***
SATYA
Satya bukan penggemar film atau penggemar bioskop, hanya saja setelah kejadian saat team bonding membuat ia dan Zuhra bertukar nomor dan kali ini Zuhra mengajaknya pergi nonton. Seraya menunggu di mobil, Satya mematut diri di spion tengah kemudian menyemprot sedikit parfum agar mobilnya tercium wangi. Momen kali ini benar-benar tidak boleh gagal."yuk." Zuhra masuk dan duduk disebelahnya, tanpa basa-basi Satya meluncurkan mobil menuju bioskop yang dituju. Keduanya terdiam membiarkan lagu dari radio melantun pelan menemani perjalanan mereka.
"Ibu—em, kamu ngga dijemput asistenmu?" Satya mencoba membuka pembicaraan.
"gue bilang kalo gue ke rumah adek gue." Balas Zuhra, laki-laki itu melirik setelan baju Zuhra yang terlihat berbeda saat mereka beraktifitas di kantor tadi siang.
"kamu ganti baju." Komentar Satya.
"to change the vibes, terkadang gue gitu. Gamau abis uring-uringan di kantor terus mau have fun pake baju yang sama." Balas Zuhra, perempuan itu mengeluarkan cermin dari tas untuk memeriksa apakah gincu yang ia kenakan tak terlalu mencolok. Pembicaraan cepat berakhir seraya mereka telah tiba di bioskop.
Satya mengerjapkan mata, malam ini mereka akan menonton film bertema keluarga; bukan genre yang Satya suka. Tapi demi menghabiskan waktu dengan perempuan idamannya ia tak keberatan.
Sepuluh menit film berjalan, sungguh membosankan sampai Satya nyaris tertidur. Lagi-lagi ia melirik Zuhra yang menatap layar bioskop dengan fokus seraya tangannya mengambil popcorn beberapa kali. Satya menghela nafas kecil mencoba berpikir positif.
Enjoy lah nontonnya, ini sama Zuhra loh. Batin Satya mencoba mengubah pola pikir.
Film hampir mendekati puncak klimaks dan isak tangis mulai mengisi ruang bioskop, seraya popcorn nya habis... Satya tertegun melihat Zuhra yang mengusap pipi dengan kasar. Perempuan itu juga menangis, tapi dari gerakannya terlihat bahwa ia tidak ingin dicap lemah. Pergelangan tangannya yang memiliki bekas jeratan juga tersingkap, segala hal yang Zuhra lakukan menjadi perhatian bagi Satya.
Banyak sekali yang ingin Satya bicarakan dengan Zuhra, laki-laki itu berharap semoga malam ini lebih panjang dari yang biasanya.
.
"mau jalan sekarang?" Satya masih menatap Zuhra lekat bahkan ketika mereka telah kembali ke mobil untuk bersiap pulang.
"boleh.... Kita ngobrol dulu?" tanya Zuhra di luar dugaan, Satya mengangguk. "sejujurnya.... Gue heran sama lo."
".... Heran?" Satya mengulang pernyataan Zuhra.
"lo ngga pernah nanyain apa yang terjadi sama leher gue... ato bagian tubuh gue yang lain." ucap Zuhra. "apa karena.... Lo ngga penasaran terhadap gue dan cuman mau hook up sama gue aja?"
Satya menatap Zuhra, "em... aku ngerasa gapunya hak untuk mempertanyakan itu." Balasnya. "bisa aja itu karena kecelakaan di masa lalu, atau.... Entahlah aku ngga mau berprasangka yang aneh-aneh."
"sejak kapan lo suka sama gue?" tanya Zuhra tanpa basa-basi.
"sejak.... Semester satu kayaknya." Satya tersenyum simpul. "kalo kamu nanya kenapa... mungkin karena kamu keliatan cerdas dan kritis, imma sapiosexual btw."
"tapi jujur gue ngga pernah merasa berinteraksi sama lo jaman kuliah." Ujar Zuhra. "atau mungkin pernah tapi gue ngga inget, terlalu banyak orang yang gue hadepin jaman organisasi."
Satya tertawa sarkas, "mungkin karena kamu terlalu sibuk sama bang Andra juga, kalian kan lovebird paling terkenal di kampus."
Zuhra tertawa kecil, julukan itu terdengar konyol baginya. "terus... setelah bertahun-tahun dan akhirnya lo ketemu gue sebagai istri orang... kenapa lo malah deketin gue?"
Satya menoleh pada Zuhra dan mencondongkan tubuhnya, "aku pun ngga tau... mungkin.... Karena manifestasi perasaan yang meledak setelah bertahun-tahun dipendem? Terus kayak.... Gue ngga peduli status dia siapa selama dia nyaman sama gue... gue akan maju terus?"
Laki-laki itu mendapati ekspresi wajah Zuhra yang terenyak, seakan ia ingin membeberkan sebuah rahasia namun suatu hal menahannya.
"kalo.... Gue cerita apa yang terjadi antara gue dan Andra..." ucap Zuhra seraya mencari tatapan mata Satya. "apa lo akan terus maju?"
Kali ini Satya menelan ludah, sudah kepalang basah. Manifestasi perasaannya yang tertahan lantaran bertepuk sebelah tangan tak bisa dibendung lagi.
"kemungkinan nya.... Iya."
***
Klik vote untuk membuat cerita ini semakin runyam
Hoho~
KAMU SEDANG MEMBACA
HIGH-RISE (NSFW 21+) ✔️
Fanfic"Sepertinya ini semua manifestasi dari perasaan yang lama terpendam" -Satya, 2023- ◇ THE 20TH WORK BY MAMACIS! ◇ WARNING : NOT SAFE FOR WORK (NSFW) READERS UNDER 21 PLEASE BACK OFF!! DISCLAIMER : NOT A BL STORY #1 enhypensunghoon #2 localff #3 enhyp...