🥀 FRIENDZONE 03

79 11 5
                                    

MATAHARI mulai menampakkan sinarnya, pertanda pagi telah tiba. Terlihat sosok Cindy sedang memakai sepatu di depan pintu rumahnya. Dari balik pagar rumah itu, Dimas dengan setia menunggu Cindy. Ini sudah menjadi rutinitas harian Dimas, berangkat sekolah bersama Cindy yang lelet.

Cindy berpamitan kepada mamanya sambil berteriak dari luar rumah. "Cindy pergi ya Ma, Dimas udah datang nih."

"Iya Nak, hati-hati ya di jalan," ucap Aminah mamanya Cindy yang memiliki sifat lembut dan anggun.

"Iya, Ma," ucap Cindy sambil memakai helm.

"Yok pergi," ajak Cindy kepada Dimas.

Dimas hanya mengangguk dan segera melajukan motornya dengan kecepatan tinggi karena khawatir akan terlambat. Cindy dengan sekuat tenaga memegangi behel motor yang ditumpanginya, kaki Cindy menekan footstep karena khawatir dirinya akan terdorong memeluk Dimas, meskipun Dimas tentu tak akan marah karena menganggapnya biasa saja, tetapi Cindy tak ingin memanfaatkan keadaan meski hatinya mengatakan sebaliknya.

Tak lama kemudian Cindy dan Dimas tiba di sekolah dan segera memarkir motornya. Terlihat Cindy kesulitan melepaskan tali pengait helmnya.

"Bisa?" tanya Dimas kepada Cindy.

"Bisa kok, masa gini aja nggak bisa," ucap Cindy tak ingin dibantu oleh Dimas.

Dimas tersenyum melihat Cindy yang tak ingin menerima bantuannya. "Bilang aja kali kalau emang nggak bisa, gue bisa bantu lepasin."

Cindy masih berusaha melepaskan tali pengait helmnya, tetapi Cindy tetap tak bisa.

Melihat Cindy yang seperti itu, Dimas segera melepaskan tali pengait helm itu tanpa persetujuan Cindy. Dimas sudah terlalu gemas dengan Cindy yang keras kepala. "Udah gue bilangin sini gue bantu, tapi lo tetap aja keras kepala." Dimas mengomel kepada Cindy. Cindy pun pasrah dan membiarkan Dimas melakukan apa yang dia mau tanpa melawan.

Tatapan Cindy dan Dimas bertemu. Keduanya merasa canggung karena Cindy terlihat imut apalagi di saat sedang mode calm, sedangkan Dimas terlihat rupawan meskipun sedang mengomel. Kedua sejoli itu kemudian saling membuang muka karena kecanggungan yang dirasakannya. Cindy kemudian meninggalkan Dimas karena perasaan salah tingkahnya.

Melihat itu, Dimas protes kepada Cindy. "Yaelah udah dibantuin juga, main tinggal aja lo," protes Dimas kepada Cindy yang pergi tanpa dirinya, tetapi Cindy tak mempedulikannya dan terus melangkah tanpa menoleh karena takut memperlihatkan pipinya yang telah merona.

🥀

Pelajaran pertama telah usai hingga jam istirahat pun tiba, tetapi Cindy memilih tetap di kelas karena dia baru mengingat, bahwa ada tugas matematika yang lupa dikerjakannya, sedangkan setelah istirahat matematika adalah pelajaran selanjutnya. Dia pun memilih mengorbankan jam istirahatnya dan tetap di kelas.

"Lo nggak ke kantin?" tanya Dimas.

"Nggak, tugas gue belum kelar," ucap Cindy.

"Math?" tanya Dimas.

"Iya, tugas lo udah kelar, kan? Minta dong." Cindy meminta contekan jawaban kepada Dimas, tetapi Dimas tak mau memberikannya.

Cindy pun beranjak meninggalkan Dimas yang tak mau berbagi contekan jawaban, menuju kelas ketua osis yang bernama Bagas. Bagas adalah anak kelas sebelah dari XII MIPA 2 yang merupakan juara umum kedua di sekolah itu, sekaligus merupakan saingan Dimas dalam hal prestasi karena Dimas merupakan juara umum pertama di sekolah itu yang berasal dari kelas XII MIPA 1. Bagas adalah seorang pria tampan, cerdas dan berpestasi, tak kalah dengan Dimas. Sehingga Bagas memiliki banyak penggemar. Apalagi Bagas menyukai Cindy.

FRIENDZONE [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang