Tantri Berubah Cantik

87 7 1
                                    

Tantri menggeleng, berusaha mengenyahkan pikiran buruk di kepala. Segera mengunci pintu dan menuju dapur.

Bahkan keluarganya saja tak tahu ia telah pergi selama dua jam. Mungkin, kalau ia kabur dari rumah dan tak kembali m
mereka tak akan mencarinya

Menghela nafas, ia menuang mie ayam ke mangkuk. Memanaskannya sebentar, lalu menyantapnya di dapur dengan pencahayaan minim.

Beberapa lampu sudah dimatikan. Termasuk ruang tamu, ruang tv dan dapur. Hanya lampu di dekat meja makan saja yang masih menyala, menyoroti dirinya yang tengah makan.

Tantri makan sembari memperhatikan serum itu. Tampak seperti serum-serum pada umumnya. Ada tulisan hitam kecil di bawah botol.

M153

Seingatnya itu nama toko yang tadi ia datangi.

Tap… tap… tap….

Ia tersentak, memicingkan mata. Dari meja makan melihat bayangan seseorang sedang menuruni tangga dengan sangat pelan sekali.

“Kak Tiara,” panggilnya. Bayangan hitam itu berhenti. Namun tak menyahut panggilan Tantri. Setelahnya sosok bayangan hitam itu turun kembali. Masih dengan langkah yang sama, sangat pelan.

“Kak! Ngapain, sih?“

Bayangan hitam yang ia pikir adalah kakaknya Tiara, berhenti melangkah. Tantri bangkit dari duduk dan berjalan mendekat. Bayangan hitam itu menunduk dengan rambut panjang menutupi wajah, perlahan mendongak ke arahnya.

“Kak, gak lucu tahu!“

Jantungnya berdetak tak karuan. Ia segera berlari menekan saklar lampu. Begitu lampu menyala, bayangan hitam itu tak ada di sana. Tantri meraih ponsel di saku.

“Halo Kak Tiara.“

“Halo… apaan sih lagi tidur ini.“

“Kakak ada turun gak tadi?“

“Gak! Aku langsung tidur abis bukain kunci buat kamu, kenapa?“

Ia diam tak menjawab masih memandangi tangga kosong itu dengan seksama. Takut bayangan hitam itu muncul lagi.

“Kamu digangguin, ya?“

Tantri terkejut. “Kok Kakak tahu?“

“Dah biasa, makanya cepat tidur kalo udah malam. Udah gih, aku tutup.“

Panggilan berhenti, ia bergidik ngeri. Segera mencuci bekas makan. Lalu mematikan lampu dan berlari menuju kamar.

Setelah membersihkan diri sekaligus cuci muka, Tantri duduk di depan meja rias. Pikirannya kemudian teralihkan dengan botol serum yang ia bawa tadi.

Aroma melati menyeruak masuk ke indra penciuman sesaat setelah ia membuka botol serum tersebut. Dahinya berkerut, baru kali ini ia mencium serum dengan aroma seperti ini. Aroma yang membuat bulu kuduknya berdiri.

Tantri menuang satu tetes di wajah seperti anjuran si wanita penjaga toko. Mengusapnya dengan lembut ke seluruh area wajah, lalu, menunggu dengan seksama.

Tak ada yang terjadi.

Satu menit. Dua menit. Tiga menit.

Wajahnya masih tetap sama.

Tantri berdecak kesal. Menggeser serum itu kuat hingga terhentak bersama body lotionnya di atas meja. Merasa sia-sia dengan mempercayai perkataan si wanita. Mana tangan masih terasa nyeri.

Ia kemudian merebahkan diri di kasur. Lalu menyembunyikan diri di atas selimut. Terlelap seiring malam yang semakin larut.

***

Toko M153 (Serum Terkutuk)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang