The Beast - 2

1.3K 117 9
                                    

Membosankan! Tidak ada yang menarik dengan pesta ini. Semua berpura-pura ramah kepadaku. Padahal aku tau mereka memakiku di belakang.

Jika tidak mengingat sekarang menjabat CEO, sudah pasti aku pergi dari pesta ini. Berpesta sesungguhnya di private club tempat berkumpul dengan sahabatku.

Kenyataannya, aku hanya meminum anggur sambil berbicara dengan para petinggi perusahaan. Sesekali menanggapi percakapan mengenai pekerjaan.

Berusaha menikmati pesta sambil sesekali menatap karyawati yang berubah berpenampilan sexy dengan gaun malam. Bahkan ada yang tak segan menggodaku.

"Pak William, apa bapak ingin berdansa?" Ajak Jessy dengan penuh percaya diri.

Tentu saja aku tidak menolak. Dengan ini aku bisa bebas dari para penjilat. "Baik. Mari" aku memberikan gelasku pada pelayan yang lewat dan mengandeng Jessy ke lantai dansa.

Tatapan iri para karyawatiku jelas membuat Jessy semakin berbangga hati. Dan aku menyukainya. Menyukai wanita yang tau apa yang ia inginkan dan banggakan.

Kami berdansa mengikuti aluanan lagu. Tergoda dengan sentuhan Jessy yang sengaja membangkitkan hasratku.

Sial! Malam ini aku akan mewujudkan keinginannya. Aku tau ia sudah mendambakannya semenjak pertama kali kami bertemu. Hanya malam ini dan tentu saja aku harus berhati-hati agar ia tidak menjebakku dengan cerita hamil nantinya.

Tatapanku teralihkan pada sekretaris baruku, Felice. Sangat cantik dengan kecantikan alami. Terutama saat ia tersenyum kepada karyawan pria yang sedang berdansa dengannya.

Meski cantik, tetapi wanita itu bukan tipeku. Wanita lembut seperti jelly. Aku lebih menyukai wanita yang seksi dan membara seperti api. Wanita yang bisa di ajak bersenang-senang.

Bukan wanita yang serius dan lembut. Wanita yang cocok berada di rumah memasak, melayani suami dan menjaga anak-anak. Wanita yang seperti Felice.

Tatapanku beralih ke pojok ruangan dan berhenti di sana. Mengerikan! Bukankah itu si jelek? Sedang apa dia di sana? Apa dia ingin menakuti orang-orang.

"Ada apa?" Tanya Jessy yang bingung karena kami berhenti berdansa.

Aku menatap Jessy tetapi entah kenapa masih terbayang wajah si jelek yang mengerikan. Hasratku tiba-tiba saja menguap.

Sial! Wanita itu memang merusak suasana! Dia harus diberi pelajaran! Berani sekali ia menampakan wajahnya dihadapanku!

"Sebentar" aku melepaskan rangkulan Jessy. Aku tidak peduli dengan kekesalannya. Aku harus memberi wanita itu pelajaran!

Dengan langkah lebar aku berjalan ke arahnya dan mengambil minuman dari pelayan yang lewat. Tatapanku tak lepas dari wanita yang sedang makan seperti orang kelaparan yang lama tidak makan.

"Apa kamu kesini hanya untuk makan?"

Ia menatapku dengan wajah merah padam. Menjijikan. Membuatku ingin terus menghinanya. Menjatuhkannya di depan semua karyawan.

Ia tidak pantas berada di tempat ini. Derajat perusahaan ini akan jatuh jika ada karyawati sepertinya bekerja di sini.

Jika cara halus dia tidak pergi dari tempat ini, maka dengan cara kasar ia akan keluar dari perusahaan ini. Dan aku tidak akan melihat wajah jeleknya.

Kekesalan akan hasratku yang lenyap dan muak melihat dirinya, aku terus menghinanya. Tidak disangka ia berani melawanku. Melawan CEOnya sendiri.

Dengan dagu terangkat ia melewatiku. Memuakan! Apa dia pikir, dia bisa pergi begitu saja?

Witch and The BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang