17. Dana: Project Off-Work

481 39 3
                                    

DANA
"Project Off-Work"

○●○

Finn tidak berbohong saat ia mengatakan kepadaku bahwa sepupunya membawakan aku dan Lucy tiket pesawat untuk pergi ke Seattle.

Sial, aku tidak pernah pergi ke Seattle sebelumnya. Apa yang aku lakukan di sana?

Tepatnya, apa yang akan aku lakukan setelah mengemas koper untuk aku dan Lucy berdua?

Tiga hari ... cukup untuk memberiku liburan dari kerja, tapi tidak cukup untuk mengalihkan pikiranku dari Finn.

Tanganku membuka dan menutup beberapa kali. Ponsel yang duduk manis di atas meja rias seakan mengejekku. Mendongak ke cermin, aku tidak menyadari bola mataku yang lebih gelap dari sebelumnya. Warna hijau tua bola mataku seakan berubah menjadi hitam selama beberapa detik sebelum kembali ke semula.

Notifikasi di ponselku kembali menyala. Pesan dari Finn mengatakan kepadaku bahwa ia sudah tiba dengan selamat di Seattle bersama ibu dan perawatnya, tidak lupa ia juga menambahkan bahwa ia akan menungguku dan Lucy hingga kami berdua sampai.

Aku kembali melirik koperku yang sudah ditata di depan pintu kamar. Pakaian untukku dan Lucy sudah tertata rapi, termasuk gaun baru yang aku beli kemarin bersama Lucy.

Aku menarik dan menghembuskan napas, tidak lupa menyibakkan rambut sebelum memanggil taksi online untuk menjemput kami berdua ke LAX.

"Lucy! Sudah menyiapkan semua yang kau bawa di tas ranselmu?" Aku menutup pintu kamar lalu berjalan ke kamar Lucy. Gadis tersebut sibuk memasukkan boneka tidurnya ke dalam tas meskipun jelas tidak muat. Gadis itu sangat fokus meskipun senyum di bibirnya sangat jelas terlihat.

"Kau tidak perlu membawa bonekanya, kita hanya akan pergi selama tiga hari." Aku mengusap pipinya yang belepotan dengan cat menggunakan jaket flanel yang aku kenakan.

"Tapi aku tidak bisa tidur tanpa Tiki." Ia masih memeluk boneka bebek bertopi seukuran dadanya tersebut dengan erat.

"Bonekanya tidak cukup dimasukkan ke dalam ransel." Aku mengecek ranselnya, melihat beberapa buku gambar dan juga alat menggambarnya dari Finn yang masih lengkap. Aku mendesah pelan, mengeluarkan beberapa barang sebelum mengembalikannya ke atas rak bukunya. "Tidak perlu membawa banyak-banyak, nanti hilang."

Lucy langsung menghentakkan kakinya ke karpet sambil mengerucutkan bibir ke bawah. "Aku mau menggambar."

Aku kembali menghela napas, berdiri dari kasur sambil melipat kedua tangan di depan dada. "Bawa Tiki atau buku gambarnya, pilih satu saja. Kau tidak ingin dua-duanya hilang, 'kan?"

Lucy melirik boneka dan buku gambarnya bergantian sebelum ia meremas boneka di pelukannya lebih erat. "Aku bawa bonekanya."

"Bagus." Aku memasukkan beberapa jajan ke dalam tas ransel Lucy sebelum memasangkannya ke punggung gadis tersebut. Aku tidak punya banyak waktu lagi untuk berdebat dengan bocah tentang boneka dan buku gambar.

Lucy menutup pintu kamarnya. Aku menyeret kopernya ke luar apartemen sebelum memasukkan kunci apartemen ke dalam tas selempangku. 

Aku menggandeng tangan Lucy menuju ke lantai bawah, kami berdua akan naik pesawat bersama untuk pertama kalinya—pertama kali Lucy.

Kami menghabiskan waktu tiga puluh menit untuk mengecek tiket sebelum masuk ke dalam pesawat. Aku dapat melihat Lucy yang menggenggam bonekanya lebih erat saat kami menemukan tempat duduk kami. 

Aku mengelus rambutnya lembut, membiarkan gadis itu duduk di sebelah jendela sementara aku duduk di tengah, bersebelahan dengan seorang wanita muda yang sibuk bermain video game di ponselnya.

Reverie's Project [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang