#03🕒

3.1K 398 1
                                    

Junkyu mengangguk setuju. Namun matanya tertuju pada leher Junghwan.

"Junghwan-a," panggilnya.

"Apa?" Sahut Junghwan.

"Lehermu...kenapa?"

Junghwan berhenti mengunyah. Pemuda itu meraba lehernya, saat kulitnya bersentuhan Junghwan tak sengaja meringis.

"Entahlah, aku tidak tau."

"Bagaimana bisa kau tidak tau? Sini kulihat."

Junghwan mendekat dan sedikit mendongak. Membiarkan Junkyu memeriksa lehernya.

"Apakah sakit?" Tanya Junkyu saat sedikit menyentuhnya.

"Sakit," sahut Junghwan jujur.

"Kau sudah selesai makan?"

"Ya."

"Di mana kau menyimpan kotak obat?"

"Untuk apa?"

Junkyu mendelik. "Kita perlu obat untuk mengobati memar mu, bodoh!" Katanya.

Junghwan meringis pelan. "Ada di dapur," katanya.

Junkyu beranjak dari duduknya dan pergi ke dapur untuk mengambil kotak obat. Sementara Junghwan menghabiskan susu jahenya.

Tak lama, Junkyu kembali. "Hanya ada salep pereda nyeri. Semoga saja dengan ini memarnya cepat sembuh. Tahan sebentar, aku minta maaf jika kau kesakitan."

"Hm."

Junkyu mengoleskan salep itu secara perlahan ke luka memar yang melintang di leher Junghwan. Pemuda So itu sesekali meringis.

"Kau tidak menekannya kan?" Tanya Junghwan.

"Tidak, apa sangat sakit?" Kata Junkyu.

Junghwan mengangguk pelan. Selesai mengobati, Junkyu kembali mengembalikan kotak obat itu ke dapur.

"Kyu, apakah sangat merah?" Tanya Junghwan.

"Nyaris hitam," sahut Junkyu.

"Maksudmu?"

"Memarnya berwarna ungu tua, hampir hitam."

"Yang benar saja?"

"Coba kau lihat sendiri."

Junghwan mengambil ponselnya dan membuka kamera. Pemuda itu bercermin dan memperhatikan luka memar di lehernya.

"Apa menurutmu ini wajar?" Tanyanya.

Junkyu menggeleng ragu. "Aku tidak tau, mau coba periksa? Aku takut kau kenapa-kenapa," katanya khawatir.

Lama berpikir, Junghwan akhirnya menggeleng. "Tidak perlu," katanya.

"Sungguh?"

"Ya, aku rasa ini akan segera sembuh. Lagipula, ini sedikit lebih tipis dari sebelumnya."

"Benarkah?"

Junghwan mengangguk mengiyakan.

"Baiklah, kalau begitu aku pulang dulu."

"Sekarang? Kau kemari menggunakan apa tadi?"

"Taksi online, kekasihku sudah menunggu di bawah. Aku pergi ya," pamit Junkyu.

Junghwan mengangguk dan mengantar Junkyu sampai pintu apartemen.

"Terima kasih banyak," katanya.

Junkyu tersenyum padanya. "Tak masalah, kau itu temanku! Jangan pernah merasa sungkan denganku, dan jika perlu sesuatu segera hubungi aku."

Junghwan tersenyum tipis, lalu mengangguk. Junkyu melambai dan berjalan ke arah lift.

Junghwan menghela napasnya dan kembali masuk. Pemuda itu mendadak teringat sesuatu.

Kakinya melangkah masuk ke kamar dan berhenti di depan lemari. Junghwan membuka 3 kancing piyamanya.

Keningnya berkerut seketika. "Bukankah ada memar juga di situ?" Gumamnya bingung.

Memar yang ada di dadanya menghilang tanpa bekas. Tak seperti di lehernya yang bahkan masih terlihat jelas.

Tangannya kembali meraba. Pemuda itu meringis. Sakitnya terasa, tapi tak ada bercak merah barang sedikitpun.

