35. Her Warning

246 19 0
                                    

***

GIO

"kamu mau kemana Gio?"

"entahlah Bu, saya lelah kerja jadi asisten Tuan."

Gio memandang jadwal keberangkatan kapal menuju sebuah kota sesekali membetulkan kacamata hitam dan masker wajah untuk menutupi identitas. Saat ini ia terhubung pembicaraan dengan Zidan.

"terus rencana lo apa?"

"nyusul lo... mau ke tempatnya Satya kan?" balas Gio.

"anjir tau-tau an aja lu." Balas Zidan dari seberang telepon.

"kan waktu itu lo ada rencana buat nemuin dia." Tukas Gio. "dan.... status gue pun sekarang buronan setelah ngirim semua dokumen ke polisi dan media massa."

"lo naik apa?" tanya Zidan.

"jalur laut, semoga ga ter deteksi." Ucap Gio. "hape gue juga udah gue non aktifin, jadi gue pake punya lo yang sistem komunikasinya sederhana."

"yaudah hati-hati, nanti gue jemput kalo lu udah sampe." Ujar Zidan. "eh.... identitas lo gimana?"

"gue pake nama lain lah," balas Gio. "kapal udah mau berangkat, nanti gue kabarin."

.

H+1 setelah penyerangan Zuhra...

Gio menelan ludah, terngiang-ngiang ucapan Nyonya muda sesaat setelah pembicaraan terakhir bersamanya.

Kalo dalam beberapa jam aku ngga bisa dihubungi... lapor polisi.

Pergi ke operator ponsel ku untuk non aktifkan semua data yang ada, kalo perlu datamu juga.

Bawa semua dokumen pendukung, yang jelas mas Andra ngga akan tinggal diem kan setelah tau istri gelapnya ditemuin sama istri sah nya?

Kamu stay save juga ya, semoga kita bisa ketemu lagi Gio.

Dengan tangan gemetar, dimasukkan semua pakaian yang ia perlukan. Dimasukkan semua dokumen yang akan ia kirim ke kantor polisi dan dibakarnya semua barang yang ia rasa tidak diperlukan untuk beberapa hari ke depan. Tak lupa... surat pengunduran diri yang ia tulis dengan singkat padat jelas.

Ditatap ponsel miliknya sembari bergumam, ".... kita coba telpon Nyonya lagi, semoga dia baik-baik aja."

Gio menunggu panggilan tersambung dengan jemari yang ia gigiti lantaran gugup, berharap prasangka Nyonya muda tidak benar. Berharap Nyonya mengangkat teleponnya untuk berkata 'jemput aku di Terminal, Gio.'



Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar servis area... cobalah beberapa saat lagi.



Jantung Gio berdegup kencang, bulir-bulir keringat sebesar biji jagung mengalir membasahi leher. Perutnya dilanda mual luar biasa seraya pelayan lain melewatinya dan terkejut.

"Gio! Kamu sakit?"

Gio berusaha keras menggeleng, ia tersenyum sedikit dipaksa. "saya baik-baik aja Bu.... oh iya mumpung Ibu disini saya mau titip ini."

Kepala pelayan sontak terperanjat dan bertanya lagi, "kamu mau kemana Gio? Kenapa tiba-tiba banget?"

Laki-laki itu mengatur nafas, tak menyangka hari ini adalah hari terakhirnya mengabdi di rumah keluarga Luwaih. Dengan mantap ia memeluk sang kepala pelayan yang telah membantu nya selama menjadi asisten Andra.

 Dengan mantap ia memeluk sang kepala pelayan yang telah membantu nya selama menjadi asisten Andra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"entahlah Bu, saya lelah jadi asisten Tuan." Ucap Gio. "jaga kesehatan ya Bu, mungkin Ibu pikir ini mendadak... tapi saya udah mikirin ini dari lama. Tolong kasih suratnya ke Tuan Besar."

Setelah urusan internal selesai, Gio berjalan menuju jalan raya dan memanggil taksi. Dengan segera ia memberitahukan alamat tujuan, sungguh Gio berpacu dengan waktu khawatir Andra akan segera pulang dan menjadikannya 'pelampiasan' selanjutnya.

"hape dari Zidan." Gumam Gio. Dibukanya ponsel model lama itu dan ia mengetik kode SOS..... beberapa menit kemudian ponsel berbunyi.

"ada apa?" sahut Zidan.

"lo dimana?" tanya Gio. "gue lagi situasi genting nih."

"em..... lagi siap-siap buat perjalanan ke rumah bang Satya." Ucap Zidan setengah berbisik. "situasi genting apa? Se genting itukah sampe kirim kode?"

"iya, taruhannya nyawa gue." Balas Gio. "nanti gue cerita... intinya gue ikut lo."

Taksi berhenti di kantor polisi, dengan wajah yang disembunyikan ia memasukki ruangan dan menyerahkan dokumen. Beberapa polisi menanyakan keabsahan dokumen yang Gio bawa.

"saya...asisten pribadi terdakwa yang nyawanya juga terancam." Ucap Gio. "saya mohon dengan sangat untuk menyamarkan identitas saya sebagai pelapor karena terdakwa punya kaki tangan yang bisa ngabisin saya kapan aja. Mohon bantuannya."

HIGH-RISE (NSFW 21+) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang