"Kemana lagi? Tentu saja aku mencarimu.""Mencariku? Sampai ke sini?"
Dandi mengangguk, ia bangkit dari duduknya.
"Tapi sejak tadi aku berada di kosan mu. Aku berada di rooftop."
"Kau ada di rooftop? Ngapain?"
"Tidak ada, hanya melihat-lihat temanmu sedang berolahraga."
Dandi memicing. "Hanya melihat saja?"
"Halah, sudahlah lupakan! Sebenarnya aku marah karena kau membuka artikel itu. Apa kau benar-benar membukanya?"
"Apa? Artikel merah? Tidak ada apa-apa di sana, jangan percaya dengan mitos, Selena."
Selena menganga. "Kau ... benar-benar membuka artikel itu ternyata. Apa kau sadar? Kau sekarang sedang dalam bahaya, Dan."
"Menurutmu begitu? Tapi aku tidak percaya. Itu sudah beberapa tahun berlalu, lagipula siapa yang akan ...."
Drrrt ... drrrt ....
Keduanya sontak mendongak, menatap plang berlampu di atas Dandi yang berkedip-kedip. Selena terbelalak.
"Dandi Mundur!" teriaknya keras.
Krakk!
Pyarr!
Dandi sontak mundur sejauh mungkin hingga ia jatuh terduduk dengan tepat waktu karena mendengar teriakan Selena. Kini keduanya bertatapan dalam diam diantara plang lampu jalanan yang pecah itu.
"Astaga, Nak! Kau tidak apa-apa?" tanya seorang lelaki tua segera berlari menghampiri Dandi. Membantunya berdiri, dalam sekejap lelaki itu dihampiri beberapa orang yang khawatir saat melihatnya.
"Untung saja kamu cepat menghindar anak muda. Kalau tidak entah apa yang akan terjadi padamu."
"Padahal plang itu baru dipasang kemarin, mungkin bautnya kurang kuat hingga bisa jatuh seperti ini."
Dandi terdiam, menoleh ke arah ibu-ibu yang berucap demikian. Pandangannya kini beralih menatap plang iklan yang memang tampak baru itu.
Benar-benar baru karena masih mengkilat.
Entah memang bautnya yang tidak terpasang dengan benar atau ini salah satu ketidak beruntungannya karena telah membuka artikel merah yang dikatakan oleh Selena.
Kini ditatapnya hantu wanita itu. Selena kini melihatnya dengan tatapan yang ... entah tak bisa Dandi jelaskan. Namun, dari matanya, hantu wanita itu terlihat sangat ketakutan.
Membuat Dandi penasaran, karena tatapan Selena walau mengarah padanya namun tatapan itu tidak untuknya. Sesuatu yang lain, yang mungkin berada di belakang tubuh Dandi.
Lelaki itu sontak menoleh, perlahan mendapati sesosok wanita dengan rambut-awutan sedang menyeringai menampakkan gigi-giginya yang tajam tepat di belakang Dandi. Sangat dekat sekali.
***
"Kau diikuti energi jahat sekarang," seru Selena dengan suara keras. Membuat Dandi berbalik, menatapnya lekat.
Keduanya tengah berjalan dengan jarak yang cukup jauh satu sama lain. Selena yang menjaga jarak, ia tak bisa berada dekat dengan Dandi sekarang.
"Jangan mendekat! Aku mohon! Tetaplah berada dalam jarak seperti ini!"
Dandi menghentikan langkah. "Apa seburuk itu, Selena?"
"Bukankah sudah kukatakan padamu, Dan?" ucap Selena kemudian. "Sosok yang ingin menarikmu tadi juga bukan kebetulan. Sekarang aku bahkan bisa melihat asap hitam yang berada di sekitar tubuhmu. Sangat pekat dan kalau kita berdekatan aku akan otomatis melemah karena kesakitan."
"Aku tak tahu akan jadi begini, kau tahu artikel itu tampak seperti main-main, jadi ...."
"Sebaiknya kita bicarakan ini di kos an mu, entah kenapa walau kami sama-sama hantu namun sekarang aku cukup ketakutan. Apa kau tidak lihat berapa banyak orbz (arwah) yang berterbangan sekarang?"
Dandi menatap sekeliling, baru ia sadari senja yang sudah menjelang itu membuat banyak orbz berkeliaran. Asap putih yang saling bertebrangan di atas sana membuat ia bergidik ngeri. Karena sesekali ia melihat bentuknya, dan itu sungguh menyeramkan.
"Baiklah, ayo kita pulang sekarang!"
"Kau harus tetap hati-hati! Sesuatu mengincar nyawamu sekarang, Dan."
"Aku tahu, makanya aku sedang mempercepat langkah."
Selena mendongak, menatap asap hitam pekat yang membumbung tinggi di atas tubuh Dandi. Sontak membuat sekujur tubuhnya gemetaran.
****
"Jadi, apa yang harus kulakukan sekarang?" tanya Dandi dengan wajah serius. Ia menata Selena yang berdiri di sudut ruangan sementara ia duduk di kursi dekat meja belajar.
"Apa kau tidak membaca peraturan yang ada di dalam artikel itu, Dan?"
"Aku membacanya, dsitu mengatakan kalau aku membaca artikel itu sampai tuntas aku akan mengalami hal yang sama dengan orang-orang yang memakai barang dari Toko M153 itu."
"Nah, begitulah nasibmu sekarang. Itu karena kau sangat keras kepala karena tidak mau mendengarkan ucapanku."
"Jujur Selena aku masih tidak bisa mengerti. Memangnya apa yang akan terjadi? Kau terus mengatakan nyawaku dalam bahaya. Apakah hanya dengan membaca artikel tersebut aku akan ...."
Dandi menggerakkan tangan di depan lehernya dengan kepala miring. Selena mengangguk-angguk di tempat.
"Itu kau tahu sendiri."
"Tapi kenapa bisa? Maksudku, aku hanya membaca."
"Keduanya terhubung. Aku tidak tahu bagaimana akan memulainya tapi barang-barang yang dijual di toko itu punya pemilik dalam artian lain?" Selena menggerakkan kedua jarinya di atas kepala saat mengucapkan kata pemilik.
"Maksudmu semacam penglaris?"
"Kurang lebih seperti itu. Nah, pemilik ini karena sudah memberikan apa yang kamu mau dia akan memintamu untuk membalas budi."
"Tunggu! Biarkan aku mencoba mencerna hal ini. Jadi Tantri yang ingin mengubah wajahnya menjadi cantik memakai serum yang berpemilik ini. Lalu, karena sang pemilik sudah berjasa untuk membuatnya cantik mereka ingin Tantri membalas budi dengan sebuah nyawa begitu?"
"Ya, bisa dikatakan seperti tumbal untuk sang pemilik agar kekuatan dari barang tersebut tetap terjaga hingga berganti ke orang berikutnya."
"Gila, siapa yang mempunyai ide menjual barang-barang seperti itu? Apa mereka tak punya belas kasih?"
Selena mengangkat bahu. "Sayangnya mereka selalu mengincar semua orang yang sedang putus asa. Percaya atau tidak saat kau tengah putus asa toko itu akan muncul di dekatmu."
"Kau tahu banyak Selena, apa kau pernah mengalaminya?"
"Tidak, tapi temanku. Gara-gara keputusasaannya akan bakat dia membeli barang di toko tersebut dan ... yah, kau bahkan bisa menebaknya sendiri. Dia kehilangan nyawanya dan itu merupakan penyesalan terbesarku karena ia adalah sahabat dekatku, Dandi. Karena itulah aku melarangmu membuka artikel tersebut. Aku tahu apa yang akan terjadi padamu setelahnya dan aku tidak mau kau mengalami hal yang sama seperti temanku."
"Maaf, aku gegabah, rasa ingin tahuku membuat semuanya kacau. Lantas apa yang harus aku lakukan untuk menyelamatkan nyawaku, Selena?"
"Hanya ada satu cara, kau harus menghancurkan barang dari toko itu hingga tak bersisa."
"Itu artinya aku harus mendapatkan serum itu dan memusnahkannya?"
Selena mengangguk. "Mau tidak mau kau harus mendekati Tantri dan bekerja sama dengannya menghancurkan serum tersebut. Karena nyawanya juga ada dalam bahaya."
"Aku tidak jamin dia akan percaya jika kita mengatakan hal ini. Kita sudah mencobanya dan itu sulit."
"Keuntungan yang dijanjikan barang-barang dari toko itu hanya sebentar Dandi. Itu kesenangan semu semata. Yakinlah, Tantri saat ini pasti tengah menerima balasan dari barang yang telah ia pakai."
KAMU SEDANG MEMBACA
Toko M153 (Serum Terkutuk)
HorrorMenjadi cantik dengan cara instan. Siapa yang tidak mau. Hanya butuh tiga tetes darah saja. Namun, benarkah instan? Atau malapetaka malah terjadi usai kecantikan itu datang?