Setelah pulang dari Bandung dan terbawa kesedihan yang dialami oleh Selena, Dandi mengalami lelah yang luar biasa mendera. Menyetir sendirian dari pergi sampai pulang. Jam dua belas lewat ia sampai di kosannya kembali.
Tanpa berganti baju dan cuci muka terlebih dahulu. Matanya yang berat dan merah sudah tak bisa diajak kompromi, Dandi langsung tertidur.
Tak lagi-lagi ia menolong sosok hantu lain, meski ceritanya lebih menyedihkan sekalipun, karena kebanyakan sangat merepotkan dirinya. Yah, meski setelah menolong ia merasa sedikit lega.
Puncak dari segala masalah itu. Saat pagi hari ia bangun kesiangan padahal ada kuliah dengan dosen yang cukup galak, sial!
Dandi menatap jam di atas nakas. Jarum jam yang menunjukkan pukul setengah delapan pagi membuatnya terlonjak dari tempat tidur. .
Namun, sesaat setelah melompat ia tersadar akan sesuatu. Dandi berbalik dan dirinya terpaku karena ada seorang gadis yang tengah berbaring di atas kasurnya.
Tunggu!
Bukannya ia tinggal sendirian.
Dandi sudah hendak berpikir negatif, tentang apa yang ia lakukan kemarin malam. Namun segera teringat, saat melihat wajah sosok itu.
“Selena!“ pekiknya tersadar. “Apa yang kau lakukan di sini?“
Selena bangun dan menggeliat. Seolah tampak baru bangun tidur juga. Hah! Dandi tak habis pikir, memangnya ada hantu yang tidur?
“Kenapa kau bisa ada di sini. Bukankah kemarin kau sudah pulang ke rumahmu?“ sambung Dandi sembari berkacak pinggang sementara hantu wanita itu menatapnya dengan tampang polos tidak berdosa.
“Ya, aku memang sudah pulang ke rumah.“
“Terus?“
“Ehm… setelah kupikir-pikir. Aku memutuskan untuk ikut denganmu. Aku senang bisa jumpa dengan Mama dan Papa. Namun, mereka tak bisa melihatku. Percuma saja, aku tetap tak bisa berinteraksi dengan mereka dan kesepian.“
“Kalau begitu interaksilah dengan sesamamu!“
Selena menggeleng. “Aku tidak mau.“
“Aku tidak mau berteman dengan hantu.“
“Kau jahat sekali.“
“Sekarang pergilah!“
“Tidak.“
“Pergilah Selena! Aku sudah membantumu.“
“Aku tidak pernah mengatakan aku akan pergi setelah kau membantuku, kan?“
“Argghh….“ Dandi mengacak rambut dengan kasar. Menatap jam di dinding yang menunjukkan pukul tujuh lewat tiga puluh lima menit sementara kuliah akan berlangsung dua puluh lima menit lagi.
Tak memperdulikan lagi Selena yang berada di kamarnya, Dandi langsung berlari ke kamar mandi.
“Aku ikut!“
“Selena!“ teriaknya dengan tangan terkepal sebelum menutup pintu. Sementara hantu wanita itu hanya menanggapi dengan tawa.
“Aku bercanda,” ucap Selena masih dengan kekehan.
Dandi menghela nafas sembari memutar bola mata. Menutup kamar mandi dengan kuat. Niat hati menolong Selena agar hantu itu tidak mengikutinya lagi, yang ada malah semakin lengket.
Dasar apes!
Gak lagi-lagi ia melakukan hal ini.
***
Dandi berjalan santai menuju kampus karena mandi bebenya berpengaruh besar pada ketidakterlambatan hari ini. Dosen belum ada yang masuk karena masih jam delapan kurang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Toko M153 (Serum Terkutuk)
HorrorMenjadi cantik dengan cara instan. Siapa yang tidak mau. Hanya butuh tiga tetes darah saja. Namun, benarkah instan? Atau malapetaka malah terjadi usai kecantikan itu datang?