The Beast - 1

1.1K 107 2
                                    

Pulpen berlapis emas mengetuk-ketuk sesuai irama jariku yang makin lama makin cepat. Hal yang kubenci adalah menunggu! Kenapa si jelek itu lama sekali?!

Oke, tenang, Will. Setidaknya ini kesempatanmu mempersiapkan diri sebelum melihat sosok yang paling kamu benci.

Tok tok tok suara ketukan pintu dan tak lama pintu terbuka menampilkan sosok itu. Sosok yang paling kubenci di dunia ini. Bukan karena hanya dia yang kubenci tapi semua wanita sejenisnya.

Hah, aku akui ia sangat pintar tetapi yang tidak bisa ku terima, ia jelek. Dan aku sangat membenci wanita jelek. Wanita seperti itu tidak pantas berada di sekitarku.

Apa yang akan di katakan rekan bisnis dan sainganku jika mereka melihat wanita itu di sekitarku. Tentu mereka akan mengejekku.

Seorang William Pratama Walter, terkenal perfect dan dikelilingi wanita cantik dan seksi harus tercoreng karena si jelek itu. Kalau tidak memikirkan papa yang menyarankan ia menjadi sekretaris sementara, sudah pasti ku pecat pada hari pertama aku melihatnya.

"Ini semua data pelamar" ia menyerahkan setumpuk map tinggi ke atas mejaku.

Ajaib. Aku bahkan tidak tau bagaimana caranya ia bisa mengetuk pintu dan membukanya dengan membawa ini.

Aku mengibaskan tanganku sebagai tanda ia harus keluar dari ruangan. Tanpa bicara, ia melaksanakan perintahku. Itu lebih baik karena sekali ia bicara, aku akan semakin emosi.

Aku mengambil saputangan. Mengambil map bagian paling atas dengan ditempeli nomor 1. Membuka dan membaca datanya. Aku tidak perlu melihat fotonya. Foto dapat menipu. Lebih baik melihatnya langsung.

Butuh 20 menit membaca 57 map di atas meja. Aku rasa ini saatnya aku mewawancarai mereka.

Aku memencet tombol intercom yang ada di ruang pertemuan pribadiku yang khusus bertemu klien dan bersifat umum. Aku tidak ingin mereka memasuki kantorku selain partner bisnis yang penting.

"Panggilkan pelamar pertama" aku memutuskan sambungan sebelum ia membalas perintahku.

Tok tok tok suara pintu yang tak lama terbuka dan aku tau hanya sekretarisku yang boleh melakukan hal itu.

"Pak William" nada manja dari bibirnya membuat hatiku senang. "Apa aku boleh ikut menyeleksi pelamar?"

"Tentu saja" aku mengangguk ke arah kursinya yang ada disampingku.

Aku yakin kalau dia kesini ingin menyeleksi pesaingnya. Aku suka wanita yang ambisius dan suka bersaing.

Pelamar yang lalu semua kutolak karena tidak sesuai dengan kriteriaku. Bagiku menjadi sekretarisku tidak hanya pintar tetapi juga cantik dengan ukuran tubuh 34 24 36 atau 36 24 36, kaki jenjang dan cantik.

Dan wanita yang duduk di sebelahku salah satu kriteria yang kusebutkan. Walaupun kekurangannya tidak mampu mengerjakan tugasnya. Padahal ia lulusan dari universitas di luar negeri.

Suara pintu diketuk. "Masuk" seorang wanita masuk. Cantik. Walaupun tingkat kecerdasannya sama seperti Jessy saat menjawab pertanyaanku.

Belum lagi Jessy mengeluarkan cakarnya pada wanita itu membuat wanita itu merah padam dan menangis.

Sekarang sama seperti interview yang lalu dimana pelamarnya menangis jika tidak karena aku, Jessy yang membuat mereka down.

Aku memang membiarkannya menjadi orang berkuasa di sini karena saat mereka bekerja denganku, akan banyak tekanan. Dan aku tidak ingin melihat air mata. Itu semakin membuatku muak.

Semakin lama, aku semakin kesal dan itu semua berimbas ke para pelamar. Bahkan banyak yang menangis dan itu membuatku muak. Tidak ada satupun yang cocok. Jika ada pun, Jessy yang tidak setuju.

Dan ini pelamar ke 25. Kalau pelamar ini gagal sampai pelamar terakhir, maka hari ini juga aku akan menyuruh si jelek membuat pengumuman untuk menjadi sekretarisku.

Pintu terbuka menampilkan wanita berambut hitam. Gaya pakaiannya terlalu formal bagiku. Rambutnya hitam panjang menarik perhatianku. Make upnya pun biasa saja.

"Selamat siang" sapanya dengan sopan lalu duduk di hadapanku.

Aku meneliti penampilannya. Wajahnya memang cantik. Tapi aku tidak bisa meneliti ukuran tubuhnya karena blazer yang kebesaran ia pakai.

"Felice Jesselyn" aku menyebut namanya yang memang secantik orangnya. Aku tidak perlu melihat berkasnya karena semua sudah ku ingat.

Ia lulusan salah satu universitas di kota ini. Sangat jarang ada orang yang diterima lulusan universitas kota ini. Biasanya lulusan universitas luar negeri.

Jessy lebih dulu menanyakan pertanyaan yang sama padanya. Kuakui ia sangat cerdas menjawabnya. Bahkan lebih bagus saat Jessy menjawab waktu interview dulu.

Kepintaranya sebanding dengan si jelek itu. Dan ia lebih enak di pandang. Masalah gaya berpakaian, aku bisa merubahnya.

Aku akan memberikannya kartu kredit perusahaan dan ia bisa menggunakannya untuk merias diri dan merubah penampilannya menjadi wanita berkelas.

Masalah utamanya Jessy. Ia ingin sekali menjatuhkan wanita itu. Tetapi setiap pertanyaan yang diberikan Jessy, jawaban wanita itu dapat membungkamnya.

Aku semakin yakin padanya. Ia wanita yang kucari untuk menjadi sekretaris baruku. Dan aku tidak perlu bertemu dengan si jelek itu. Aku akan mengirimnya jauh dari lantai kantorku berada.
****

Witch and The BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang