21. Dana: Project Fighter

348 37 5
                                    

DANA
"Project Fighter"

○●○

"Aku bersumpah aku tidak apa-apa. Aku hanya butuh lima belas menit untuk membersihkan diri setelah pulang dari kantor." Aku mengusap mataku yang perih sebelum berjalan ke kamar mandi.

Finn menarik tanganku, kembali mendongakkan wajahku menghadapnya sebelum kedua jempolnya mengusap air mataku.

"Katakan kepadaku, aku mohon, jangan pendam sendiri."

Aku menatap wajahnya yang tulus, matanya menatapku lembut membuatku pasrah untuk mengatakannya kepada Finn, hal yang aku lakukan tadi setelah pulang dari kantor.

"Mantan suamiku datang bersama kedua orang tuaku di apartemen dan mereka ingin Lucy untuk menghabiskan natal bersama mereka." Aku menggigit bibir untuk menahan isakan, tidak kuasa menahan tangis saat mendengar apa yang kedua orang tuaku katakan kepadaku tadi di apartemen.

"Mere—mereka berteriak kepadaku, mengatakan bahwa aku merupakan wanita berengsek dan tidak pantas menjadi ibu. Ib—ibu berkata bahwa Lucy seharusnya tidak tinggal bersamaku karena aku bekerja seharian dan menelantarkannya. Ia mengatakan jika aku anak buruk dan tidak tahu malu. Aku sangat tidak berada dan aku tidak pantas untuk menjadi ibu karena aku anak gagal." Aku sesekali terisak menahan air mata saat mendengar semua hal yang mereka katakan kepadaku di apartemen tadi.

"Finn ... aku tidak menelantarkan Lucy, 'kan? Aku berusaha sekuat tenaga untuk menyisakan waktu untuk Lucy. Ak—aku bukan ibu yang buruk, kan?" Kakiku terasa seperti jeli, aku tidak kuasa menahan beban tubuh dan hampir terjatuh ke lantai jika Finn tidak menahan tubuhku erat ke dekapan dadanya.

"Robin—dia meminta hak asuh Lucy padahal dia tidak pernah ada di kehidupan kami sejak aku mengandung Lucy. Dia pikir dia tidak punya urusan karena kami berdua sepakat dengan pernikahan dengan anak. Ta—tapi malam itu dia terlalu mabuk, dan dia melakukannya. Aku tidak tahu selanjutnya. Aku tidak tahu selanjutnya." Aku menggelengkan kepala dengan kasar ke dada Finn, tidak ingin mengingat malam itu.

Finn masih mendekapku di dadanya, membiarkan tubuhku yang bergetar untuk istirahat di pundaknya. Finn sangat nyaman, aku tidak ingin menjauh darinya, aku ingin terus bersamanya, ia merupakan suatu hal terbaik yang aku punya setelah Lucy.

"Robin ingin aku mencantumkan namanya ke sertifikat Lucy agar ia dan keluarganya bisa menghabiskan waktu bersama Lucy—dia akan mengambil Lucy dariku; dia akan mengambil anakku dariku. Di—dia memberiku surat dari pengadilan. Finn ... dia akan mengambil Lucy, dan keluargaku akan mendukungnya. Aku tidak tahu harus melakukan apa." Aku mencengkeram lengan Finn sekuat tenaga, terus meyakinkan diriku bahwa gadis itu akan diambil dariku.

"Aku pikir kau ke kantor—apa ini alasanmu tidak ingin aku ikut?" Finn nampak sakit saat melihatku, tapi ia masih menatapku lembut sehingga membuatku ragu untuk menjelaskan semuanya pria tersebut.

"Aku ke kantor, hanya sebentar, lalu aku pergi membeli kado natal sebelum membungkusnya di apartemen. Aku tidak tahu jika mereka akan datang." Aku menjelaskan, masih mengingat bagaimana jantungku berulah saat melihat tiga orang tersebut di depan apartemen.

"Apa kau memberitahu apartemen mereka?" tanya Finn penasaran. "Karena jika mereka tahu meskipun kau tidak pernah memberitahu mereka, itu akan jadi pertimbangan di pengadilan." Finn meremas kedua lenganku, membuatku menatapnya dengan mata tegas seakan memberitahuku bahwa semuanya akan baik-baik saja.

"Tidak, tapi aku yakin mereka dapat mencari kontakku lewat laman perusahaan di internet." Aku menggigit bibir sebelum kembali mengusap wajah.

"Apa kau membawa suratnya sekarang?" tanya Finn sambil meregangkan rahang. Aku melihat wajahnya yang kaku saat menghindariku, seakan sedang memikirkan sesuatu yang tidak aku ketahui.

Reverie's Project [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang