Wanita Gila

52 6 5
                                    

“Mau ke mana Tri?“ tanya Ibu membuka pintu di tengah ia sedang bersiap. Dimas mengajaknya pergi malam ini. Sebagai ganti kencan yang gagal kemarin. 

“Jalan, Bu.“

“Sama siapa?“

“Teman.“

“Yee… mentang wajahnya udah cantik. Dipakai buat gaet-gaet cowok,” teriak Sasya yang tiba-tiba lewat di depan kamarnya 

Tantri mendelik sekaligus menggeleng. 

“Lukamu udah sembuh belum.“

“Belum, sih, Bu.“

“Ya sudahlah. Hati-hati!“

Ia mengangguk. Ibu menutup pintu kamar. Tantri menatap wajah di hadapan sembari memiringkan kepala ke kanan dan kiri. Seperti ada yang kurang.

Ia menatap serum yang tergeletak di atas meja. Entah kenapa ada sedikit keraguan untuk memakainya kali ini. Namun, kalau tidak dipakai rasa percaya dirinya juga sedikit berkurang.

Tantri mengangkat serum itu. Terdiam beberapa saat sembari memperhatikan cairan bening dengan glitter emas itu bergoyang-goyang di hadapannya

“Akh… sudahlah pakai saja!“ seru Tantri sembari membuka tutup serum dan meneteskannya ke arah wajah. Bahkan ke pinggiran dahi yang terluka. Ia belum memakai perbannya kembali.

Setelah merata, Tantri menempelkan perban yang baru ke  lukanya agar tak semakin parah. Kali ini ia pastikan untuk menempel perban yang berbeda dari yang ia punya kemarin.

Setelahnya memoles bedak tipis-tipis dan liptint seadanya.

Ting!

[Udah di depan]

Sengaja tak membalas. Ia segera berlari ke depan rumah setelah berpamitan pada Ibu. 

"Sudah datang temanmu?"

"Sudah, Bu," ucap Tantri sembari membenarkan letak tas selempangnya.

"Di mana?"

"Depan rumah." 

"Kenapa gak disuruh masuk dulu?"

"Buru-buru Ibu, sudah ya kami pergi sekarang." Tantri menghindar, sengaja agar Dimas tidak masuk dan membuat waktu kencan mereka terganggu karena mengobrol dengan penghuni rumah.

"Hati-hati! Jangan pulang terlalu malam."

"Iya," teriak Tantri setelahnya menutup pintu rumah. Ia berjalan tergesa menghampiri Dimas yang sedang duduk di atas motor.

"Kau cantik sekali."

Tantri terkekeh malu sembari memukul pundak Dimas. Lelaki itu menjalankan motornya keluar dari komplek perumahan tempat Tantri tinggal dan melintasi jalanan.

“Kita mau ke mana?“ tanya Tantri di antara deru suara motor yang agak memekakkan telinga.

“Ha?“

“Kita mau ke mana?“ ulangnya sembari berteriak. 

“Makan dulu, mau?“

“Ehm… jangan deh. Aku baru makan.“

“Kalau nonton?“

“Boleh.“

***

“Mau nonton film apa?“ tanya Dimas saat kami mereka sudah berada di depan bioskop.

“Apa, ya?“

“Horor mau, gak?“

“Ehm… yang gak ada adegan bunuh-bunuhannya tapi, ya!“

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Toko M153 (Serum Terkutuk)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang