Holla... I'm back! Maaf udah lama ga update chapter baru, terbawa perasaan malas untuk mengetik. Thanks for 7k reads, vote, comment dan yang pasti makasih udah mau repot-repot baca. Enjoy reads, love ya:*
{Abel P.O.V}
Istirahat hari ini, aku hanya bisa diam di depan kelasku, tanpa melakukan sesuatu, memakan sesuatu, dan tanpa berbicara sesuatu. Lagi pula tidak ada yang bisa aku ajak bicara. You know, kalau aku bicara dengan Tom hanya akan menambah perseteruan dengan Trisha. Hari ini juga aku tidak memiliki niat untuk pergi ke kelas Niall, karena sedang meratapi nasib dan semua kebodohanku selama 2 minggu belakangan ini. Yang menyebabkan pertengakaran dengan Trisha. Bukannya aku ingin bilang kalau semua ini adalah salah Tom, tapi karena kenyataannya seperti itu, so siapa yang harus disalahkan lagi?
Aku merasakan kehadiran seseorang yang berdiri tepat di sampingku. Aku memalingkan pandanganku menuju seseorang yang berdiri di sampingku. "Niall? What are ya doing here?" tanyaku, raut wajahku mungkin berubah seketika saat melihat Niall. Yap, dia hadir kembali disampingku dan aku tidak menyangkanya.
Niall tersenyum "Just want to meet you Abel. I miss ya" dia mengacak-acak rambutku pelan.
Kurasa, wajahku memanas seketika, dan mungkin segera berubah memerah "Haha, memang sudah seberapa lama kita tidak bertemu mr.Nandos? But, I miss you too" ungkapku malu.
"Ternyata ada yang kangen juga sama seorang Niall haha. Oh iya, kamu ada pelajaran fisika ga hari ini?" tanya Niall.
"Ada, jam pelajaran pertama. Why?"
"Kamu bawa buku catatan fisika yang semester 1 ga? Aku mau pinjam, itu pun kalau kamu bawa"
"Aku bawa kok, wait ya. I'll take it for you"
{Author P.O.V}
Abel meninggalkan Niall sebentar di depan kelasnya, dan segera mengambilkan buku catatan fisikanya. Tanpa ia sadari, ia pernah menyimpan suatu kertas berisi curahan hatinya tentang Niall. Kertas itu terselipkan diantara lembaran kertas di buku nya, yang mungkin sekilas hanya terlihat seperti kertas ulangan, tapi mungkin kalau buku itu jatuh, bisa saja kertas itu terjatuh juga dan terlihat isinya. Kertas itu sudah sangat lama terselipkan disitu, bahkan Abel sendiri sudah lupa akan kertas itu. Dengan senang hati, Abel meminjamkan buku itu kepada Niall.
Abel kembali keluar menemui Niall "Here you are Niall. Kamu boleh kembalikan ini sebelum ujian nanti"
"Ok, mungkin besok juga sudah aku kembalikan, tenang saja. Btw thanks ya Bel" Niall mengacak-acak rambut Abel sekali lagi, sebelum beranjak dari depan kelas Abel.
***
Pulang sekolah, saat Niall hendak menyalin beberapa catatan dari buku fisika Abel, ia membandingkan terlebih dahulu dengan catatan miliknya. Jika catatan miliknya kurang lengkap, dia langsung mencatat apa yang kurang dari catatannya. Tanpa sengaja Niall membuka halaman yang terdapat secarik kertas terselipkan, karena penasaran Niall pun membukanya. "Maaf Abel, bukannya aku lancang mau buka kertas ulangan kamu. Aku cuma penasaran sungguh" gumam Niall sebelum dia membuka kertas itu dan membacanya.
Ketika Niall membuka kertas itu, jelas kaget karena dia awalnya mengira kalau kertas itu adalah kertas ulangan, tapi itu bukanlah kertas ulangan yang dia harapkan. Tulisan tangan Abel yang rapih. Niall pun nekad membacanya.
Tuhan. Aku tidak tau kenapa aku selalu senang, setiap aku bersama Niall. Mendengar suaranya dan melihat tatapan matanya. God he's like simphony, he's like a melody. Aku senang saat Niall menyanyikanku sebuah lagu. Seumur hidupku, itulah lagu pertama yang pernah dinyanyikan seorang laki-laki untukku. Dia juga tidak keberatan mengajariku bermain gitar. Bersamanya, aku merasa hidupku lebih baik, dan aku merasa dia selalu menggoreskan coretan halus berwarna dan bermakna bagi diriku. Tuhan, aku ingin merasakan ini lebih lama, sebelum akhirnya aku dan Niall dipisahkan, walau Niall mungkin tidak tau akan hal ini. I want Niall to know, if I really love him. And I want Niall to know, I'm still waiting him, till this time. Till he open this letter. Maybe later..
KAMU SEDANG MEMBACA
Loved You First (Niall Horan love story)✔
FanfictionAku tidak tahu harus memulai dari mana. Semua ini terjadi begitu saja. Aku tidak tau apa ini? Aku tidak tau mengapa ini bisa terjadi selama ini. Dengan segala cara aku berusaha menghindari dia, tapi apa? Semua ini sulit untuk aku lakukan. Aku telah...