Hampir Celaka

50 5 0
                                    

Ini beneran?" ucap Dandi sesaat terdiam setelah membaca tulisan peringatan di bawah artikel tersebut. Ia mulai gelisah dengan detak jantung berdebar lebih cepat dari biasanya.

Sesaat menatap layar laptop di hadapan. Kursor yang berkedip-kedip senada dengan detak jantungnya. Menunggu suatu hal yang tak pasti.

"Aku akan berada dalam bahaya kalau begitu?" tukasnya lagi. "Hey! Ini sulit dipercaya, zaman sekarang siapa yang masih percaya dengan hal-hal seperti ini?"

Dandi keluar dari laman tersebut, menutup laptopnya kemudian. Menganggap angin lalu hal tersebut, ia mulai beranjak dari tempat duduk.

Menatap ke sekeliling kamar, sejak pergi tadi Selena belum juga kembali. Membuatnya sedikit khawatir karena sore hari sudah akan menjelang.

Selena pernah cerita, kalau dia tak suka bepergian di sore hari saat senja sudah mulai muncul di peraduan. Sejak ia sudah menjadi hantu, karena saat-saat itu tiba, akan ada makhluk-mahkluk seperti Selena yang berkeliaran di luar sana.

Mulai dari energi yang jahat sampai jahat sekali berkeliaran saat senja mulai timbul. Frekuensi antara sosoknya dengan sosok-sosok itu bisa saja bentrok jika bersinggungan karena frekuensi mereka yang tidak sama.

Satu kali, kata Selena ia pernah mengalaminya membuat tubuhnya kesakitan luar biasa saat bersinggungan dengan sosok yang cukup jahat. Untuk itu ia juga memperingati Dandi, tak cuma sosok sepertinya. Manusia pun kalau bisa saat sore dengan ufuk merah yang mulai timbul tetap berada di rumah saja.

Karena akan banyak intensitas-intensitas yang berkeliaran saat senja itu tiba.

Dan sekarang membuat Dandi khawatir. Setakut itu Selena, lantas kenapa hantu itu tak juga kembali ke kamar kos nya? Apa Selena marah padanya karena keukeuh membuka artikel merah itu?

Keluar dari kamar kos, Dandi mulai mencarinya di koridor. Begitu juga saat ia mencari di setiap kamar kos penghuni lain. Tak ada Selena di mana pun.

Kemana hantu perempuan itu?

Dandi keluar dari bangunan kos. Menyusuri jalanan walau senja hampir menjelang. Tak perduli peringatan Selena, ia harus mencari hantu itu dulu.

Sebenarnya Dandi juga tidak suka. Seperti yang dikatakan Selena, perkataan hantu itu seratus persen akurat. Di jam-jam rawan begini. Banyak makhluk tak kasat mata yang menunjukkan eksistensinya.

Beberapa dari mereka bertampang rusak dan sangat mengerikan. Terutama saat Dandi menyusuri jalan raya yang lumayan ramai.

Para makhluk tak kasat mata itu hanya punya ingatan bagaimana kondisi mereka sebelum mati. Seperti saat ini, saat Dandi berusaha sekuat tenaga untuk mengalihkan pandangan saat ia melihat satu sosok berwajah pucat sedang menyebrang jalanan.

Awalnya ia pikir, itu manusia biasa. Karena sosok tersebut tak ubahnya seperti manusia-manusia lain yang tengah berlalu lalang.

Namun, keanehan mulai terjadi saat sebuah truk melesat dan menabrak sosok tersebut hingga melayang dengan kepala terbentur ke aspal. Darah mengucur banyak dan sosok tersebut sudah tak terbentuk.

Anehnya, satupun manusia di sana tak ada yang peduli, atau bahkan berteriak histeris selayaknya ada kecelakaan yang sedang terjadi. Semua sibuk dengan urusan masing-masing dan hanya Dandi lah yang melihat hal tersebut.

Membuat ia semakin tak yakin dengan penglihatannya. Semakin sulit karena ia mulai tak bisa membedakan mana manusia asli dan mana yang tidak.

Dandi hanya takut, suatu saat kemampuannya melihat makhluk tak kasat mata ini akan menjadi boomerang yang menakutkan baginya. Ia hanya bisa berharap semoga hal itu tidak akan pernah terjadi.

Lalu, setelah semua yang ia lihat tadi. Dandi mulai pucat saat  sosok yang tertabrak itu dalam beberapa menit kembali ke wujud semula yang tampak normal. Berjalan biasa dan mulai tertabrak truk lagi.

