26. Finn : Project Grieving

339 34 1
                                    

FINN
"Project Grieving"

○●○

Aku tidak bisa melihat rumah seperti dulu.

Pekarangan belakang rumah memang sudah tidak terawat sejak dua bulan yang lalu. Banyak tanaman rambat dan ilalang panjang yang memenuhi kerak-kerak lantai. Serpihan debu terlihat di setiap jendela yang tidak peduli untuk aku bersihkan. Untuk pertama kali aku merasa sesak akibat debu yang memenuhi hidung.

Tidak hanya itu, beberapa jaring laba-laba terlihat di ruas-ruas atap rumah yang terekspos. Lantai-lantai kayu yang tidak lagi beraroma vernis kini berubah menjadi bau kayu yang terbakar.

Sudah seminggu lebih sejak pemakaman, dan satu-satunya bagian rumah yang tertata adalah kamarku dan dapur saja. Aku bahkan belum membuka beberapa barang dalam boks yang orang-orang kirimkan kepadaku di ruang tamu saat belasungkawa.

Morgan tidak lagi tinggal di sini, tapi ia sesekali berkunjung untuk menanyakan kabar dan apa yang dapat ia lakukan. Aku hanya mengatakan bahwa aku harap ia sedang mencari pekerjaan baru, karena tentu saja ... aku tidak lagi butuh perawat untuk tinggal di rumah.

Jawaban Morgan hanya anggukan. Wanita tersebut mengucapkan selamat tinggal kepadaku dan pergi sejak tiga hari yang lalu. Entah ke mana ia akan pergi, yang jelas wanita itu hanya mengungkapkan bahwa ia menyukaiku sebelum menutup pintu rumah untuk terakhir kalinya.

Aku juga tidak lagi mempekerjakan Rick. Pria tua itu akhirnya memilih menghabiskan waktu di rumahnya sambil membuka kedai rumah makan keluarga bersama istrinya. Kadang ia mencoba menghubungiku, tapi aku jarang mengecas ponsel sehingga aku tidak menerima pesan dari siapapun termasuk dirinya.

Apa aku berubah menjadi gila?

Aku dan Dana menghabiskan waktu banyak di kantor, lalu aku mengantarkannya pulang bersama Lucy sebelum kembali ke rumah ini.

Ah, rumah masa muda, sekarang sepi tidak seperti saat aku masih belia. Aku hanya sendiri berada di rumah harus tahu ingin ke mana. Kamarku bahkan rasanya lebih menciut dari biasanya. Aku masih ingat saat aku punya kasur anak-anak dengan tema mobil sampai aku menginjak umur sepuluh, sekarang kasunya tergantikan dengan kasur queen size yang tidak menumpu bagian jari kakiku.

Tugas editing yang aku kerjakan minggu ini sudah selesai. Hunter terus mengomel kepadaku untuk menyelesaikannya karena ia harus mengurus bagian transkrip dan subtitle yang harus ia kerjakan bersama dengan timnya sebelum deadline bulan Juli ini.

Satu tahun. Proyek yang tadinya akan dilakukan selama satu setengah tahun kini hanya berubah menjadi satu tahun. Aku tahu banyak karyawan di timku yang sudah mengalami burnout. Aku kadang melihat kesalahan pengeditan yang mengharuskan aku dan Adriana untuk merevisinya sebelum menyerahkan kembali tugasnya kepada karyawan tersebut.

Sekarang aku duduk di depan komputer dengan beberapa tab terbuka karena program aplikasi desain grafis yang sudah lama tidak aku buka sekarang kembali ada di hadapanku.

Aku mengecek notifikasi penjualan yang selama ini aku hiraukan, hampir tersedak kopiku sendiri saat aku melihat enam digit angka yang mengawang di dalam layar.

Aku seharusnya tahu bahwa bisnis ini akan sangat tenar jika aku terus memumpuninya, tapi aku bukan seseorang yang dapat fokus dengan banyak pekerjaan sekaligus. Sibuknya bekerja dan menjadi manajer membuatku menangguhkan semua hal ini untuk mendapatkan uang yang tidak begitu setara dengan penghasilan bisnisku yang aku tunggak selama dua tahun lebih lamanya.

Buku-buku bisnis yang aku 'curi' dari temanku yang berada di jurusan bisnis aku baca lagi setiap hari. Kali ini aku menulis catatan untuk diriku sendiri, menerapkan semua ke dalam strategi awal bisnisku yang mungkin akan membutuhkan lebih banyak uang daripada seluruh uang tabunganku dan kreditku.

Reverie's Project [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang