18. Finn: Project Messed Up

534 42 1
                                    

FINN
"Project Messed Up"

○●○

"Mau memberi makan tupainya lagi?" Aku bertanya, masih menggendong Lucy sementara tanganku yang lain sibuk mencuili kacang polong dari makan malam yang belum aku selesaikan.

Kami duduk di depan teras belakang, ada berbagai macam tenda plastik yang di dalamnya terdapat banyak tupai yang berlindung dari hujan.

"Kau coba lempar." Aku memberikan satu kacang polongku kepada Lucy sebelum gadis tersebut melemparnya tidak jauh.

Gadis tersebut masih sesenggukan. Meski begitu, ia tidak lagi menangis karena ia sibuk melemparkan kacang polongku ke dalam tenda agar tupai-tupainya memakannya.

"Sudah merasa baikan? Jangan menangis lagi, oke?" Aku mengusap ujung kepalanya lembut sebelum gadis tersebut menenggelamkan kepalanya pada dadaku sambil melingkarkan seluruh tubuhnya. "Dingin?" Aku bertanya yang dijawab oleh anggukan kecil olehnya.

Aku memeluk gadis tersebut lebih erat, mengelus punggungnya dengan lembut sementara ia mulai melingkarkan kedua tangan mungilnya pada leherku.

Aku tidak berpikir bahwa aku tenar di kalangan bocah; aku juga tidak terlalu ingin mendapatkan perhatian mereka. Simone dan aku bahkan tidak dekat. Aku rasa bocah tersebut tidak menyukaiku seperti dia menyukai Gideon. Aku juga tidak menyalahkannya karena kami jarang bertemu kecuali saat acara besar keluarga.

Lucy? Aku bersumpah kepada diriku aku tidak akan membiarkan gadis ini kecewa. Aku tidak tahu pasti apa yang terjadi tapi jelas ada ikatan di antara kami, entah ini semua berasal dari Dana atau hanya sekedar dia saja, tapi aku tidak ingin hal buruk terjadi kepadanya.

Entah apakah Dana tahu bahwa aku juga peduli terhadap Lucy sejak pertama kali aku melihatnya di rumah makan cina itu, karena sejak gadis itu memanggil Hunter dengan panggilan Pak Botak, aku tahu bahwa aku dapat mengajarkan banyak hal kepada bocah ini. Dia akan menjadi pasukanku, prajurit kecilku.

Lucy dan Dana ... dua orang yang sukses membuatku menata ulang hidupku untuk mereka. Aku tidak pernah yakin untuk menikah—bahkan untuk punya anak, tapi Dana? Lucy? Aku menginginkan apa yang mereka punya.

Keluarga.

Atau mungkin semua ini karena efek panjang akibat sekaratnya keluarga Rhodes di rumah. Ibu bahkan tidak mau membicarakan masalah ini secara terang-terangan. Morgan berkata kepadaku bahwa tidak ada banyak waktu, keluargaku satu-satunya dalam hidupku akan pergi dan aku dihantui oleh ketidakpastian kehilangannya.

Dana dan Lucy? Mereka seperti keluarga baru. Aku masih amat bingung tentang semua hubungan kami, tapi dapat aku pastikan bahwa aku sangat peduli terhadap mereka, apapun nanti jadinya kami bertiga.

"Finn? Aku mencarimu di seluruh tempat." Dana berjalan pelan ke arahku sebelum ia mengintip Lucy di belakang pundakku. "Lucy?"

"Aku rasa dia terlalu lelah." Aku membuka suara, entah kenapa aku melakukannya. Aku tidak tahu Lucy seperti Dana paham dengan anaknya tersebut. Bagaimana aku bisa mengasumsikan apa yang Lucy rasakan sekarang?

"Kau benar, dia seharusnya tidak boleh terlalu lelah." Dana mengusap kepala Lucy lembut di pundakku sebelum ia menoleh ke arahku dengan wajah lembut.

"Apa dia masih sakit?" tanyaku merasa bersalah, mengingat Lucy terlihat rentan dengan sakit, aku tidak ingin kejadian rumah sakit kembali terjadi.

Dana menggeleng tidak yakin. "Seharusnya tidak. Tapi Lucy memang punya masalah kesehatan sejak bayi, jadi aku juga tidak tahu pasti."

"Mau kembali ke hotel? Besok acaranya seharian dan aku tidak ingin kalian berdua lelah menunggu." Aku ikut menarik tubuh Dana mendekat ke dadaku sebelum rasa hangat menyelimutiku.

Reverie's Project [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang