{Niall P.O.V}
Untuk pertama kali, banyak orang mengatakan, dia menyukaiku. Tapi aku tidak banyak berkomentar tentang hal itu, dan hanya mengacuhkannya. Awalnya, semua berita tentang ia menyukaiku, membuatku risih. Jadi aku mencoba untuk membuatnya tidak banyak berharap padaku.
Tapi usahaku untuk membuatnya berhenti menyukaiku, tetap tidak berhasil. Sekeras apapun aku mencobanya, dia tetap menyukaiku. Jadi aku putuskan untuk berhenti mencoba usahaku sendiri.
Semakin lama, rumor itu mereda. Aku mulai penasaran, mengapa orang-orang berhenti membicarakan tentangnya. Sampai pada suatu saat, aku melihat ia berdiri di antara teman-temannya, sambil menggenggam kamera ditangannya. Sesekali aku melihat kearahnya, namun saat ia mendapati aku sedang melihat kearahnya, aku langsung mencari objek lain untuk mengalihkan pandanganku. Tapi hal itu terjadi beberapa kali.
Ku pikir, perasaanku mulai aneh. Tiba-tiba saja aku mulai merasa bersalah atas semua tindakan ku sebelumnya. Dan mungkin, aku mulai menyukainya.Semakin lama, aku lebih tertarik untuk melihat gerak-gerik yang dia lakukan. Tapi entah mengapa, rasanya ia tidak mengacuhkan diriku lagi. Dan sepertinya, dia menyukai orang lain. Itu lebih sakit dari yang aku kira. Jadi aku memutuskan, untuk mulai menjadi secret admirer.
Surat pertamaku, berhasil aku kirimkan dengan perantara sahabatku, Liam dan terkadang pada Louis. Itu membuatku senang. Setiap hari aku semakin bersemangat untuk menuliskan apa yang ada dipikiranku, pada secarik kertas.
Waktu itu, ada pelajaran Math di kelasku. Tapi aku tidak begitu memahami apa guruku yang sedang menjelaskan, aku sangat mengantuk saat itu. Jadi aku memutuskan untuk izin ke toilet sebentar hanya untuk mencuci muka.
Saat aku keluar dari kelas, dan mulai berjalan menuju toilet, aku melihat seseorang yang tak asing bagiku. Ia berjalan dengan arah yang berlawanan denganku, sambil menutupi hidungnya dengan tisu. Di bajunya terdapat bercak merah yang sangat jelas.
Ia sesekali menutupi hidungnya dengan tisu. Ku lihat hidungnya mulai mengeluarkan darah segar. She's bleeding. Aku mulai panik. Tidak tidak, itu mungkin itu hanya perasaanku saja.
Sedikit lagi ia sampai di kelasnya, jadi apa yang harus aku khawatirkan? Tapi aku lihat, ia jalan semakin pelan, mungkin dia berusaha menopang tubuhnya dengan sedikit memegangi tembok yang berada di sampingnya.
Aku mencoba berjalan mendekat, ada sedikit perasaan yang tidak enak yang terbesit dalam diriku. Sebelum aku benar-benar bertanya 'ada apa sebenarnya', seketika ia jatuh perlahan. Aku berjalan sedikit lebih cepat untuk melihat keadaan pastinya. Kali ini aku benar-benar panik.
Dia pingsan. Ku ulangi, DIA PINGSAN! Ke khawatiranku ternyata benar. Saat itu tidak ada siap-siapa lagi di luar kelas, hanya ada aku dan Abel. Aku tidak terpikirkan akan hal lain, jadi aku langsung membawa Abel ke uks.
Aku menunggunya hingga terbangun. Disampingnya, dan menggenggam tangannya. Sedikit lancang mungkin, tapi aku benar-benar khawatir. Sampai, tujuanku keluar kelas hanya untuk mencuci muka pun terlupakan dengan sendiri nya.
Hingga akhirnya dia terbangun, aku bertanya apakah ia sudah makan atau belum. Dan ketika dia menjawab 'belum', aku segera membelikannya makanan, dan segera kembali menemuinya. Dan satu hal lagi yang aku ketahui, dia sedikit penakut.
Dia lalu bercerita jika ia mendapat surat dari seseorang. Ya, itu surat dariku. Dia menyebutkan ciri-ciri surat itu, dan terdapat inisial 'n.xx'. Of course itu inisialku. Tapi ia tidak mengetahui jika itu inisialku. Aku kecewa, jadi aku sedikit menundukkan kepalaku. Ia sempat bertanya, ada apa denganku. And I just said I'm fine. Actually, I'm NOT. Seketika suasana berubah menjadi canggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loved You First (Niall Horan love story)✔
Fiksi PenggemarAku tidak tahu harus memulai dari mana. Semua ini terjadi begitu saja. Aku tidak tau apa ini? Aku tidak tau mengapa ini bisa terjadi selama ini. Dengan segala cara aku berusaha menghindari dia, tapi apa? Semua ini sulit untuk aku lakukan. Aku telah...