***
ZAKI
"apa yang bikin kamu balik ke sini nak?"
Zaki tersenyum pada perempuan separuh baya sembari menyapu halaman dengan sapu lidi, "saya mau mengabdi juga ke tempat yang udah besarin saya dan kakak."
"tapi kamu ada pekerjaan kan?" tanya perempuan itu.
"ada Bu, tenang aja." Jawab Zaki, "akhir-akhir ini saya bosen tinggal sendirian di rumah, lagi pengen balik ke sini aja... apa Ibu keberatan?"
"ngga lah nak... Ibu seneng kamu keliatan sehat." Jawab Ibu seraya menepuk pundak Zaki. "kamu bisa tinggal disini kapanpun kamu mau."
Seraya melanjutkan pekerjaannya tiba-tiba ponsel Zaki berdering menunjukkan nomor tak dikenal. "halo?"
"selamat sore, bisa bicara dengan saudara Zaki?" tanya suara dari seberang.
"saya dengan Zaki." Ucapnya. Sang penelpon memberikan informasi yang terdengar standar namun laki-laki itu tertegun mendengar informasi selanjutnya.
"... aku kesana." Zaki menjawab singkat seraya dikembalikannya sapu ke ruang alat kebersihan.
.
Pasien meminta untuk menghubungi saudara via Rumah Sakit karena alasan khusus. Untuk saat ini kondisinya sudah sangat membaik sejak ditemukan dua hari yang lalu
Zaki menelan ludah berkali-kali, di genggam erat tangan perempuan yang berbaring dengan wajah pucat. Pakaian rumah sakit menyibak semua guratan yang ada di leher dan tubuhnya.
".... dek."
Zaki terkesiap, ada kelegaan sedikit perempuan di hadapannya telah sadar namun dadanya merasakan nyeri luar biasa melihat kondisi yang tak terduga.
Kakaknya, yang selalu kuat untuknya.... yang selalu mendukungnya.... ternyata memiliki luka-luka yang selama ini disembunyikan.
"aku mau pulang." Pinta perempuan itu yang adalah Zuhra. "ke panti, aku mau pulang ke rumah kita."
"belom waktunya kak." Ucap Zaki, namun Zuhra menggeleng dengan mata berkaca-kaca.
"sekarang." Pintanya. "aku janji akan cerita semuanya, tapi kita harus pulang sekarang... aku takut."
Pikiran Zaki dipenuhi tanda tanya, tapi demi kakak satu-satunya ia mengangguk pelan. "adek selesein dulu administrasinya... sebentar ya kak." Pintanya kemudian menoleh kanan dan kiri mencari meja suster, ia bergegas dengan langkah kaki dipercepat. Semuanya terasa begitu cepat bagi pikiran Zaki yang sempat kosong setelah telepon dari Rumah Sakit beberapa jam lalu.
"bisa aja pulang hari ini kak, tapi butuh penanganan ya di luka nya karena belum kering sempurna." Ucap suster di counter.
".... maaf sus, saya belom tau ada apa sama kakak saya." Ucap Zaki seraya menggaruk lehernya. "saya bener-bener... blank."
Suster menatap Zaki dengan iba, ia mencondongkan tubuh untuk berbisik. "pasien ditemuin orang di pinggir jalan kak, dengan luka tusuk di perut."
***
"kalo butuh apa-apa kabari Ibu ya, Ki."
Zaki mengangguk dan kembali duduk di sebelah Zuhra yang masih belum bisa duduk. Perempuan itu tersenyum tipis.
"kayaknya beberapa hari ke depan aku bakal ngerepotin kamu, dek." Ucapnya.
"silahkan tapi kakak utang cerita sama aku." Jawab Zaki dengan suara gemetar, mata kecilnya perlahan menggulirkan airmata. "ada apa dengan semua ini? Kenapa sama badan kakak, kenapa banyak bekas luka? Apa yang dia lakuin ke kakak?? Dan.... kenapa ngga cerita ke adek?!"
Suara Zaki yang meninggi tentu saja mengejutkan Zuhra, perempuan itu tertunduk mendengar adiknya yang kemudian terisak. Kepala laki-laki itu rubuh di samping tempatnya berbaring, tangannya yang besar menggenggam tangan Zuhra dengan gemetar.
"selama ini kakak udah lakukan segala hal buat adek, adek udah dewasa kak~ adek bisa bantu kakak kalo ada kesulitan!" ujar Zaki frustasi, wajahnya basah dengan air mata. "siapa yang jahat sama kakak??"
Tangan kurus Zuhra terangkat lemah menuju kepala Zaki. "aku.... ga mungkin bahayain nyawa kamu dek, dari awal aku yang salah.... tertarik sama dia."
Zaki mendongak, "..... ga mungkin ini perbuatan mas Andra, dia kan baik banget sama kita dari adek kecil!"
"bukan dia." Zuhra tersenyum tipis. "ga mungkin dia mau ngotorin tangannya dengan hal kayak gini, dia nyuruh temennya dek.... sahabatnya."
Zaki menelan ludah sembari Zuhra melanjutkan ucapan. "aku minta tolong, sembunyiin aku disini. Jangan sampe siapapun tau keberadaan kita di sini kecuali...."
Laki-laki itu mengangguk setelah sang kakak membisikkan sebuah nama, diusapnya wajah sembap itu segera. "aku infoin ke pihak Panti Asuhan, semoga mereka bisa bantu kita."
Namun saat Zaki beranjak, Zuhra menahan tangan sang adik dan mengucap lagi...
"sekarang kita Cuma punya masing-masing, kamu jaga diri ya dek... semuanya akan kembali lagi dari nol. Kakak harap kamu sabar."
***
ada yang bisa nebak kira-kira yang nyerang Zuhra siapa?
jangan lupa vote dan comment dulu sebelum nebak hehehe~
KAMU SEDANG MEMBACA
HIGH-RISE (NSFW 21+) ✔️
Fanfic"Sepertinya ini semua manifestasi dari perasaan yang lama terpendam" -Satya, 2023- ◇ THE 20TH WORK BY MAMACIS! ◇ WARNING : NOT SAFE FOR WORK (NSFW) READERS UNDER 21 PLEASE BACK OFF!! DISCLAIMER : NOT A BL STORY #1 enhypensunghoon #2 localff #3 enhyp...