Matanya mengerjap perlahan. Keningnya berkerut menahan pening. Pemuda So itu menatap sekelilingnya bingung. Hanya ada warna putih yang terlihat.
Sejenak Junghwan terdiam tak bergerak. Menatap kosong ke depan. Tempatnya begitu hening, namun beruntung suara detak jantungnya terdengar dan napasnya masih berhembus.
Itu artinya dirinya masih hidup kan?
Junghwan sekali lagi melihat ke sekelilingnya. Dirinya benar-benar sendirian di sana.
"Di mana aku? Kenapa aku ada di sini?"
Beberapa saat kemudian, Junghwan meringis. Darah mengalir dari kakinya yang berdarah, mengotori lantai yang dirinya pijak.
Kepalanya terasa pening. Matanya terpejam erat akibat menahan sakit.
"Pergi."
Junghwan tersentak dan refleks membuka mata. Pemuda itu semakin terkejut melihat seseorang yang tak pernah dia kenal berdiri beberapa langkah di depannya.
Keningnya sedikit berkerut. Junghwan merasa pernah melihat orang di depannya ini.
Sepasang mata tajam itu menatapnya datar. Wajahnya yang seolah tak memiliki ekspresi sedikit membuat Junghwan bergidik.
Dengan mencoba memberanikan diri, Junghwan bertanya.
"Siapa kau?"
Orang itu diam tak menjawab selama beberapa saat. Sebelum akhirnya membuka suara.
"Pergi."
Junghwan menyipitkan matanya. "Aku tidak akan pergi, sebelum aku tau kau itu siapa?"
Orang itu lagi-lagi terdiam selama beberapa saat.
"Pergi dari rumahku. Tak seharusnya kau berada di sini."
Sepasang mata bulat itu terkejut. Orang mulai mendekat. Junghwan tak bisa menggerakkan tubuhnya.
Tangannya terangkat ke leher Junghwan. Pemuda So itu memejamkan matanya erat, detik selanjutnya lehernya terasa begitu dingin.
Napasnya memberat. Tubuhnya terasa ringan. Kesadarannya perlahan menghilang. Bersamaan dengan sesuatu yang menariknya ke pusaran angin.
✧༺♥༻✧
Dering ponsel yang berbunyi keras di nakas, membuat seseorang yang terbaring di atas tempat tidur bergerak tak nyaman karena terganggu.
Tangannya bergerak mengambil benda persegi itu dan matanya sedikit terbuka untuk melihat siapa yang menelepon.
'Kim Doyoung'
"Halo?"
"Kau sibuk?"
"Kenapa?"
"Ayo temani aku."
"Ke mana?"
"Kencan-"
"Tidak, terima kasih."
Sambungan itu terputus secara sepihak. Ponselnya dilempar ke sembarang arah.
Perlu beberapa saat sebelum matanya terbuka lebar. Pemuda itu refleks duduk dan menatap sekelilingnya.
"Gila.."
Tangannya meraba lehernya sendiri. Keningnya berkerut merasa aneh. Kemudian beralih ke kepala, tangan, dan kakinya.
"Bukankah aku hampir mati tadi?" Gumamnya heran.
"Kau memang harusnya sudah mati."
Junghwan tersentak, pemuda itu menoleh ke arah balkon kamar. Di sana, samar-samar bisa dilihatnya siluet seseorang yang berdiri dibalik pintu kaca buram itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ghost [Woohwan] ✓
Fanfiction[END] So Junghwan, mahasiswa kupu-kupu semester 3 yang harus repot mencari rumah sewa atau apartemen hanya untuk dirinya tinggal. Awalnya dirinya dan mahasiswa lainnya tinggal di asrama yang disediakan kampus, namun itu hanya berlaku di tahun pertam...