*3 minggu berlalu.
Ujian kelulusan untuk kelas 3 sudah selesai. Tinggal menunggu ujian kenaikan kelas bagi kelas 1 dan 2 yang belum di mulai. Kira-kira minggu depan mungkin sudah akan masuk ujian semester genap. Setelah ujian kelulusan kelas 3 berakhir, kak Zayn sering banget datang ke kelasku bareng kak Harry tentunya. Ngobrol, curhat, kadang kak Zayn ngajakin ke kantin untuk lunch bareng dan kak Zayn pun ga keberatan kalau dia yang bayar.
Sekarang aku jarang liat Niall. Dan aku pun benar-benar merasa kehilangannya lagi untuk yang kedua kalinya. Belakangan ini pun ga ada lagi surat dari secret admirer itu seiring menghilangnya Niall di kehidupanku. Tapi di suatu hari…
“Hi Bel” seseorang telah mengagetkanku dan membuyarkan lamunanku. Seseorang dari belakangku, aku mengenali suara itu, dia Niall. Aku pun menolehkan kepalaku.
“Eh, hi Ni” aku menjawab ucapan Niall. Lalu aku melihat lagi ke atas, ke langit sore yang indah. Tapi hatiku, tidak sama sekali.
“Sendirian aja? Biasanya sama kak Zayn” kata Niall. Aku memang sedang sendirian diam di lantai 3 sekolahku, aku seperti dihidupkan kembali dengan adanya kehadiran Niall yang sekarang berada di sampingku, tapi seakan semuanya berubah saat kata-kata Niall terlontar begitu saja dari mulutnya. Kata-kata Niall itu seakan menusuk banget. ‘Biasanya sama kak Zayn’ jadi selama ini dia sering melihatku bersama kak Zayn? Tapi kan, aku sama kak Zayn ga ada hubungan apa-apa hanya sebagai ade dan kakak.
Aku hanya terdiam. Keheningan terjadi cukup lama, lalu Niall membuka pembicaraan untuk mencairkan suasana. “Oh iya, congrats and longlast ya” kata Niall yang beranjak dari sampingku dan hendak berjalan mendekati tangga untuk turun dan kembali ke kelasnya.
“Niall!” aku memanggilnya, mungkin terdengar seperti berteriak. “Kamu kenapa sih? Aku ga ada hubungan apa-apa kok sama kak Zayn!”
“Aku ga kenapa-napa. Maaf kalau aku salah sangka. Aku ke kelas dulu ya. Goodluck buat ujian kenaikan nanti. Aku duluan bye” dan Niall pun meninggalkanku sendirian di lantai 3.
Aku merasakan seperti ada banyak pukulan, cambukan bahkan banyaknya tusukan pedang yang menancap di tubuhku. ‘Congrats, longlast’ untuk apa Niall bilang begitu? Tanpa aku sadari pelupuk mataku tak bisa membendung air mataku. Air mataku meleleh sedikit demi sedikit turun melewati pipiku dan terjatuh hingga beberapa kali.
Aku pun tidak menyadari kalau ada seseorang yang menghampiriku. Itu Trisha dan Fanni.
“Lo kenapa Bel?” Tanya Fanni.
“Ngga kok, gue gpp” ucapku sambil mengusap air mata dari wajahku yang basah. Tapi tetap saja, mungkin mataku terlihat merah karena habis menangis.
“Lo bohong kan Bel?” Tanya Trisha.
“Iya gue emang bohong! Kenapa? Kalau kalian ga suka gue deket sama kak Zayn ga, kenapa kalian harus deketin gue? Kalau kalian juga kesini mau bilang congrats atau longlast buat gue, gue ga butuh! Gue ga ada apa-apa sama kak Zayn!” aku pun tidak dapat mencegah emosiku lebih lama. Kesabaranku dan segala kekesalan hatiku malah tertumpahkan pada kedua sahabatku. Dan entah kenapa, suara Niall tadi masih terngiang, kata-kata dia masih teringat di memori otakku, kata-kata Niall tadi hanya membuatku sakit hati.
“Tenangkan dirimu Abel! Kita kesini bukan karena itu! Lo cerita dong sama kita berdua kalau lo sedang ada masalah. Siapa tau kita bisa bantu. Kita kesini justru kita berdua nyariin lo, kita khawatir kalo lo kenapa-napa. Habisnya perasaan kita berdua ga enak, dan akhirnya kita nemuin lo disini” ucap Fanni. Aku pun segera memeluk mereka berdua.
“Maafin gue kalau gue malah numpahin semua emosi gue sama kalian” ucapku dan aku pun segera menjelaskan kepada mereka berdua tentang masalah tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loved You First (Niall Horan love story)✔
FanficAku tidak tahu harus memulai dari mana. Semua ini terjadi begitu saja. Aku tidak tau apa ini? Aku tidak tau mengapa ini bisa terjadi selama ini. Dengan segala cara aku berusaha menghindari dia, tapi apa? Semua ini sulit untuk aku lakukan. Aku telah...