Bonus Chapter (Niall's Secret Diary part 2)

1.9K 126 22
                                    


Sorry for late update guys, hope you like this chapter :)

{Niall P.O.V}

   Hari ujian kelulusan pun sudah tiba, dan ini hari kedua. Dimana aku bertekad untuk memberitahukan semua perasaanku pada abel, semuanya. Tidak ada lagi yang perlu aku tutup-tutupi, tak ada lagi yang perlu aku sembunyikan darinya. Think Horan, this is your last chance!

   Sudah satu mata pelajaran berlalu, saatnya istirahat sebentar sebelum mengerjakan ujian kedua ku untuk hari ini. Aku pikir, mungkin ini saat yang tepat untuk mengatakan semuanya, walau aku sebenarnya tidak begitu yakin.

   Aku mengeluarkan surat terakhir yang belum juga kuberikan kepada Abel. Surat ini yang akan mengatakan semuanya, dan aku hanya akan mengatakan intinya untuk hari ini. Semoga kali ini aku berhasil untuk melakukannya. Aku beranjak dari bangku, dan menuju keluar kelas. Untungnya tidak ada yang memperhatikan gerak-gerikku.

   Aku menyembunyikan surat itu di belakang punggungku, sejujurnya aku sangat gugup kali ini. Karena beberapa hari yang lalu, Abel sempat terlihat kecewa denganku. Aku takut dia tidak mau mendengarkan apa yang akan kukatakan padanya.

   Aku melihatnya berdiri di depan kelasnya, sambil memandangi lapangan yang sepi. Syukurlah, aku jadi tidak perlu mencarinya ke dalam kelas. Langkah kaki ku semakin terasa berat, padahal hanya beberapa langkah lagi untuk tepat berada di sampingnya.

   Akhirnya aku sampai, memang itu berlebihan, karena jarak kelasku dengan kelasnya hanya berbeda sedikit saja. Aku memposisikan diriku di sampingnya, ia masih tetap bergeming, tidak menoleh sekalipun aku berada di sampingnya. Ia seperti sedang memikirkan sesuatu, entah apa itu, tapi wajahnya sedikit ketakutan.

   Aku menyuruhnya untuk melihat ke arahku, dan akhirnya ia menoleh. Walau awalnya ia memejamkan matanya, karena mungkin ia pikir, bahwa aku adalah sesosok hantu yang hendak menjahilinya. Oh God, untuk apa dia berpikir seperti itu? Aku langsung mengutarakan, jika ada sesuatu yang ingin aku bicarakan dengannya.

   Tapi saat itu, ada sesuatu yang aneh padanya. Ia kembali mengeluarkan darah segar dari hidungnya. Ia hanya menutupi hidungnya dengan selembar tisu dari dalam sakunya, itu tidak cukup. Aku panik, dan hanya sapu tangan milikku yang tersisa. Untungnya sapu tangan itu belum ku pakai sama sekali, hanya ada di saku celanaku saja. Aku mengeluarkan sapu tangan itu dengan tanganku yang satunya lagi. Karena aku masih menyembunyikan surat itu.

   Aku memintanya untuk memakai saputangan ku sementara, ia menolak, namun aku tetap memaksa ia untuk memakainya. Lalu ia bertanya, apa yang ingin aku tanyakan. Aku memulainya, dengan sedikit gugup. Ku merasa bahwa saat itu aku memulai awalan dengan berbelit-belit. Ia hanya merespon dengan singkat. Aku kembali melanjutkan perkataanku.

   "Kau tau? Aku tidak berani menunggu lebih lama lagi, dan sekarang aku akan mengatakan hal yang sebenarnya. Aku akan mengatakannya langsung kepada orang itu" ucapku kala itu. Apakah aku salah bicara lagi? Ku lihat ia memasang ekspresi kaget akan kata-kataku, matanya pun mulai berkaca-kaca.

   "Baguslah, akhirnya kau akan mengatakannya juga. Haha" jawabnya dengan nada kecewa, dan tersenyum. Aku tau, itu hanya senyum palsu yang ia berikan kepadaku. Dan aku benci hal itu, sakit rasanya melihat dia harus mengeluarkan fake smile miliknya. Dan bodohnya, aku malah tertawa hambar saat itu. "Goodluck Nialler, semoga berhasil"

   Ia langsung melangkah pergi menuju kelasnya. Namun aku dapat menahannya dengan menarik pelan lengannya. "Hei! Tunggu dulu, aku belum selesai berbicara!" tukasku. Aku memutar tubuhnya 180 derajat untuk kembali menatapku. Ia menangis, oh Niall kau sungguh melakukan kesalahan. "Look at... Oh God, why are you crying for?" aku kembali panik. Dan dia hanya menggelengkan kepalanya. "Abel please listen! Aku ingin mengatakan ini kepada orang yang aku suka, sekarang juga!" nadaku sedikit meninggi.

Loved You First (Niall Horan love story)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang