15. Visit

310 14 0
                                    

***
ZUHRA

"kamu bisa akhiri kontrak itu kan?"

Zuhra menggeleng, "Cuma kami yang sepakat tentang kontrak, keluarga Luwaih taunya kami menikah dan ngga mungkin orang se mahsyur Mas Andra bercerai, citra keluarga bakal tercoreng."

Satya menatap Zuhra lekat, "tapi kamu sendiri gimana? kamu cinta sama dia?"

Perempuan itu diam seraya melihat Satya menelusur bekas-bekas jeratan di pergelangan tangannya dengan bibir. "em... kamu ngga jijik liat bekas-bekas ini?" tanyanya mengalihkan topik.

"ngga." Satya menggeleng dan memindahkan bibirnya menuju bekas jeratan di leher. "aku tau ini ngga bakal nyembuhin... tapi aku harap luka batinmu terobati sedikit."

Zuhra memejamkan mata, tentu saja sentuhan Satya membuatnya nyaman dibanding Andra yang selalu mencumbu di bagian sana dengan kasar dan penuh nafsu. Perempuan itu menyentuh kepala Satya seraya laki-laki itu berpindah untuk mengulum tubuhnya.

"ka—kamu harus pulang." Ucap Zuhra sambil meringis, ia berusaha mati-matian mengontrol diri agar tidak terjadi sesi berikutnya. "aku anter."

"tapi jangan langsung balik." Pinta Satya. "aku mau kenalin kamu ke Ibu."

.

"haloooooo." Sapa Ibu seraya Zuhra mencium tangan. "siapa namanya?"

"Zuhra Bu, salam kenal." Balas Zuhra kemudian tersenyum.

"ini atasan Abang di kantor." Jelas Satya. "tadi ga sengaja papasan gara-gara.... Sepatu roda Abang macet terus nubruk motornya."

"Kan Ibu bilang jangan dipake!" tiba-tiba Ibu Satya menepuk punggung anaknya berkali-kali dengan gemas. "itu pasti dah karatan, masih untung nubruk motor amit-amit nubruk truk nak!"

"hahahahaha iya buuuu ampun ampun jangan mukul-mukul ih!" Satya tertawa seraya membuka kulkas dan menatap Zuhra. "mau minum apa?"

"anything will do." Jawab Zuhra kemudian matanya beredar melihat suasana rumah Satya yang hanya satu lantai namun cukup luas layaknya rumah-rumah di pedesaan. Beberapa foto terpajang di dinding termasuk foto-foto masa kecil Satya yang menggemaskan.

"gimana Abang di kantor, nak? Dia banyak ngerepotin kamu ya?" tanya Ibu memulai percakapan.

"hehe ngga Bu, kebetulan saya Head manager cabang lain yang baru pindah ke cabangnya Satya. Jadi.... beliau membantu saya lumayan banyak." Jelas Zuhra.

"syukurlah." Ucap Ibu. "saya agak khawatir soalnya dia putra Ibu satu-satunya, terlalu manja menurut Ibu."

"ih kata siapa Abang manja?!" sahut Satya yang muncul dari dapur membawa es teh manis ke meja tamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"ih kata siapa Abang manja?!" sahut Satya yang muncul dari dapur membawa es teh manis ke meja tamu. "ini teh khas sini, beda sama milktea jadi don't expect too much ya hehe."

Zuhra mengeryit dengan senyum terkembang, "aku bisa minum apa aja sih." Sergahnya kemudian tertawa.

"temenin dulu ya Bu, Abang mau ganti baju." Satya pamit menuju kamar.

"silahkan diminum." Ujar Ibu seraya Zuhra menyesap es teh yang cocok dengan suasana terik siang ini. perempuan itu lagi-lagi tersenyum; sejujurnya ia tidak terlalu suka minuman manis, rasanya Satya memberikan gula terlalu banyak pada minumannya.

"kamu liburan ke sini sendiri?" tanya Ibu, Zuhra mengangguk. "walah... coba kalo Satya tau dari awal, mending kamu nginep sini aja nak daripada di penginapan kan mahal."

"hehe ngga papa Bu, ini juga pertama kalinya saya ke wilayah ini." ujar Zuhra. "saya nginep di bawah kaki gunung, cuacanya seger banget jadi lumayan healing..... tapi kalo Ibu berkenan.... Lain kali saya nginep."

Ibu tertawa girang, "biar rumah rame, bapaknya kerja di luar kota jadi saya sendiri terus kalo Satya lagi kerja." Ucap Ibu kemudian menatap Zuhra baik-baik. "kamu.... Masih single?"

Zuhra tertegun, ia menyadari bahwa jemarinya tak memakai cincin kawin sejak datang ke pulau seberang. "ehm... kenapa Bu?"

"haha nanya aja sih." Balas Ibu. "kali aja kamu tertarik sama anak saya, beliau masih single padahal temen-temennya udah pada punya anak..... kayaknya Satya seneng sama kamu nak, tadi Ibu liat pas dia ngenalin .... Ekspresinya antusias banget."

Zuhra mengulum senyum kemudian meminum es teh lagi seraya Ibu masih berucap, "kamu makan malem di sini ya? nanti Ibu masakkin makanan khas daerah sini dijamin kamu pasti nambah terus hehehe."

HIGH-RISE (NSFW 21+) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang