MATAHARI mulai terbenam menandakan hari ini telah berakhir. Malam ini suasananya kian dingin begitupun dengan hati Cindy ketika memikirkan Dimas. Sepertinya Cindy kembali memikirkan Dimas. Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu rumah Cindy.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam, iya tunggu."Cindy pun mendekati pintu rumaunya, kemudian membukanya.
"Eh? Dimas? Kenapa ada disini?"
"Loh kok gitu sih jawabannya, gua kecewa deh Cindy, hehe kenapa lagi gua mau jelasin kejadian tadi" Sambil mengelus rambut Cindy, karena gemas dengan Cindy yang sepertinya ngambek.
"Gak usah sok baik"
"Uhh jangan marah dong, please"
"Tergantung alasan lu, gua akan pertimbangin kalau lu mau jelasin."
"Hmm okey okey, kita cerita disana aja yah!" Sambil menunjuk kursi di teras depan rumah Cindy.
"Iya."
Huh benaran marah dia. Semoga aja dia mau ngertiin gua. Gumam Dimas, takut sahabatnys itu menjadi marah padanya.
"Ya udah jelasin."
"Iya iya sabar, sebelumnya gua minta maaf banget sama lu soal tadi, hmm bukannya gua bermaksud tinggalin lu Cindy, tapi tiba-tiba Olivia sakit perut setelah dari kantin tadi dan gua harus antarin dia pulang, ehh ternyata dia malah pura-pura sakit dan ngajak gua jalan, konyol kan hahaha. Hehe sorry gua gak sempat ngabarin karena kebetulan hp gua lowbat dan ternyata setelah dicarger ada 20 panggilan dari lu, makanya gua merasa bersalah sekaligus ingin minta maaf langsung sama lu."
"Hmm gitu yah."
"Iya, jadi dimaafin gak nih?"
"Hmm yah asalkan lu senang aja sih, gua gak apa-apa" Cindy memang mengatakan itu tapi di dalam lubuk hatinya sebenarnya dia cemburu.
"Hehe iya, gua senang banget, Olivia itu imut banget ngak sih? sampai pura-pura sakit padahal bisa langsung bilang aja kan, gua gak bakalan nolak kali."
"Hmm iya."
"Kok cuman itu sih responnya? Masih marah yah?"
"Gak kok, gua lagi capek aja."
"Hmm gitu yah, kalau gitu lu istirahat aja gih, gua udah mau pulang, gak enak bertamu di rumah cewek lama-lama apalagi malam-malam begini."
"Hmm iya hati-hati dijalan yah."
"Iya tentu tuan putri, btw hari Minggu besok jalan yuk, mau yah please?"
"Hmm udah lama juga kita gak jalan, jam berapa emang?" Cindy menjawab sambil bergumam
Hmm maaf Tao sepertinya gua belum bisa move on. Gumamnya."Sore aja deh supaya gak panas."
"Tepatnya jam?"
"Hahaha lu kenapa nanya jam sih, jangan-jangan lu mau dandan yah untuk gua? Canda canda"
"Iya emang."
"Hahaha dasar pembohong, mending ngak usah deh, lu udah cantik tanpa make up pun" Sambil mengelus pipi Cindy yang Cubby.
"Apaan sih lu, sana lu pulang, katanya udah mau pulang" Cindy berusaha menahan perasaan salah tingkahnya.
"Iya iya gua pulang nih."
"Kabarin kalau udah nyampe yah."
"Iya iya cerewet, bye."
"Tunggu."
"Uh? Kenapa lagi Cindy?"
"Sekali lagi hati-hati di jalan pangeranku, bye bye" Cindy tersenyum manis penuh ketulusan yang menunjukan betapa sayangnya Cindy kepada Dimas, sambil menurunkan kaca helm Dimas karena khawatir debu akan masuk ke mata indahnya itu.
"Uhh iya Cindy"
Pa-pangeran katanya? Malam ini kok manis banget sih? Mana lagi tadi dekat banget lagi. Sejak kapan dia berubah kayak gini? Cantik, manis, imut. Gumam Dimas.🥀
Kini Dimas telah pergi, seperti biasa Cindy memandangi punggung Dimas sampai tak terlihat lagi, itu memang sudah menjadi kebiasaannya dari dulu karena sepertinya Cindy sangat menyayangkan kepergian Dimas, baginya waktu yang dihabiskan bersama Dimas adalah hal yang spesial dan berharga. Melihat wajah Dimas saja amarah Cindy langsung meredah, sepertinya proses move on Cindy terlalu berat. Meski begitu Cindy akan berusaha, ini untuk kebahagiaan Dimas, supaya Dimas tetap nyaman berteman dengannya tanpa melibatkan perasaan, karena Dimas telah menemukan dambaan hatinya, dan Cindy tak ingin tersiksa lagi dengan cinta sepihak ini, dia sudah terlalu lelah.
"Pelan-pelan aja yah Cindy, lu pasti bisa kok, gua juga mana mungkin langsung jauhin dia sih, yaudah deh sudah gua putuskan, besok terakhir kali gua jalan sama dia sebagai orang yang pernah memiliki rasa dengannya, kedepannya gua yakin pasti bisa move on lagian Teo akan selalu ada buat gua, dia gak kalah baik kok."
Cindy akhirnya kembali memasuki rumahnya dengan perasaan yang sedikit legah, karena keputusannya sudah mantap untuk move on dan mulai melihat Teo sebagai orang yang akan dia cintai kedepannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDZONE [TERBIT]
RomanceHarapan-harapan itu kian menghampiri dari waktu ke waktu. Jika dibiarkan terlalu lama akan menyakiti diri sendiri. Itulah akibat dari hubungan bernama Friendzone yang entah akan menemukan ujungnya atau tidak. ...