28. Gadis Berhati Batu

171 49 9
                                    

Merasa sepi setelah tidak ada Saddam di rumah ini. Anin sedang pergi ke rumah kakek dan neneknya Cassandra. Mencari restu untuk pernikahan. Walaupun Cassandra sendiri begitu yakin bahwa mereka berdua pasti akan bersatu. 

Tidak menyangka, pria yang dibencinya dulu sampai membuat Cassandra menangis setiap hari karena bully teman-temannya, ternyata adalah pria yang begitu bangga terhadap kehadirannya. Bangga terhadap cintanya yang masih utuh terhadap Anin. 

Kebersamaan yang tidak ingin diganggu oleh Cassandra ketika melihat orangtuanya berduaan. Benar kata Saddam. Entah apa yang telah dilalui oleh mereka berdua. Dengan perasaan terhubung satu sama lain yang ada di kamu, mereka tidak bisa buka hati untuk yang lain. Karena mereka berdua belum benar-benar usai. Perkataan itu terlintas di pikirannya tentang orangtuanya yang sekarang ingin mengarungi bahtera rumah tangga. 

Kesalahan yang tidak bisa dihakimi oleh Cassandra pada masa lalu. Jatuh cinta remaja dengan usia dewasa berbeda. Dibuktikan dari orangtuanya, mengobrol, membahas tentang hubungan di saat dewasa. Cassandra ada di masa-masa yang dilalui oleh orangtuanya dulu. Barangkali memang kesalahan yang pastinya juga mereka berdua sesali.

Rumah yang sekarang sepi, hanya ia sendirian ketika pulang dari tempat les ataupun tempat latihan. 

Usai mandi dan mengganti pakaiannya, Cassandra duduk di ruang keluarga sambil rebahan di sofa. 

“Kangen sama Om?” 

Tiba-tiba pria itu datang menghampirinya dan duduk di sebelah Cassandra. 

Gadis yang berusia tujuh belas tahun itu kemudian memindahkan kepalanya ke paha pria yang ada di sebelahnya. Tidak membantah pertanyaan itu sama sekali benar yang terjadi sekarang adalah rindu terhadap Saddam. Karena di sekolah juga dia bertemu Saddam, tapi merasa asing. Karena sekarang Saddam sudah memiliki teman lain. 

Cassandra memejamkan matanya lalu kepalanya diusap oleh Bima. Sesuatu yang sangat jarang terjadi adalah mesra dengan papanya sendiri. “Papa, bagaimana perasaan Papa sama Om?” 

“Sayang banget.” 

“Sama aku?” 

“Nggak bisa dibandingkan perasaan Papa antara kamu sama Saddam. Karena beda penempatan kamu dan dia. Mungkin kamu di depan, tapi Saddam juga di depan. Akan tetapi posisinya tidak sama.” 

Cassandra tidak bertanya lagi soal anak laki-laki yang pertama kali menawarkan jasa tumpangan saat mereka berdua di skors. Anak yang membawa kehidupan kepada Cassandra ke tempat ini. Bertemu lagi dengan orangtuanya secara utuh. 

“Nanti kita makan malam. Om sama Kakek kamu pasti berkunjung. Mama juga bakalan ke sini.” 

Ya, tahu kalau Anin ke rumah ini sesekali. Itu pun kalau mereka sedang ingin bertemu. Atau Anin yang memiliki waktu kosong. Tapi melihat perjuangan papanya yang serius dalam rumah tangga, Cassandra juga tidak mendengar ada wanita lain di dalam kehidupan papanya. 

Kalau dulu dia menyukai Bima dekat Lisa. Tapi berbeda sekarang, dia bisa menghajar pria ini kalau menyakiti Anin. Karena ingat setiap kali Cassandra bahas tentang Bima, pasti dulu mamanya selalu menangis. Memendam perasaan sendirian tanpa ada yang tahu tentang sakit yang dialami. 

Sejenak, pria itu memegang tangannya Cassandra juga. “Pa.” 

“Apa sayang?” 

“Maaf tingkah aku sering kekanakan. Dulu sering marah sama Papa. Memberontak kalau Papa itu memang orangtua aku.” 

“Semua anak juga pasti kaget dengan berita tersebut, Cassandra. Baik kamu maupun Mama juga nggak terima kehadiran Papa. Terutama Mama yang berjuang buat kamu sendirian. Papa yang berjuang buat Om kamu. Situasi yang memang tidak bisa disalahkan siapa pun. Tapi soal masa lalu, Papa juga punya penyesalan.” 

Kado Untuk CassandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang