The Witch - 9

91 20 8
                                    

Dingin dan gelap. Tubuhku tidak dapat digerakkan. Aku seperti dirantai. Entah berapa lama aku akan terkurung disini. Mungkin ratusan tahun atau selamanya. Aku tidak dapat kembali.

Walaupun demikian, keputusanku tidak akan pernah kusesali. Monster itu lebih kuat menghadapi Gilbert. Sedangkan aku tidak sekuat dirinya. Aku sangat lemah. Fisikku sendiri tidak akan mampu menghadapinya. Tetapi monster itu berbeda. Tidak peduli fisik yang lemah, ia mampu melawan dengan kekuatannya yang besar.

Lebih baik aku terkurung disini asalkan monster itu mengalahkan Gilbert. Aku tahu monster itu sangat berbahaya tetapi Gilbert lebih berbahaya jika ia hidup. Gilbert akan memburu semua penyihir. Menyerap kekuatan dan umur mereka sampai ia abadi.

"Valerie" aku seperti mendengar teriakan William. Terasa seperti berbisik di telingaku. Ah, mungkin itu hanya khayalanku.

"Valerie, aku minta maaf. Ini semua salahku kamu menjadi seperti ini. Seandainya waktu terulang kembali aku tidak akan menyakiti hatimu dan mempermalukanmu"

Rantai yang membelengguku lenyap setelah mendengar permintaan maaf William. Rasa dendam dan amarah padanya sirna. Ya, yang ku butuhkan hanya permintaan maaf yang tulus untuk meredakan amarahku.

Sinar terang menembus kegelapan. Melahapnya hingga tidak tersisa. Memberikanku kekuatan yang tidak pernah aku bayangkan. Aku bangkit berdiri. Mencari cara agar bisa keluar dari kurungan monster yang masih memenjarakanku.

"William" panggilku berharap ia bisa mendengar suaraku.

Tidak. Aku tidak dapat merasakannya. Apa terjadi sesuatu pada William? Perasaanku sangat tidak tenang. Apa monster itu mencelakai William? Atau Gilbert? Membayangkannya membuatku takut.

Aku menutup mataku. Menggunakan kekuatan yang ada untuk mengetahui keberadaan William.

Tepat saat itu juga aku melihat Gilbert menusuk jantung William demi melindungiku dari serangan licik Gilbert. Tidak! William!!

Dengan kekuatan penuh aku menghancurkan kurungan monster di tubuhku. Mengambil alih tubuhku dari monster yang menguasaiku. Menarik jiwanya ke dalam dasar jurang. Mengurungnya di penjara yang penuh kegelapan.

"Kau akan menyesal mengurungku lagi! Kau dengar itu Valerie!!!" teriak monster penuh amarah yang tak ku pedulikan.

Pikiranku hanya pada William yang bersimbah darah. Mencemaskan keadaannya. Marah pada Gilbert yang melukainya.

"Brengsek!" Gilbert harus mati!

Tetasan embun pagi turun tepat disaat yang aku inginkan. Aku mengangkat tanganku. Semua embun yang ada di sekitarku terangkat dan berhenti. Menunggu perintahku untuk menyerang Gilbert.

Hanya sekali serang aku bisa membunuhnya. Tetapi tidak. Aku tidak ingin semudah itu ia mati. Aku ingin ia merasakan kesakitan amat sangat hingga ia berharap untuk dibunuh saat itu juga!

"Kamu berasal dari embun?" tanya Gilbert terlihat terkejut sekaligus iri lewat tatapan matanya. Aku tahu ia semakin ingin memiliki kekuatanku.

Huh! Ia tidak akan pernah bisa mendapatkan kekuatanku! Aku mengibaskan tanganku sebelum Gilbert bertindak. Memerintahkan semua embun menghujam seluruh tubuhnya.

Butiran embun melesat seperti peluru menghujam Gilbert. Menembus seluruh tubuhnya. Rintihan kesakitan Gilbert belum membuatku puas. Kembali aku mengangkat tanganku. Kali ini targetku adalah jantungnya!

"Valerie, hentikan" William? Perhatianku kembali tertuju pada William yang terbaring dengan darah keluar dari bibirnya.

"Dasar bodoh! Kenapa kamu melakukannya?" aku menunduk menyeka darah di bibirnya. Jika saja ia tidak menyelamatkanku, ia tidak terluka seperti ini.

"Aku tidak ingin kamu membunuhnya. Kamu harus menjadi peri"

Bagaimana bisa aku menjadi peri jika melihatnya diambang kematian. "Aku tidak akan pernah menjadi peri. Aku akan menjadi penyihir jahat dan menguasai dunia ini"

Jika aku menjadi penyihir jahat, setidaknya aku bisa membangkitkan William. Membuatnya hidup meski kami berdua menjadi monster sekalipun.

Aku berdiri. Kali ini aku harus membunuh Gilbert. Mengambil kekuatannya dan kekuatan buku yang ia telan.

Di saat aku mengangkat tanganku, sentuhan di kaki menghentikanku. "Hen.. ti.. kan.. " ucap William dengan darah keluar semakin banyak. Kaki ku lunglai. Terduduk di samping William yang terbaring dengan nafas tersenggal.

Tidak. Aku tidak ingin melihatnya pergi selamanya. Tetapi bibirku terkunci rapat. Aku hanya bisa menatapnya. "Ma.. af.." ucapnya sebelum ia menghembuskan nafas terakhirnya.

Air mataku mengalir setelah ratusan tahun. Rasa kesedihan begitu hebat melandaku. William.. Ia tidak boleh mati.

Ya, hanya ada satu cara agar ia selamat. Tubuh rentaku tidak dapat bertahan lebih lama. Tetapi William berbeda. Ia masih sangat kuat.

Aku mengiris dada kiri william dengan kuku yang tajam. Lalu mengiris dada kiriku. Darah mengalir deras di luka kami. Tanpa ada rasa sakit aku menukar jantung William yang rusak dengan jantungku yang masih bagus. Aku hanya memiliki waktu beberapa menit sebelum meninggal tanpa jantung.

"William, aku harap kamu selalu memiliki kehidupan yang baik" ucapku sambil menyembuhkan lukanya yang terbuka. Perlahan luka itu menghilang tak berbekas.

Tubuhku yang renta terjatuh di samping William yang masih belum sadarkan diri. Tahu jika waktuku hanya tinggal beberapa detik lagi.

Sekelopak bunga terbang terbawa angin jatuh di pipiku. Maaf Elora aku tidak bisa memenuhi janjiku untuk menjadi peri. Aku tidak dapat mewujudkan harapanmu padaku. Aku menggenggam kelopak bunga sebelum kesadaranku hilang selamanya.

*****







Witch and The BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang