Akhirnya sudah seminggu ini aku terbebas dari tuan sombong. Walaupun sekarang aku bertugas di ruang arsip perusahaan. Kalau tuan sombong itu mengira aku menderita disini, itu salah besar. Ini tempat yang aman. Aman untukku menyembunyikan jati diriku.
Aku sangat menyukai menyusun berkas-berkas penting perusahaan. Berkutat pada kertas-kertas lebih baik dari pada bertemu orang-orang. Terutama dengan bos arogan itu!
Disini rasanya sangat nyaman. Membuatku hampir lupa jika sejam lagi ada pesta di lantai 9 selesai jam kerja. Pesta rutin yang diadakan 6 bulan sekali sebagai tanda penghargaan kepada seluruh pekerja di sini.
Aku ragu hadir di pesta itu. Aku tidak membawa gaun. Apalagi nanti bisa saja aku bertemu dengan tuan sombong. Hah, memikirkannya saja membuatku benar-benar tidak ingin pergi.
"Apa kamu tidak ke lantai atas?" tanya Mila, seniorku yang juga bertugas di ruang arsip.
Ia sudah berganti pakaian dan terlihat cantik dengan gaun yang ia kenakan.
"Entahlah. Lagipula aku ga bawa gaun" alasan klise memang. Tapi patut dicoba karena aku memang ga ingin menghadiri pesta perusahaan.
"Pakai pakaian ini aja. Banyak kok yang pakai pakaian kerja" Mila menarikku keluar dari ruang arsip. "Pokoknya kamu harus ikut ke pesta"
Aku ga bisa menolak. Dengan setengah hati mengikuti Mila berjalan ke lift. Tanganku pun masih dipegang.
"Disana banyak pria tampan dari berbagai devisi. Siapa tau ada yang cocok"
Yah, itu cocok untuknya. Sedangkan aku.. Aku memandang pantulan diriku di lift. Rambutku acak-acakan. Pakaianku kebesaran. Ga ada menarik sedikitpun.
Apa ada yang akan menyukaiku apa adanya aku? Mencintaiku dengan penampilan yang sangat mengerikan.
Hah, itu hanya khayalan. Bagaimana mungkin ada yang mencintaiku. Bahkan menoleh untuk kedua kalinya pun mereka pasti jijik.
Ting! Suara pintu lift terbuka. Suara musik dan orang-orang lalu lalang memakai gaun indah dan seksi, dan jas yang rapi serta parfum yang memabukkan.
"Ayo kita cari minuman" Mila terus menarikku ke arah pinggir ruangan. Bermacam-macam minuman dan makanan yang menggiurkan tersedia.
Meskipun begitu, tak ada seorangpun yang makan. Mereka lebih memilih mengambil minuman. Lalu berkumpul dengan grupnya sendiri.
"Val, kita cuma ambil minuman jangan makanan untuk menjaga image kita" saran Mila yang ga kupedulikan.
Jika pria menyukai kita, meski kita makan sekalipun dia tetap suka. Ga peduli kalau kita bau mulut karena makanan, atau terlihat rakus.
Yang paling penting sekarang aku lapar. Lagipula aku disini bukan untuk mencari pria. Hanya terpaksa datang dan akan pulang setelah selesai makan.
"Aku lapar" ucapku pada Mila sambil berjalan ke arah meja makanan. Mengambil piring dan sendok. Lalu mengambil makanan yang aku inginkan.
"Aku pergi ke sana ya" bisik Mila meninggalkanku ke arah seberang.
Aku ga bisa menyalahkan Mila yang meninggalkanku seorang diri. Ia kesini karena ingin mencari pasangan.
Sangat susah bagi devisi kami bertemu pria karena hanya berkutat di ruang arsip. Apalagi dengan jam kerja yang juga susah bertemu pria di luar sana.
Aku makan di pojok ruangan. Menikmati makanan di piringku. Ga peduli dengan tatapan sinia ataupun sindiran orang-orang. Aku sudah terbiasa dengan itu semua.
"Apa kamu kesini hanya untuk makan?" Suara sinis ini. Siapa lagi kalau bukan bos arogan yang menatapku dari atas sampai ke bawah dengan tatapan menjijikan.
"Dengan penampilan seperti ini kamu terlihat seperti pengemis" hinanya yang siapapun bisa mendengar.
Pengemis? Itu hinaan yang sangat kasar! Aku ga peduli dia bosku tetapi dia sangat keterlaluan!
"Jaga bicara anda!" Aku memberi tatapan tajam.
"Kamu berani melawan saya?!" Tatapannya seakan ingin membunuhku.
Dia pikir aku akan takut hanya karena dia pemimpin perusahaan ini? Enggak! Meski aku bawahannya tetapi aku juga punya harga diri.
"Iya. Saya akan melawan dengan orang yang hanya bisa menghina orang lain dengan kata tidak pantas!"
"Kamu.." Geramnya sambil mencengkram gelas sampai ujung jarinya memutih.
Tindakan yang ga pernah aku duga, ia tertawa keras. Apa ada yang lucu? Aku melihat sekeliling yang ternyata menatap kami tanpa kusadari.
"Kalian lihat wanita mengerikan ini?" Teriaknya pada semua orang yang hadir.
"Apa perkataan saya salah jika dia terlihat seperti pengemis?"
Hampir semua orang berteriak menyetujui perkataan tuan sombong jika aku terlihat seperti pengemis. Bahkan ada yang mengucapkan kata-kata kasar ke arahku.
"Kamu tidak pantas di sini. Melihat wajah kamu yang menjijikan, merusak suasana!"
"Panggil security usir wanita ini!" Perintah pria sombong membuatku geram.
Aku ga pernah merasa malu dan terhina seperti ini. Di bilang menjijikan dan diusir di depan orang-orang banyak.
Plashhhhh!! Tiba-tiba air di siram di wajahku dengan keras. Cairan lengket dan bau alkohol. Belum lagi rasa malu, terhina dan amarah yang ga bisa kutahan.
"Itu cocok untuk wajahmu yang jelek." Ucapnya sambil menatapku dengan penuh kemenangan.
Aku ga akan membiarkan perbuatannya kali ini. Dia harus diberi pelajaran! Orang sombong dan arogan yang hanya menyukai keindahan, huh! Akan ku buat dia sebaliknya. Meski harus mempertaruhkan kecantikanku.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Witch and The Beast
Romance"Menjadi penyihir bukan hal yang mudah. Terutama jika disalahgunakan. akan ada konsekuensi yang harus aku tanggung. Tetapi jika hampir setiap hari bertemu dengan tuan besar yang sombong dan arogan, bukan ga mungkin aku akan menyihirnya!" ~ Valerie ...