Aku tak tau, mengapa semua ini bisa terjadi. Aku pun tak tau apa yang sebenarnya telah terjadi saat ini! Trisha mungkin mendengar apa yang tadi diucapkan Tom terhadapku. Aku berusaha menghindari Trisha sebisa mungkin, walau rasanya itu ga mungkin. Tatapan Trisha berubah menjadi sinis terhadapku. Aku takut, persahabatanku sama Trisha yang sudah selama ini rusak, cuma gara-gara Trisha salah paham. Aku biarkan saja seperti ini dulu, hanya untuk sementara. Mungkin tidak akan lama.
[Author pov]
Sudah beberapa hari ini, Abel terus-terusan dimintai jawaban oleh Tom. Abel masih belum menjawabnya, dia tidak ingin salah memilih. Jika ia menolaknya, sama saja dia mencari musuh. Tapi jika ia menerimanya, bagaimana dengan Niall? Sedangkan dia hanya mencintai Niall. Dan jika ia menerimanya, bagaimana dengan sahabatnya Trisha?
***
"Abel gimana? Please kasih aku jawaban" ucap Tom.
Abel pun hanya terdiam, mencoba untuk tidak melihat ke arah Tom. Menundukkan kepalanya, mungkin lebih baik.
"Kalau kau terus diam, aku anggap itu sebagai jawaban 'ya kau menerimaku', jika sampai hitungan ketiga kau tidak menjawabnya, berarti kau resmi menjadi pacarku" ucap Tom sedikit memaksa, tapi nyatanya itu memang memaksa.
"Satu..."
"Dua..."
"Tiga..."
"Ok, aku anggap kau menjawab iya. Dan sekarang kau resmi menjadi pacarku" ucap Tom, sambil melihat ke arah Abel.
Mendengar kata-kata itu saja Abel sudah muak, kali ini tidak terbendung air mata di pelupuk matanya. Ia menangis sejadi-jadinya, di depan Tom. Dia sebenarnya muak mendengar semua ucapan Tom tadi. Dengan terpaksa, ralat sangat sangat terpaksa Abel pun menerimanya walau tanpa ketulusan hatinya. Air matanya masih mengalir di pipinya.
"Hei? Ga usah nangis gitu deh" ucap Tom sedikit membentak. Lalu ia meninggalkan Abel sendirian.
"Aarrghh egois! Kenapa dia sangat menyebalkan!" Geram Abel.
Abel tidak tahan dengan apa yang dia rasakan sekarang, akhirnya dia berlari ke arah toilet untuk mencuci mukanya yang basah karena air mata, dan untuk memastikan bahwa matanya tidak sembab.
"Tuhan, berikan aku keadilanmu Tuhan. Tuhan kapan aku bisa terlepas dari keterpurukan ini? Tuhan, dimana Niall sekarang? Aku sangat membutuhkan dia, aku sangat membutuhkan dia untuk selalu hadir di hidupku Tuhan. Aku merindukkannya Tuhan" gumam Abel, kembali air matanya mengalir di pipinya dan terjatuh satu per satu ke bawah.
[Abel pov]
Saat aku keluar dari toilet lalu berjalan cukup jauh, menelusuri koridor menuju lantai 3, masih dengan kepalaku yang ditundukkan, aku pun menabrak seseorang.
"Oh I'm sorry" ucap orang itu, aku seperti kenal suara itu. Tapi aku tidak memperdulikannya, meliriknya pun tidak. Siapapun itu, rasanya aku ingin menjauh dari kehidupan di sekolah ini. Aku yang ingin segera meneruskan langkah kaki ku yang berpijak, tapi entah apa yang aku rasakan, seperti ada yang mencegahku untuk berjalan kembali, sebuah dorongan dari hatiku memaksaku untuk melihat siapa orang itu. Akhirnya aku kalah dengan suara hatiku, perlahan aku melihatnya, seseorang itu belum berpindah posisi sedikitpun dari depanku. Saat aku melihat kearahnya...
"Abel? What happen?" Ucap seseorang itu, pirang, bermata biru dan tidak salah lagi itu Niall. "Ka...kau menangis?" Ucap Niall lagi, Niall terlihat cemas sambil memegang kedua pundakku dengan kedua tangannya.
Aku membisu, aku tidak tau apakah aku harus menceritakan ini? Menceritakan yang sama sekali tidak aku inginkan. Alhasil aku hanya bisa memeluk Niall erat, seolah aku tidak ingin melepaskannya. Aku pun membenamkan kepalaku di dadanya, menangis sejadi-jadinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/4228791-288-k488763.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Loved You First (Niall Horan love story)✔
Fiksi PenggemarAku tidak tahu harus memulai dari mana. Semua ini terjadi begitu saja. Aku tidak tau apa ini? Aku tidak tau mengapa ini bisa terjadi selama ini. Dengan segala cara aku berusaha menghindari dia, tapi apa? Semua ini sulit untuk aku lakukan. Aku telah...