#02🕑

3.6K 430 9
                                    

Keningnya berkerut samar. Pemuda itu membuka matanya perlahan. Junghwan menggigil kedinginan.

Matanya melirik ke arah AC yang menyala dengan suhu 15°. Junghwan teringat dirinya yang sudah terlalu lelah dan berakhir tidur di lantai.

Sekali lagi pemuda itu melirik ke arah dinding, di mana jam dinding berada. Pukul 6 lewat 15 menit. Junghwan menghela napasnya, terdiam sebentar sebelum beranjak dengan lesu menuju kamarnya.

Pagi ini tak ada jadwal kuliah, siangnya baru ada. Sampai di kamarnya, Junghwan kembali merebahkan dirinya di tempat tidur. Kepalanya terasa begitu pening, matanya terpejam dengan erat. Sebelum akhirnya Junghwan kembali tertidur.

✧༺♥༻✧

Matanya mengerjap perlahan. Keningnya berkerut ketika sadar di sekelilingnya tak ada cahaya terang.

Junghwan baru saja ingin bangun, namun seperti ada sesuatu yang menahan dadanya dengan kencang. Kedua matanya melotot, lehernya seperti dicekik oleh sesuatu.

Pemuda itu mencoba untuk menggapai 'sesuatu' yang mencekik dan menahan tubuhnya. Tapi tak ada satupun yang menyapa perabanya.

Junghwan mulai kehilangan kesadarannya. Disaat yang sama, sosok bayangan hitam menyerupai manusia samar-samar terlihat tertangkap oleh netranya.

✧༺♥༻✧

Deg!

Matanya terbuka lebar. Napasnya memburu. Junghwan melirik ke sekitar. Ini adalah kamar apartemennya. Sepi dan gelap. Tapi bukankah harusnya sudah siang dan terang?

Junghwan bangun dengan tubuh yang terasa sakit dan pegal bersamaan. Pemuda itu meringis saat merasa dada dan lehernya begitu sakit.

Junghwan berjalan ke arah cermin di lemari. Matanya terpaku pada bercak merah keunguan yang melintang di lehernya. Tangannya meraba dadanya, lagi-lagi pemuda itu meringis.

Junghwan menurunkan sedikit kerah bajunya. Bercak merah keunguan juga ada di sana.

'Apa ini?' ~Junghwan

Junghwan menoleh ke jendela kamar. Samar-samar dilihatnya langit yang telah kembali gelap. Tunggu, dia melewatkan kelas!?

Junghwan buru-buru mengambil ponselnya. Ada banyak notifikasi pesan dan panggilan tak terjawab dari teman-temannya.

Sebagian besar bertanya di mana dirinya berada, ada juga yang memintanya untuk segera datang ke kampus. Pesan-pesan itu diterimanya pukul 12 siang. Sementara sekarang sudah pukul 8 malam.

"Aku melewatkan kelas? Tidak biasanya aku tertidur selama ini," gumamnya.

Detik selanjutnya ponselnya berdering. Tertera nama Kim Junkyu dilayar ponselnya.

"Halo?"

"Ya Tuhan, akhirnya kau mengangkat telepon ku!"

"Ada apa?"

"Kau kemana saja, So? Aku khawatir karena kau tidak mengangkat telepon ku dan tidak membalas pesanku. Kau bahkan tidak masuk kelas. Kau baik-baik saja kan?"

"Aku...aku ketiduran."

"Apa?"

"Aku ketiduran. Aku kelelahan karena kemarin melakukan banyak hal. Aku tidak bisa bangun."

"Kau tidak bisa bangun? Kau sakit? Mau ku bantu ke rumah sakit?"

"Aku baik-baik saja. Hanya sedikit lapar."

"Kau sungguh-sungguh? Bagaimana jika aku ke apartemen mu?"

"Aku tidak apa-apa, Kyu. Tidak perlu ke apartemenku, ini sudah malam. Lebih baik kau istirahat saja."

"Hahhh...ku mohon jangan keras kepala Junghwan-a."

"Kyu-"

"Sudah, jangan banyak bicara. Kau tunggu saja di apartemen, duduk manis, sebentar lagi aku tiba."

"Junkyu-"

"Ku tutup."

Sambungan terputus. Junghwan menghela napasnya. Memilih untuk pergi ke kamar mandi dan berendam sebentar. Setidaknya tubuhnya akan terasa lebih rileks dan nyaman.

✧༺♥༻✧

"Cepat makan, jika tidak kau akan sakit." Junkyu memberinya sebungkus nasi goreng dan susu jahe.

Kening Junghwan berkerut. "Aku tidak suka jahe," katanya.

Alis Junkyu terangkat sebelah. "Itu akan membuat tubuhmu menjadi hangat dan kau akan tidur nyenyak. Jangan menolak, So."

Junghwan lagi-lagi menghela napasnya. Selain terkadang sifatnya yang menyebalkan, Junkyu juga orang yang pemaksa. Namun dalam artian memaksa ke arah yang positif.

"Aku tau kau kesal kemarin."

"Tidak usah dibahas. Aku malas membicarakannya."

Gantian Junkyu yang menghela napas. Pemuda itu memilih mengalah. Membiarkan Junghwan melahap makan malamnya.

"Bagaimana apartemennya?" Tanya Junkyu.

Junghwan mengangguk. "Lumayan, aku menyukainya. Dan...betah," katanya.

"Syukurlah...ku dengar banyak mahasiswa yang masih sibuk mencari rumah sewa ataupun apartemen. Mereka bahkan sampai menginap di hotel, saking sulitnya."

"Beruntungnya aku sudah dapat."

Junkyu mengangguk setuju. Namun matanya tertuju pada leher Junghwan.

"Junghwan-a," panggilnya.

"Apa?" Sahut Junghwan.

"Lehermu...kenapa?"

To be continued

𝟷𝟺-𝟶𝟹-𝟸𝟶𝟸𝟹

My Ghost [Woohwan] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang