23. Can i stay?

267 12 0
                                    

***
ZUHRA

"kalo Papa.... Aku ngga deket sama beliau." Zuhra terjengit sesaat ketika salep dingin menyentuh lehernya. "aku.... Pengen banget nunjukkin kalo aku sama kehilangannya dengan mereka. Tapi... seakan akan aku bukan bagian dari keluarga Luwaih."

Satya menatap sesaat seraya bangkit meletakkan handuk bekas kompres ke mesin cuci. Ia duduk lagi dengan senyum tipis. "mau makan sesuatu yang anget-anget?"

Zuhra menggeleng, lagi-lagi matanya perih menahan tangis. "untuk pertama kalinya... aku merasa bukan siapa-siapa, padahal aku kan menantunya, aku juga bagian dari keluarga Luwaih. Aku juga kehilangan Mama yang nyayangin aku kayak anak kandung."

Satya meraih pinggang Zuhra untuk memeluknya lekat, tangis perempuan itu pecah dengan pundak gemetar hebat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satya meraih pinggang Zuhra untuk memeluknya lekat, tangis perempuan itu pecah dengan pundak gemetar hebat. Tangan Satya yang lain membelai punggung Zuhra mencoba menenangkan.

"maaf kalo berlebihan." Zuhra menjauhkan diri seraya mengusap pipinya kasar.

"ngga sama sekali." Tangan Satya menahan lengan Zuhra agar tak menjauh. "kamu terluka, kamu kehilangan, tapi situasi bikin kamu menahan diri. Ngga apa.... Nangis lah yang puas."

Zuhra masih sesenggukan saat Satya menghapus air mata di pipinya, laki-laki itu tersenyum lagi. "mau es krim?"

"mau." Zuhra mengangguk kecil seraya Satya dengan antusias membuka kulkas dan membawakan beberapa jenis es krim di hadapan Zuhra.

"akhirnya bisa nawarin sesuatu yang bisa bikin kamu seneng." Komentar Satya setelah Zuhra memilih es krim untuk mereka. "mood berantakan itu obatnya makan es krim hehe~"

Zuhra mengulum senyum seraya tv Satya menyala dan melantunkan lagu lo-fi yang menenangkan, membuat perempuan itu berkesimpulan bahwa Satya memanglah laki-laki yang sentimental.

"makan es krim malem-malem.... Aneh." Komentar Zuhra dengan suara pelan.

"siapa yang peduli?" balas Satya. "makan es krim mah kapan aja. Lagi hujan... lagi panas, siang ato malem... es krim solusi terbaik buat ningkatin mood."

Zuhra mengulum senyum berusaha menerka ekspresi Satya, ".... Kayaknya kamu seneng banget aku dateng ke sini."

"aku jarang terima tamu, Rayhan Azka udah punya keluarga yang cukup bikin mereka sibuk." Ujar Satya. "Zidan rumahnya jauh, kadang-kadang nginep... tapi akhir-akhir ini jarang."

"jadi kamu secara ngga langsung bilang... kalo kamu kesepian?" tukas Zuhra.

Satya menatap Zuhra sesaat, jemarinya menyentuh hidung perempuan itu dengan tawa kecil. "ngga juga, apalagi sekarang."

Tiba-tiba Zuhra menahan tangan Satya dengan ekspresi galak, "kamu ini.... sering banget megang muka orang sembarangan."

".... Ngga boleh ya?" Satya tertegun, suasana seketika hening.

"seharusnya ngga boleh." Mata Zuhra berpendar, "apalagi kalo tanganmu kotor."

"ihhhh engga~" sontak suara Satya berubah lebih imut. "aku udah cuci tangan tadiii abis naroh es krim balik ke kulkas."

Zuhra menelan ludah, perbedaan sikap Satya di kantor dan ketika bersamanya sungguh membuat jantung berlompatan. Ia melepas lengan Satya dan mengalihkan pandangan ke layar tv seraya menghabiskan es krim.

"em ngomong ngomong.... Masih perih?" Satya menunjuk leher Zuhra dengan hidungnya.

"masih dingin abis di kasih salep." Jawab Zuhra.

"nanti dibawa aja salepnya pulang." Tukas Satya. "jarang pake juga sih, di abisin juga gapapa."

Zuhra melipat bungkusan es krim dan membuangnya ke tong sampah sembari mencuci tangan di pantry.

"Satya..."

"Hm?"

"aku.... Ngga bisa janji untuk bales semua kebaikan kamu." Zuhra berjalan mendekati sofa kemudian duduk di sebelah Satya. "tapi.... Makasih karena mau jadi comfort zone buat aku."

Satya tersenyum miring, "banyak cewe yang minta... dari jaman kuliah." Ucapnya. "kayaknya seorang Zuhra beruntung bisa dapet benefit itu... ato.... Aku yang beruntung?"

"probably.... I'm the lucky one." Zuhra tertegun mendengar ucapan itu keluar dengan lancar dari mulutnya membuat Satya tertawa lagi.

"ah... udah jam 11 malem, aku anter pulang." Satya hendak bangkit dari sofa tapi Zuhra menahannya.

"aku.... Boleh nginep?"

HIGH-RISE (NSFW 21+) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang