9. Dana: Project Fallout

476 37 3
                                    

DANA
"Project Fallout"

○●○

Progres animasi final ... 10%.

Jempolku menekan-nekan bolpoin berkeringat di genggaman tangan. Entah sudah berapa lama aku menghabiskan waktu menatap layar laptop. Empat jam? Lima? Enam jam?

Laptop di hadapanku menghilangkan jejak sensitivitas mata. Layar terangnya sudah tidak dapat menggangguku. Puluhan animasi yang belum di render sudah aku cek paling tidak sepuluh kali, memastikan tidak ada audio atau animasi eror pada pemrograman animasi dua dimensinya. 

Sambil mengucek mata yang mulai perih, aku kembali mengklik kursor ke bagian animasi yang sudah dikerjakan oleh timku. Aku pikir progres proyek ini akan bekerja dengan baik, tapi nyatanya aku salah. Banyaknya target harian dan beberapa proyek iklan kecil lainnya membuatku harus mengatur ulang kembali jadwal agar semua proyeknya dapat berjalan dengan semestinya.

Berkat proposal yang diserahkan Finn kepada direktur dan para dewan, kini departemen produksi harus melakukan survei lapangan kepada semua tim, termasuk timku, tim Hunter, dan tim Finn mengenai kebijakan mengenakan pakaian formal di dalam perusahaan.

Hunter juga disibukkan mengurus dua proyek sekaligus, yaitu proyek survei yang melibatkan pihak HR, dewan, kepala manajer, dan direktur. Ia masih harus meminta pengajuan kredit akhir animasi kepada semua pihak di perusahaan. Dia menutup dirinya di balik kantor sebulan penuh. 

Aku merasa kasihan kepadanya, pria tersebut sering mengkomplain kepadaku karena ia tidak dapat menghabiskan waktu banyak bersama dengan istri dan anjingnya. 

Sementara tim kami menunggu hasil akhir keputusan dewan dan Pak Hawke mengenai kebijakan pakaian, Finn dan aku harus bolak-balik menuju ke kantor direktur untuk melakukan revisi ulang berkaitan dengan produk akhirnya yang dinilai masih kurang.

Finn dan aku harus merombak sebagian besar animasinya, dengan Finn yang harus merekam ulang efek suara dan para aktornya sesuai jadwal yang masih kosong. Tentunya hal itu juga akan sulit, melihat agenda kalender bersama kami bertiga yang selalu penuh dengan jadwal bersama, mulai dari presentasi, rapat, kerja sama, serta screening animasi mentahannya.

Aku yakin aku muntah di kamar mandi kantor lebih dari sepuluh kali sejak proyek ini dijalankan. Sangat dimaklumi bahwa ini proyek animasi pertamaku di luar marketing iklan animasi, tapi tentu saja ... aku ingin pekerjaan ini untuk cepat terselesaikan.

Pukul dua belas malam adalah waktu yang tepat untuk tidur, tapi nyatanya aku masih punya sisa dua hard drive yang belum aku cek. Kye sudah baik hati dengan menyelaraskan videonya berdasarkan adegan sesuai plot sore tadi sebelum jam kantor berakhir. Aku bersyukur dapat menjadikannya anggota timku, pria tersebut sangat banyak membantuku.

Aku mendengkus, melirik ke lantai untuk menengok bekas kopi yang sudah kering di lantai. Dengan geraman kecil aku mengambil cangkir kopiku yang kosong di lantai, mengelap tisu pada bagian lantai yang terkena noda sebelum memasukkan tisu tersebut ke dalam sampah.

Aku bersumpah ingin tidur malam ini.

Tapi aku juga ingin menuntaskan tugasku untuk minggu ini. Rasanya tidak adil karena aku harus mengorbankan hidup personalku untuk proyek besar ini. Tapi di sisi lain aku juga menginginkan promosinya; aku ingin menghabiskan banyak waktu bersama dengan Lucy seperti orang tua lainnya.

Ah ... bagaimana bisa.

Aku bersandar di kursi, memperhatikan layar laptopku yang semakin memburam sebelum aku menjatuhkan bolpoin di genggaman tanganku. Animasi di layar laptopku masih menyala, tapi jujur saja ... aku tidak tahu apa yang terjadi di dalamnya, dan aku sudah membawa skripnya ratusan kali sampai sekarang.

Reverie's Project [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang