“Aku hanya ingin minta satu hal. Sebuah surat. Tuliskan kepada mereka bahwa aku menyesal. Aku mohon! Hanya itu.“
“Kau yakin?“
Sosok itu mengangguk, kulit gelambirnya bergerak-gerak membuat Dandi bergidik ngeri. Takut kulit itu terlepas dari wajah sosok tersebut.
“Bertahun-tahun sejak kecelakaan itu aku selalu mencari seseorang yang bisa melihatku. Tapi tak pernah kutemui sampai kita bertemu tadi. Aku tahu kau bisa membantuku….“
“Dengar,” potong Dandi, sekali lagi, beberapa orang yang melintas di dekatnya menatap laki-laki itu dengan pandangan aneh.
“Meski aku bisa membantumu. Akan terdengar aneh jika aku menyampaikan surat kepada keluargamu. Kau tahu, mungkin ini terdengar kasar. Tapi, kau sudah mati. Mereka mungkin tak akan percaya.“
“Aku tahu… tapi ini keingingan terakhirku. Setidaknya biar Mama tahu kalau selama ini aku menyesal telah meninggalkannya dan masih menyayanginya. Hanya surat permohonan maaf saja. Bisa, kan?“
Dandi berdecak, setelahnya menimbang-nimbang. Akhirnya mengangguk terpaksa membuat sosok di depannya itu tertawa senang sembari melompat-lompat. Dandi bergidik ngeri, kulit gelambir sosok itu bergoyang-goyang.
“H—hey! Jangan bergerak berlebihan. Kau membuatku takut.“
Sosok itu berhenti melompat sembari menyentuh wajahnya. Dandi meringis menahan nyeri.
“Apa wajahku tampak menakutkan?“
“Menurutmu?“
“Oh, maaf. Ini adalah kondisi terakhir sebelum aku meninggal dunia. Aku akan mengubahnya supaya kau tidak terlihat takut.“
Dandi terperangah, sekejap saja wujud menakutkan itu berubah menjadi sosok wanita cantik berambut sebahu. Dengan baju kaus panjang dan rok semata kaki. Penampilannya anggun dan sedikit berkelas. Benar-benar sangat berbeda dengan sosok kulit gelambir tadi.
“Ini wujudku sebelum bus mengalami kecelakaan.“
“Kenapa tidak dari tadi kau memperlihatkannya!“ tukas Dandi kesal. “Kalau bentukannya begini, kan, aku tidak perlu takut seperti tadi.“
“Ya, maaf. Memang aku tak pernah menunjukkan sosokku yang ini sebelumnya, butuh energi sedikit lebih banyak.“
Laki-laki itu mendengkus, membuang muka.
“Jadi, bagaimana? Kau mau menolongku, kan?“
“Baiklah, aku akan bantu. Ngomong-ngomong siapa namamu?“
“Selena.“
Dandi mengangguk-angguk. “Namamu bagus.“ Ia menatap sosok tersebut dari atas sampai bawah. “Sebagus wajahnya, sayang sekali mengalami hal yang tragis,” ucap Dandi namun hanya dalam hati pada kalimat terakhirnya.
“Kau siapa namamu?“ tanya Selena padanya.
Dandi tersentak, Selena berucap sembari berdiri dekat sekali dengannya. Perlahan ia terpaku sampai Selena menggoyang-goyangkan tangan di depan wajah Dandi.
“Panggil saja aku Dandi. Kalau bicara jangan dekat-dekat. Aku gampang kaget,” ucapnya sembari memalingkan wajah.
“Oh! Maaf.“
“Apa yang membuatmu kabur dari rumah?“
“Papa dan Mama menjodohkanku dengan anak temannya.“
“Kau menolak?“
Selena mengangguk. “Aku kabur dari rumah. Tanpa ucapan, tanpa surat.“
“Kenapa kau menolak dijodohkan Selena?“
KAMU SEDANG MEMBACA
Toko M153 (Serum Terkutuk)
HorrorMenjadi cantik dengan cara instan. Siapa yang tidak mau. Hanya butuh tiga tetes darah saja. Namun, benarkah instan? Atau malapetaka malah terjadi usai kecantikan itu datang?