Hal itu terjadi berulang hingga membuatnya senam jantung tak berkesudahan. Dandi berpaling, setidaknya sebelum sosok itu bertemu pandang dengannya, bisa gawat nanti.

Nanti malah seperti Selana, meminta tolong padanya dan itu hanya akan merepotkannya saja.

Dandi melirik arloji, hampir jam setengah enam. Biasanya ia juga sering mengusir Selena dari kamar karena tingkah hantu itu yang tak karuan dan sering membuat ia kesal. Namun, kali ini saat Selena hilang ia justru khawatir.

Padahal ia selalu berdoa untuk bisa lepas dari hantu wanita itu.

Dandi menghembuskan nafas kasar. Cukup jauh juga ia berjalan. Bahkan sampai di jembatan yang cukup ramai dengan lalu lalang sepeda motor serta mobil pengangkut pasir.

Mengingat waktu tak lagi kondusif. Dandi memutuskan untuk berbalik dan pulang kembali. Mungkin saja Selena sudah kembali ke kamarnya. Atau jika Selena tak juga kembali Dandi akan berencana mencari lagi nanti malam.

Dandi menyusuri jalan di pinggir jembatan sembari menatap laju kendaraan yang lalu lalang lewat di hadapan. Langkahnya terhenti seketika saat menatap sesuatu yang tampak salah.

Seorang wanita tengah berdiri di ujung jembatan tepat di depan sana. Dandi yakini wanita itu sedang tak ingin berenang.

Lagipula siapa yang mau berenang sore-sore begini. Apalagi loncat di jembatan yang lumayan tinggi ini kalau tak berniat bunuh diri.

Tunggu!

Bunuh diri?

"Mbak!" panggil Dandi kemudian. Wanita yang sudah tergerak akan melompat itu seketika diam di tempat membuat Dandi menghembuskan nafas lega.

Rambut wanita itu berkibar menutupi seluruh wajahnya membuat Dandi tak bisa melibat dengan jelas.

"Mbak jangan gegabah, bunuh diri tidak akan menyelesaikan masalah," tukasnya sok bijak. Ia mengucapkan semua kata-kata motivasi agar wanita itu mengurungkan niat dan itulah kata-kata yang terlintas di kepalanya.

"Hi hi hi."

Degh!

Dandi tersentak, reflek mundur ke belakang. Kali ini, ia salah mengira lagi. Penglihatannya yang semakin tajam atau energi sosok ini yang begitu besar sampai-sampai ia tak bisa membedakan mana yang hantu dan mana yang bukan.

"Mau ikut denganku!"

Dandi terbelalak, tangannya ditarik paksa membuat ia terhuyung ke depan, terperosok paksa mengikut sosok itu ke dalam air laut.

Tidak, Dandi belum mau mati.

Bruk!

Tubuhnya terhempas oleh sesuatu yang cukup keras. Setelahnya ia tak ingat apa-apa lagi

***

"Selena," panggil Dandi kala ia membuka mata. Ia tak ingat apa yang terjadi. Begitu membuka mata ia sudah jatuh terduduk di atas tanah. Dan sekitarnya sudah bukan lokasi jembatan di mana ia bertemu sosok menyeramkan tadi.

"Astaga Dandi, kau ini sebenarnya kenapa?"

"Aku? Memangnya aku kenapa?"

"Apa kau tidak bisa membedakan mana yang hantu mana yang bukan? Apa sosok tadi sangat normal untukmu sampai kau tidak bisa merasakan keberadaannya kalau itu ternyata adalah hantu?"

"Aku pikir ...."

"Andai aku terlambat kau bisa mati tadi!"

"Selena ...."

"Kau tahu betapa khawatirnya aku? Sosok-sosok seperti mereka yang memutuskan mengakhiri hidupnya sendiri selalu dibayang-bayangi oleh kegelapan. Mereka selalu mencari teman. Energinya sangat pekat sampai rasanya aku tak bisa mendekat. Beruntung bisa menyelamatkanmu tepat waktu. Kalau tidak kau akan datang keduniaku, sama sepertiku menjadi sosok hantu penasaran."

"Dia tampak nyata."

"Makanya sore-sore begini ...." Selena memutus perkataannya. Menatap Dandi dengan pandangan bingung. "Lagipula sore-sore begini kenapa kau masih berada di luar Dan? Bukankah sudah kukatakan sore hari saat ufuk merah mulai muncul adalah waktu paling berbahaya."

"Kemana lagi?  Tentu saja aku mencarimu."

Toko M153 (Serum Terkutuk)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang