***
SATYA
"loh... perusahaan kita sama." Ucap Zuhra seraya melongok pada lanyard milik Satya. "divisi nya?"
"em—saya Personalia." Balas Satya yang niatannya untuk vaping auto gagal.
"loh.... Sama dong." Balas Zuhra. "berarti kamu staff saya? Kok pas perkenalan ngga ada?"
"em..." Satya termagu, tidak mungkin ia bilang kalau dirinya sengaja terlambat. Ia tidak mau merusak citra diri di depan perempuan idamannya.
Tapi di luar dugaan, Zuhra tersenyum. "jangan pake alesan macet, semuanya juga kemacetan pas berangkat ke kantor."
Satya tak mampu berucap digantikan tawa canggung seraya menghisap vape miliknya dengan perasaan campur aduk. Zuhra yang ia kenal di jaman kuliah adalah perempuan manis dengan gaya berpakaian santai. Entah apa yang terjadi beberapa tahun belakangan sehingga perempuan idamannya kini duduk di bawah pohon Beringin yang sama dengan Satya; untuk 'membuat awan'
"tempat ini enak juga buat vaping, sepi dari lalu lalang..." komentar Zuhra. "di tempat lama susah banget buat vaping karena orang-orang pada julid liat cewe ngerokok."
"i—iya, saya ngga terlalu suka keramaian." Balas Satya, ia menelan ludah seraya berpikir keras untuk mencari bahan obrolan.
"kamu berarti dateng ke nikahannya Rayhan?" tanya Zuhra lagi.
"em—iya." Balas Satya kaku.
"diundang bareng temen kantor ato--"
"saya temen kuliahnya." Balas Satya, semoga aja obrolannya lebih panjang.
Zuhra menatap Satya kemudian tertawa tak percaya, "demi apa kita satu kampus juga? Kenapa dunia sempit banget? Kok gue ngga pernah liat lo?"
"saya... ngga aktif organisasi apapun sih pas kuliah." Balas Satya. "tapi saya tau beberapa mahasiswa yang orang organisasi."
Satya kira Zuhra akan membahas sang suami Andra, namun perempuan itu hanya mengangguk kecil. "ya anggep aja kita kenal dari perusahaan ini, kerja yang bener ya. jangan malu-maluin gue sebagai kepala manajer lo yang baru."
Perempuan itu mengulurkan tangan jenjangnya yang kecoklatan, Satya menjabat tangan Zuhra dengan jantung yang berdegup lebih cepat.
***
ZUHRA
Zuhra mendecak kesal sampai tak sengaja meletakkan ponsel lumayan keras di meja kerja, lingkungan ini begitu baru untuknya dan bepergian sendiri bukan ide yang bagus lantaran Zuhra selalu diantar jemput Gio kemanapun."permisi." Sapa seorang karyawan Personalia dari depan pintu ruangan. "untuk laporan keuangan bulan ini mau di print atau di email, Bu?"
"boleh di print nanti saya cek manual." Jawab Zuhra. "makasih ya."
Seraya karyawan itu pergi, Zuhra menyingkap lengan baju; lebam di tubuhnya akibat 'permainan' Andra belum sepenuhnya pulih. Ia merasa beruntung punya warna kulit yang lebih gelap daripada orang kebanyakan sehingga memar tidak terlalu nampak.
Tapi hari ini semua persepsi nya berubah ketika tiba-tiba sosok lain muncul di ruangannya tanpa ia sadari.
"itu... kenapa?"
Mata Zuhra membelalak lantaran kehadiran Satya benar-benar mengejutkan, dengan segera ditutup kembali lengan baju seraya berdiri dengan wajah penuh emosi seakan ia tertangkap basah melakukan sesuatu yang amoral. Dikuncinya ruangan itu seraya tangannya menyeret Satya menuju lemari besar penyimpanan data di dalam ruangan itu.
"ma--- maaf saya cuman mau pami--"
"kenapa masuk ruangan ngga ketok pintu?" potong Zuhra dengan tatapan marah. Ia merapatkan tubuh pada Satya membuat laki-laki itu terpojok.
"ka—karena ruangan nya terbu---"
"lancang." Cecar Zuhra dengan wajah mendongak lantaran Satya lebih tinggi darinya, ia pikir dengan sikap yang seperti ini akan membuat laki-laki itu ketakutan namun Satya dengan lembut meraih pergelangan tangan Zuhra. Matanya yang kecoklatan menatap perempuan itu lekat.
"jangan." Satya berucap amat sangat pelan. "kamu.... Ngga tau apa-apa tentang aku dan.... Gimana perasaan aku kalo kamu mojokkin aku kayak gini."
Di saat Zuhra lengah tiba-tiba Satya mendorong dan berhasil mengganti posisi; perempuan itu kini dipojokkan oleh Satya seraya nafas laki-laki itu menerpa wajahnya.
"setelah bertahun tahun... kenapa baru sekarang?" ucap Satya yang tidak Zuhra pahami. "apa.... Aku harus ngelanggar batas?"
Satya melonggarkan genggaman pada pergelangan Zuhra dengan dada yang kembang kempis, semu merah mencuat pada wajahnya yang berkulit bening seraya laki-laki itu keluar dari ruang penyimpanan.
Kemudian Zuhra termenung, jantungnya dengan aneh berdebar tak karuan saat punggung lebar laki-laki itu perlahan menjauh darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIGH-RISE (NSFW 21+) ✔️
Fanfic"Sepertinya ini semua manifestasi dari perasaan yang lama terpendam" -Satya, 2023- ◇ THE 20TH WORK BY MAMACIS! ◇ WARNING : NOT SAFE FOR WORK (NSFW) READERS UNDER 21 PLEASE BACK OFF!! DISCLAIMER : NOT A BL STORY #1 enhypensunghoon #2 localff #3 enhyp...