"Apa ini? Apa yang terjadi?"

Junghwan merinding seketika, saat suhu kamarnya mendadak terasa sangat dingin.

Pemuda itu mendongak dan terkejut setengah mati saat melihat pantulan bayangan hitam samar berdiri tepat di belakangnya. Junghwan segera menoleh ke belakang. Namun tak ada apa pun di belakangnya.

Junghwan kembali melihat ke cermin. Pantulan bayangan itu menghilang.

Sret

Junghwan mendongak, matanya membola.

Brukk

"Akh!"

✧༺♥༻✧

Junghwan lagi-lagi terbangun dengan rasa sakit yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Pemuda melirik ke samping, ada kopernya yang masih tergeletak.

Junghwan ingat, tadi malam saat dirinya bercermin ada sosok bayangan samar yang ikut terpantul di cermin. Namun saat dirinya menoleh ke belakang, bayangan itu tak ada.

Setelahnya Junghwan kembali melihat ke cermin dan bayangan itu benar-benar menghilang. Tapi kemudian terdengar suara benda bergerak. Pemuda itu mendongak dan terkejut saat koper miliknya tiba-tiba terjatuh menimpanya. Lalu gelap, Junghwan tak ingat apa-apa lagi setelahnya.

Junghwan menghela napas pelan, lalu mencoba untuk berdiri dengan kepalanya yang terasa pening. Junghwan melihat ke cermin, pelipisnya terluka. Bahkan ada darah yang menetes.

"Astaga.." gumamnya.

Junghwan menahan sakitnya, pemuda itu menyingkirkan koper miliknya ke samping lemari. Lalu pergi ke dapur mengambil kotak obat dan pergi ke kamar mandi.

Usai membersihkan diri dan mengobati lukanya. Junghwan mengambil ranselnya dan segera pergi ke kampus. Pemuda itu ada kelas pagi hari ini, dan dirinya tidak ingin terlambat lagi.

Setibanya di kampus, Junghwan mampir sebentar ke kantin untuk membeli roti dan susu. Setelahnya langsung ke kelas, sembari menunggu teman-temannya yang lain datang, pemuda itu melahap sarapannya.

Pikiran Junghwan melayang ke kejadian kemarin dan tadi malam. Mulai dari mimpi aneh itu, kemudian memar di leher dan dadanya, lalu bayangan, dan kopernya yang terjatuh sendiri.

Junghwan rasa mengenai mimpi itu, tubuhnya sedang lelah dan dirinya yang sedang banyak pikiran lah yang menyebabkan mimpi aneh itu terjadi. Lalu untuk luka memar di leher dan dadanya. Sedikit membingungkan, karena Junghwan rasa dirinya tidak menabrak atau tersangkut apa pun saat membantu temannya waktu itu.

Bayangan, Junghwan rasa itu hanya ilusi optik. Karena tubuh dan pikirannya yang lelah. Koper, ini aneh. Junghwan ingat kalau dirinya meletakkan koper itu pas mengenai dinding, dan tersisa jarak mungkin sejengkal dari ujung lemari bagian depan. Bagaimana bisa koper itu tiba-tiba jatuh dan menghantamnya? Apa kopernya bergerak sendiri?

"Yak! So Junghwan!"

Yang dipanggil mengerjap beberapa kali sebelum mendongak. Ada teman sekelasnya yang sepertinya baru tiba.

"Apa?" Tanya Junghwan.

"Kau baik-baik saja? Ada apa dengan kepalamu?" Tanya Doyoung.

Junghwan menyentuh luka di pelipisnya dibalut plester luka. "Ya, aku baik-baik saja. Hanya sedikit kecelakaan kecil," sahutnya.

"Sungguh? Tapi kau terlihat pucat, mau ku antar ke klinik?"

Junghwan menggeleng. "Tidak perlu, aku baik-baik saja."

Doyoung mengangguk pelan. "Baiklah, aku mengerti."

To be continued

𝟷𝟿-𝟶𝟹-𝟸𝟶𝟸𝟹

My Ghost [Woohwan] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang