The Beast - 5

464 57 5
                                    

Akhirnya aku menemukan harapan untuk melepaskanku dari kutukan sialan ini. Aku sangat yakin Felice wanita yang tepat untuk membebaskanku. Ia tidak berlari ketakutan seperti Jessy setelah tahu jika aku berubah seperti monster. Ia bahkan selalu datang kemari meskipun ada ketakutan dimatanya saat menatapku. Tetapi ia tidak menghindariku.

Sekarang hanya bagaimana cara agar ia tidak takut padaku. Aku harus mencari cara agar ia nyaman berada di dekatku dan jatuh cinta meski aku berpenampilan monster seperti sekarang.

Apa sebaiknya aku menagih penyihir itu? Ia sudah berjanji untuk membantuku mendapatkan hati Felice.

Srakkk!!! Suara dari luar terdengar keras oleh telingaku yang semakin menajam. Siapa yang berani memasuki kawasanku?

Aku melihat monitorku. Felice. Kenapa ia keluar tengah malam? Hah, pertanyaan yang bodoh! Tentu saja ia kabur! Aku memukul meja di hadapanku. Aku salah! Wanita itu sama saja dengan Jessy. Mereka tidak akan pernah mencintaiku!

Aku terus menatap monitor. Mengamati Felice yang berlari menuju ke arah depan. Meski menyakitkan, membuatku marah sekaligus kecewa, akan tetapi aku tidak dapat melepaskan pandanganku darinya. Harapanku satu-satunya pergi meninggalkanku.

Menyerah. Suara penyihir sialan itu terngiang. Mungkin penyihir itu benar. Sebaiknya aku menyerah. Tidak ada yang bisa menerima diriku. Sebaiknya aku menyiapkan hatiku untuk menerima fisikku karena hampir setiap jam rasa sakit menyayatiku menandakan bunga mawar yang berguguran. Batas waktuku untuk menghancurkan kutukan.

Sekelebat bayangan melintas dibelakang Felice. Apa itu? Apa ada binatang buas masuk ke kawasan rumahku? Sebaiknya aku harus cepat memeriksanya. Felice memang mengecewakanku tetapi aku tidak bisa membiarkannya berada dalam bahaya.

Aku berlari keluar dengan kekuatan fisik yang aku miliki. Hanya dalam hitungan detik aku sudah berada di luar rumah.

"Aaaaaaaaa!!! Tolong!" Suara jeritan Felice dari arah kiri depan rumah. Aku yakin ia melarikan diri dari makhluk yang ingin menyerangnya.

Hanya dari atas jalan yang paling cepat. Aku melompat ke atas pohon. Melompati pohon-pohon yang tinggi menuju keberadaan Felice. Penciumanku menajam mengendus parfum yang ia kenakan. Ia disana!

Itu bukan binatang buas. Dari atas aku melihat makhluk diselubungi kabut hitam. Hanya tangannya yang terlihat seperti cakar serigala. Ia memerangkap Felice di bawah pohon besar. Makhluk apa itu? Apa penyihir sialan itu mengutuk orang lain lagi? Merubahnya menjadi monster sama sepertiku?

Sial! Akan ku beri pelajaran penyihir itu nanti! Aku melompat menyerang monster itu sebelum ia menyakiti Felice. Saat berhadapan dengan makhluk itu aku bisa melihat matanya merah menyala. Giginya tajam mampu mengoyak kulit dengan mudah. Wajahnya meski tidak dapat kulihat jelas, tetapi aku dapat mengenalinya. Si penyihir sialan! Ia monster itu! Aku tidak tahu jika ia bisa berubah menjadi monster!

"Pergilah saat ada kesempatan" perintahku pada Felice dengan menoleh ke arahnya. Dapat kurasakan jika penyihir sialan ini tidak dapat diajak bicara. Ia sangat berbahaya. Hawa membunuh darinya begitu kuat.

"Awas!" teriak Felice memeringatiku tanpa melepaskan pandangannya dari monster saat aku lengah.

Terlambat! Monster itu mencakar bahuku dengan kukunya yang tajam. Apa ia sengaja? Sial! Ia memang berniat membunuhku!

Aku mengusap bahuku yang berdarah. Kali ini aku tidak akan lengah. Aku menyerangnya. Mencakar lengannya dengan luka yang dalam.

Bukan kesakitan, penyihir itu hanya menyeringai. Mengejekku. Stttt... Luka itu menutup sangat cepat tanpa bekas. Kekuatannya lebih kuat dari sebelumnya. Ini gawat!

Witch and The BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang