Buku ini, buku tua tebal seperti kamus dengan sampul hingga dikuncinya penuh ukiran yang tidak beraturan membentuk tulisan kuno yang hanya dapat dibaca oleh para penyihir sejati. Buku yang diwariskan turun temurun hingga terakhir padaku. Buku yang berisi berbagai macam mantra, kutukan hingga ramuan sihir yang sangat ampuh. Yang sangat berbahaya hingga aku tidak pernah sekalipun membukanya.
Bukan karena aku takut untuk menyalahgunakan sihir didalamnya. Akan tetapi ada harga yang harus dibayar setiap kali membuka kuncinya. Harga sepadan yaitu umur 100 tahun ditukarkan dengan yang diinginkan didalamnya. Bukan itu saja, sekali membukanya, seperti candu yang terus menerus tanpa dapat ditahan.
Sekarang, mau tidak mau aku harus membukanya sebelum aku dibunuh oleh monster ciptaanku. Hanya satu kali saja dan aku akan menahan diri untuk tidak membukanya sekeras apapun keinginanku.
Aku berjalan ke arah dapur dengan monster mengikuti dibelakangku. Dapur yang kuas dilapisi dinding kaca yang menghadap halaman belakang. Rumah ini serasa familiar bagiku. Aku bahkan dapat dengan mudah mengetahui letak pisau di laci kedua di dalam lemari. Mengambilnya. Lalu duduk di atas kursi dapur. Tidak peduli dengannya yang berdiri disampingku.
"Apa yang akan kamu lakukan?" Tanya monster itu waspada dengan senjata tajam di tanganku.
"Apalagi? Membuka buku ini" jawabku tidak peduli dengan sikapku yang kasar terhadapnya. 100 tahun, umurku dipertaruhkan 100 tahun.
"Selama aku membuka buku ini, aku ingin kamu diam"
"Kenapa? Aku tidak suka kamu memerintahku!" Lagi-lagi sikap bossynya memuakanku. Apa dia tidak sadar jika ia bukan berada di kantor?!
"Ini bukan perintah. Apa kamu ingin kembali?"
Ia terdiam lalu menghembuskan nafas dengan keras. "Baiklah. Sekarang buka buku itu!"
Aku menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskan perlahan. Aku siap. Jari tanganku mengikuti ukiran yang mengelingi sisi sampul buku. Membaca mantra dengan suara berbisik. Mengangkat pisau ditangan kananku dan mengiris telapak tanganku hingga mengeluarkan cairan merah jatuh diatas buku.
"Aku, menyerahkan diriku padamu" bisikku diatas buku. Suara kunci terbuka diikuti dengan detuman halaman buku yang terbuka. Tepat seperti yang kucari. Menghilangkan kutukan monster.
"Apa isinya?" Tanya monster disampingku yang tentu tidak mengerti tulisan di tiap lembaran.
"Cara menghilangkan kutukan monster" bacaku pada judul yang ada dihalaman mengartikan bahasa yang hanya penyihir yang tahu.
Mataku mengikuti huruf-huruf membentuk kata. Pikiranku membaca kutukan yang aku tau bahwa itu salah satu sihir yang terlarang. Yang membuat pemberi kutukan juga menerima akibatnya. Dan aku tahu kutukan yang kuberikan jenis kutukan yang tidak dapat dicabut bahkan dengan sihirku sekalipun.
Aku melewati penjelasan yang tidak penting bagiku karena itu semua sudah terjadi akibat kesalahanku yang tidak dapat menahan amarah. Menyesal pun semua sudah terlambat. Yang harus aku lakukan sekarang harus mencari cara mengembalikan aku dan si monster itu ke semula.
Dapat! Cara menghancurkan kutukan dan mengembalikan penerima kembali seperti semula. "Cara agar kamu kembali seperti semula hanya dengan cinta sejati?" Selalu cinta sejati! Ini memuakan!
"Cinta sejati?! Apa kamu sedang bercanda!" Ternyata ia juga tidak menyukai cinta sejati. Untuk orang sepertinya, cinta sejati itu hanya mitos. Begitu juga denganku. Tidak ada di dunia ini cinta sejati terutama pada kaumku!
"Tidak. Ini tertulis dibuku ini"
"Sial! Aku pikir hanya di dongeng-dongeng murahan!'
"Ya, dan penyihir yang ada didongeng-dongeng itu benar-benar nyata" ucapku yang dibalas dengan tatapan tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Witch and The Beast
Romance"Menjadi penyihir bukan hal yang mudah. Terutama jika disalahgunakan. akan ada konsekuensi yang harus aku tanggung. Tetapi jika hampir setiap hari bertemu dengan tuan besar yang sombong dan arogan, bukan ga mungkin aku akan menyihirnya!" ~ Valerie ...