Aku pikir aku akan mati. Aku pikir kemampuan memulihkan diriku hilang karena fisikku yang tua. Syukurlah aku bisa pulih meski membutuhkan waktu yang lama.
Hah... Ingatanku kembali saat masa-masa sulit. Dimana para penyihir diburu dan dibunuh. Banyak penyihir yang mendapatkan hukuman setelah memberikan kutukan terlarang disakiti, ditusuk bahkan kakinya dipotong agar tidak lari, tangannya dipotong agar tidak mengeluarkan kekuatan. Lidah dipotong agar tidak merapalkan mantra. Kemampuan pemulihan diri mereka sangat lambat bahkan hilang hingga orang-orang berhasil menangkap dan membakarnya.
Aku pikir monster itu akan melakukan hal itu padaku. Setelah aku tak berdaya, ia membunuhku. Ternyata aku diberi kesempatan untuk hidup meskipun kedua tanganku diikat. Meskipun aku harus menerima tawarannya sebelum ia benar-benar membunuhku. Menghancurkan jantungku.
Lebih baik aku menuruti semua keinginannya lalu saat ia lengah aku akan menyerang balik. Bahkan mungkin aku akan kabur darinya.
Sekarang aku harus mencari cara agar kembali ke penampilanku semula. Cara selain menukar jantung dengan orang yang mencintaiku. Karena hal itu sangat tidak mungkin, kan?
Buku itu. Aku meletakannya di kamar atas. Dengan pelan aku keluar kamar di lantai bawah dimana William menempatkanku di kamar yang kecil setelah percobaan pembunuhannya yang hampir membunuhku.
Semakin hari aku merasa semakin lemah. Ada sesuatu dalam diriku yang harus aku tahan. Sesuatu yang membuatku kuat meski fisikku yang renta. Sesuatu yang jahat hingga tidak dapat membuatku kembali lagi meskipun aku berhasil kembali ke penampilanku yang dulu. Sesuatu diselimuti warna merah, segar dan enak. Tanpa sadar aku mengusap salivaku yang keluar saat membayangkannya.
Tidak. Aku harus kuat, aku yakin ada sesuatu yang dapat membuatku kuat tanpa menuruti keinginan jahat itu. Aku yakin ada makanan yang dapat menggantikannya.
Aku membuka pintu kamar. kamar itu sangat kotor, dipenuhi dedaunan dan air hujan karena kaca jendela yang pecah belum monster itu ganti. Aku mengayunkan jariku. Pecahan kaca yang berserakan di dalam dan diluar seperti magnet kembali ke bingkai jendela. Melekat satu sama lain dengan sempurna tanpa ada retakan.
Hanya saja ada pecahan kaca yang belum kembali dari tempatnya. Seperti lebah pecahan kaca masuk dari pintu. Aku menahan pecahan kaca itu. Menggoreskannya di telapak tanganku. Lalu melepaskan potongan kaca seperti magnet kembali ke bingkai kaca. Sempurna.
Aku mengayunkan tanganku membersihkan kamar itu dalam sekejap. Lalu mengayunkan tanganku membuka lemari dimana buku disimpan. Menarik buku itu ke tanganku.
Sekarang hanya membuka buku dengan meneteskan darah yang mengalir di telapak tanganku. Membaca mantra. Memikirkan bagaimana lain agar aku bisa kembali seperti semula.
Brakkkk!! Buku itu terbuka tepat dihalaman yang aku inginkan. Dan tepat saat itu pula ada kekuatan yang mencabut usiaku hingga membuatku lelah. Semoga saja ini sepadan dengan usia yang aku pertaruhkan.
Aku menunduk menatap halaman buku yang terbuka. Sial! Kenapa halaman ini?! Bukannya ini yang terbuka sebelumnya?!
"Aghhhhh!!! " aku melampiaskan amarahku melempar vas yang ada didekatku. Melampiaskan semuanya hingga aku tenang.
Jadi memang tidak ada cara lain selain mendekati si monster itu! Membuatnya jatuh cinta padaku dan menukarkan jantung kami. Tetapi bagaimana?! Kami saling membenci! Sangat tidak mungkin kami saling mencintai.
Apa aku memang harus melakukan cara kedua? Tetapi aku takut setelahnya aku bukan menjadi orang yang sama. Aku akan menjadi sosok penyihir yang paling aku benci. Sosok yang sangat jahat, kejam dan berhati iblis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Witch and The Beast
Romance"Menjadi penyihir bukan hal yang mudah. Terutama jika disalahgunakan. akan ada konsekuensi yang harus aku tanggung. Tetapi jika hampir setiap hari bertemu dengan tuan besar yang sombong dan arogan, bukan ga mungkin aku akan menyihirnya!" ~ Valerie ...