7. Dana: Project Agreement

610 38 3
                                    

DANA
"Project Agreement"

○●○

Hunter masih melahap makan siang miliknya yang tinggal setengah; aku sibuk meliriki karyawan yang jelas-jelas sedang berbisik tentang kami berdua. Aku bahkan tidak paham kenapa mereka tidak bisa menghentikan gosip popcorn mereka. 

Aku mengusap bibir dengan tisu hingga mengecap warna krem lipstik yang aku kenakan. Sesudahnya aku meremas tisu tersebut bersamaan dengan kardus bekas makananku sebelum membuangnya ke dalam tempat sampah yang terletak di pojok kafetaria.

Hunter berdiri di sebelahku, pria tersebut masih mengunyah makanannya sebelum ikut membuang bungkus plastiknya ke tempat sampah. Ia berkacak pinggang sambil meringis melihat tempat sampah yang sudah penuh dengan bekas makanan.

"Relax, Dana ... kau terlihat seperti orang yang mau meledak." Hunter berjalan di sebelahku, sesekali menganggukkan kepala ke arah karyawan yang menyapanya. 

"Mudah bagimu untuk berkata karena kau masih mendapat perlakuan yang sama di mata mereka." Aku memutar kepala, menuangkan sanitizer sebelum menggosok tangan.

Hunter mendesah sebentar sebelum pria tersebut melirikku dengan wajah sedih. "Hiraukan mereka, lebih baik kita kembali ke lantai dua sekarang. Jam istirahat sebentar lagi selesai."

Aku hanya mengangguk, berjalan beriringan bersama dengan Hunter ke dalam lift sebelum kami berpisah di tengah jalan. Aku kembali menuju ke ruangan timku sementara Hunter kembali ke kantornya.

Aku mengambil papan klip yang sudah berisikan jadwal yang harus kamilakukan hari ini. Aku juga mengambil tablet gambar dari atas meja sebelum membuka notifikasinya. Beberapa anggota timku sudah menyiapkan sketsa animasinya kepadaku; aku menjadi bersyukur karena mereka melihat jadwal yang aku bagikan ke email mereka kemarin, jika tidak tim bagian produksi ini akan berantakan.

Aku mulai menganalisa videonya, juga membantu membuat laporan harian kepada Direktur Sanchez melalui laptop yang masih terbuka di hadapanku. Mengurus tiga hal sekaligus sudah menjadi makanan harianku bekerja di perusahaan ini, lagipula aku sudah punya banyak praktik dengan hadirnya Lucy dalam hidupku dan menjadi manajer yang nyatanya juga harus mengatur para karyawan seperti mereka berada di taman kanak-kanak.

Saat jam istirahat selesai, aku dapat melihat para karyawan yang mulai kembali ke meja, menyalakan kembali komputer mereka sebelum melanjutkan pembuatan sketsa animasinya.

Ketukan di depan pintu kantor membuatku langsung menoleh menjauh dari jendela. Dengan cepat aku menata kembali mejaku sebelum mengambil kertas cetak laporanku, memasukkannya ke dalam map beserta dengan portofolio progres hari ini.

"Masuk!"

Satu pria menongol dari depan pintu, tersenyum canggung sambil membawa tablet gambar miliknya kepadaku. Aku melirik kartu nama di dada kirinya, tersenyum kecil sebelum kembali mengingat-ingat kejadian dua tahun yang lalu.

Ah ... seseorang yang benar-benar memiliki potensial di perusahaan ini. Sayangnya meskipun perusahaan ini merupakan perusahaan besar, kualitas karyawannya hanya sebatas mirip barang rusak yang gagal diproduksi.

"Kye." Aku tersenyum lebar, mempersilahkan pria tersebut untuk duduk di kursi yang ada di hadapanku.

"Manajer Hunt." Ia tersenyum balik, menyerahkan tablet gambar miliknya kepadaku yang berisikan skrip film yang sudah diubah agar sesuai dengan arahan animasinya.

Aku kembali menatapnya. Bahu Kye seperti sekat pagar besi yang tidak bisa dibengkokkan, aku takut punggung belakangnya akan berkarat karena posisi tubuhnya yang terlalu tegang itu. "Kau bisa memanggilku Dana, kau tahu ... kita satu tim."

Reverie's Project [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang