop yang selama ini dia inginkan. Juga kamar tempat dia tidur sangat luas. Cassandra sebenarnya nyaman di sini. Tapi kakeknya mengatakan dia harus pulang.
Saat dia sedang di kamar. Ponselnya berbunyi, itu adalah dari kurir makanan. Di sini, dia bisa makan apa saja yang dia inginkan. Soal uang, dia tidak pernah kekurangan. Mendengar cerita Rifky, dia bisa simpulkan. Bagaimana sayangnya pria tua itu kepada Saddam, tapi tidak diungkapkan sama sekali.
Ingat pertama kali ketika Saddam mengajaknya ke kantor, mereka diabaikan. Tapi siapa sangka kalau dia bisa di sini sekarang. Di rumah kakeknya, orang yang selalu diceritakan oleh Saddam setiap waktu.
Usai mengambil makanannya, Cassandra kembali ke kamar. Menyalakan televisi dan menonton anime. Sambil makan mie pedas yang dia makan. Dia menonton sambil menangis, bukan karena serialnya yang sedih. Tapi makanan yang dia pesan sudah level paling tinggi.
Rifky masuk ke dalam kamarnya usai mengetuk pintu. Cassandra duduk di lantai sambil bersila dan makan. Dia menangis karena terlalu pedas.
"Kenapa makan yang pedas? Nanti sakit perut." Kata pria itu sambil duduk di sebelahnya Cassandra.
Dia masih mengunyah makanannya. "Sayang kalau dibuang, tapi enak juga."
"Kamu sama Saddam pindah sekolah. Masih tetap sekolah yang bagus, perdalam Bahasa Inggris lagi kalau kamu sama dia mau ke luar negeri untuk kuliah. Pelan-pelan, Saddam juga akan tinggal di sini."
Cassandra yang makan tiba-tiba bengong mendengar ucapan kakeknya. "Saddam akan di sini?"
"Ya, kemungkinan besar dia akan di sini. Selama ini, dia sakit karena Kakek. Dan obatnya tentu adalah kakek. Dia pengen diakui."
Cassandra mengangguk dan melanjutkan makannya. Dia senang mendengar ucapan Rifky tentang keinginan menjemput Saddam. "Tapi kamu dengarkan penjelasan orangtua kamu dulu. Kalau sudah selesai sama mereka, Kakek akan jemput Saddam untuk tinggal di sini. Orangtua kamu memang salah. Tapi jangan hakimi kesalahannya, kamu tidak minta dilahirkan seperti ini. Tapi lihat bagaimana keinginan Papa sama Mama kamu ingin bersatu, walaupun selesai masalahnya dengan kamu. Belum tentu keluarga pihak Mama kamu nerima Papa kamu begitu saja."
Cassandra langsung terdiam mendengarnya. Benar yang dikatakan kakeknya, kalau orangtua sang mama sangat keras kepala dari dulu dan menuntut hal yang tidak masuk akal. "Papa kamu punya salah, tapi bukan berarti kamu harus jadi anak yang keras kepala juga. Papa kamu tumbuh dengan rasa sakit, dia juga hancur. Apalagi pas dia nyari kamu, Kakek dan Nenek bercerai."
Dia yang sedang makan pedas, ditambah lagi cerita yang seperti ini. "Kakek sayang sama Nenek?"
"Sayang, tapi capek juga bertahan. Kakek kerja keras biar Saddam nggak perlu capek cari kerja suatu saat nanti. Dia tinggal teruskan perusahaan. Dia harus hidup bahagia. Kalau kakaknya sudah hidup dengan baik. Tapi dia juga nggak tahu, kalau semuanya dari Kakek."
Matanya Cassandra berkaca-kaca mendengarkan penjelasannya. "Suatu saat, kalau keluarga kamu baik-baik saja. Semua ini akan jadi milik kamu dan Saddam. Kehidupan pedih di masa kecil kamu, nggak akan kamu rasakan. Anak dan cucumu juga akan hidup dengan aman. Semuanya untuk kebahagiaan kalian."
"Kakek bahagia selama ini?"
"Bahagia, apalagi ketemu sama anak yang selama ini dicari sama Bima."
Setelah menghabiskan makanannya, Cassandra teringat kembali dengan permintaan maaf dari Bima. Anin juga waktu itu telah berusaha untuk menjelaskan. Tapi rasa kecewa Cassandra yang jauh lebih besar ketimbang dia memberikan maaf kepada wanita itu. cerita-cerita tentang Bima mulai diceritakan oleh Rifky tentang masa kecil pria itu.
Prestasi yang diraih selama hidupnya juga diceritakan oleh Rifky. Ada beberapa hal yang memang terdengar menyakitkan. Salah satunya pertengkaran orangtua yang tidak kunjung usai. Menganggap bahwa kehadiran Saddam akan mengakhiri itu. Tapi justru menjadi puncak di mana sang nenek yang terlalu posesif membuat kakeknya menyerah dan tetap menahan rindu selama belasan tahun.
Tidak ada satu orang pun yang tahu bagaimana suasana hatinya Rifky selama ini. kecuali Cassandra yang mendengarkan cerita sebenarnya. Dia juga dilarang oleh kakeknya untuk cerita ini kepada Saddam.
Pria itu mungkin bermaksud untuk menjemput Saddam dengan cara yang paling beda.
Sekarang, dia tidak tahu antara bahagia atau justru sedih karena mendengar cerita itu. mengenai papanya yang merupakan orang berprestasi. Tapi ada kesalahan yang membuat Cassandra hadir di dunia ini.
"Tidak ada anak yang ingin dilahirkan seperti ini ke dunia. Bahkan, sebelum kamu lahir, terlebih kamu sudah ditanya apakah kamu yakin untuk lahir atau tidak. Begitu kamu ada di sini, kamu sudah yakin bahwa kamu berhak hidup. Terkadang, apa yang tidak kita inginkan, sebenarnya sudah ada takdirnya."
"Takdir itu tidak bisa diubah, kan?"
"Bisa, memang ada yang tidak bisa. Yang bisa kamu ubah adalah jodoh dan rezekimu. Jodoh bisa kamu ubah ketika kamu berusaha untuk menjadi lebih baik. Maka jodohmu juga membaik. Kamu juga berusaha untuk kejar rezekimu. Tapi percayalah itu tidak akan tertukar, kamu mau kerja 24 jam, kamu belum tentu dapatkan semuanya. Dan yang terakhir, tidak bisa kamu ubah adalah ajal. Walaupun kamu minum racun, jika belum waktunya kamu mati. Maka, kamu tidak akan pernah mati. Pasti akan ada cara untuk hidup entah itu kritis atau bagaimana. Jadi, kalau sedang marah sama orang, tahan diri. Nggak lucu kalau mati bawa dosa besar."
"Kalau aku misalnya nggak maafin Papa, aku mati bawa dosa?"
"Tentu. Soalnya kan Papa lagi berusaha untuk minta maaf. Nggak lucu juga kalau kamu mati konyol. Belum rasain enaknya jalan-jalan ke luar negeri. Belum pernah nonton konser idol yang kamu sukai. Belum pernah ngerasain naik pesawat ke berbagai negara."
"Tapi aku pernah ke Singapura pakai kelas bisnis."
"Hmm, belum ke tempat lain. Misalnya Jepang, mau rasain ramen dan sushi dari negara itu sendiri. Lihat bunga sakura mekar, atau ke Swiss lihat air terjun dari dalam penginapan. Bisa juga kamu pergi ke Belanda. Lihat taman bunga tulip, semua negara bisa kamu kunjungi. Kakek bisa berikan semuanya. Tapi jangan nekat aja, minimal kasih medali ke rumah Kakek, biar dipajang di sini."
Menyenangkan saat dia bicara dengan pria tua ini. Tidak memaksa Cassandra untuk pulang, tapi memberikan pandangan tentang keluarga yang harus dia temui lagi. "Libur sekolah nanti, mau ke Jepang nggak?"
Cassandra menatap Rifky dengan serius. "Sama Saddam boleh?"
"Dia Om kamu lho, ingat panggilannya. Harus sopan sama dia."
"Ah iya, sama Om Saddam boleh?"
Rifky mengangguk. "Kita pergi bertiga. Kita liburan ke mana saja. Tapi tantang dia untuk dapat nilai bagus."
"Kakek. Pengen nggak ketemu sama dia?"
Pria itu tiba-tiba matanya berkaca-kaca. Cassandra paham tentang rindu yang tidak bisa diungkapkan. Semua orang menyalahkannya. Tapi Cassandra yang tahu bagaimana pria ini berjuang keras untuk kedua anaknya. "Pengen makan malam berdua sama dia. Biar Kakek yang masak. Dari kecil dia sudah hidup penuh dengan tekanan. Papa kamu juga, setiap hari dengar kami bertengkar. Papa kamu orang yang kuat. Maka dari itu, Kakek sangat berharap kalau kamu memaafkan dia. Ampuni kesalahannya, dia ingin bahagia. Dia tidak mau kehidupan anaknya sama persis dengannya."
"Kakek, kenapa nggak ngaku sama Saddam dan Papa aku tentang Kakek yang nggak pernah selingkuh?"
Pria itu tersenyum dan mengusap kepalanya Cassandra. "Jangan dibahas! Yang penting kamu bahagia suatu saat nanti. Itu sudah lebih dari cukup."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kado Untuk Cassandra
Teen Fiction"Anak haram dan anak broken home kan nggak ada bedanya. Sama-sama nggak terdidik." Arsyila menertawakan Cassandra yang tidak pernah bertemu dengan ayahnya sedari bayi. Sementara nasib Saddam adalah anak brokenhome jadi sasaran empuk gadis itu untuk...