SETELAH Teo pergi kini tinggal Cindy dan ibunya, karena ayah Cindy sedang bertugas di luar kota.
"Hmm Cindy?"
"Iya bu? Kenapa?"
"Kamu tau kan, kamu berhutang penjelasan sama ibu."
"Hehe iya bu" kekeh Cindy sambil mengaruk kepalanya yang tak gatal.
"Hmm jadi benar kalian pacaran? Kapan? Kenapa? Anak ibu ini bukannya suka sama Dimas yah sejak dulu?"
"Hehe banyak banget yah bu pertanyaannya, iya bu benar Cindy sama Teo jadian, baru aja tadi sore hehe."
"Kamu benaran suka sama dia? Bagaimana dengan Dimas?"
"Hehe iya dong bu, Cindy mana mau pacaran kalau ngak ada rasa? Hehe tapi Cindy juga masih suka sama Dimas bu."
"Lah? Jadi maksudnya kamu suka dua-duanya dong?"
"Iya bu, susah tau move on sama orang yang Cindy suka dari dulu, tapi Cindy janji bakalan move on kok."
"Harus itu nak, ibu liat Teo tulus loh sama kamu, kamu ngak boleh sampai nyakitin dia yah? Janji sama ibu."
"Hehe iya bu, Cindy janji."
"Iya nak, coba deh bayangin orang yang kamu suka apalagi pasangan kamu malah suka sama yang lain, sakit kan?"
"Huwaahh iya bu sakit"
"Kenapa nangis nak?"
"Huhu Cindy yang paling tau bu, kalau itu nyakitin banget, Cindy jahat yah bu"
"Ngak nak, kamu berhak untuk bahagia sama orang yang sayang sama kamu, pelan-pelan aja yah, ibu dukung kok kamu sama Teo, ibu juga udah capek liat kamu nangis gara-gara Dimas."
"Huwaah iya bu, Dimas udah punya pacar, tadi Cindy hanya jadi penonton bu, dia nyatain perasaan sama cewek lain, Dimas jahat bu, dia gak ngertiin Cindy, kenapa malah ngajak Cindy saat ingin nembak cewak lain huwaahhh"
"Iya nak, nangis aja, ngak apa-apa, tapi Cindy harus ingat ada ibu, ayah, Teo sama teman-teman Cindy yang sayang sama Cindy, buka hati yah sayang sama Teo."
"Iya bu, Cindy janji, terimakasih bu."
"Iya nak sama-sama, malam ini ibu temanin tidur yah."
"Iya bu terimakasih."
"Iya sayang" sambil mengelus rambut anaknya.
Setelah lebih tenang mencurahkan isi hatinya, Cindy pun mulai menceritakan tentang Teo kepada ibunya, terlihat mereka senang membicarakan Teo. Sudah dapat dipastikan bahwa Teo adalah menantu idaman ibunya.
"Jadi menurut Cindy, Teo itu orang kayak apa?"
"Hehe dia lucu bu, sejujurnya dia memang pandai bergaul, tapi Cindy baru tau kalau Teo itu orangnya narsis loh bu, tukang gombal pula."
"Hahaha masa sih dia gitu?"
"Iya bu, percaya deh sama Cindy, ibu pasti kaget kan? Mukanya aja tuh yang polos hahaha"
"Hahaha benar juga kamu, dont judge book by its cover."
"Haha iya bu, Cindy setuju, tapi Teo itu tipe Cindy banget loh, kalau Cindy ngak jatuh hati duluan sama Dimas, mungkin Cindy akan jatuh hati sama Teo bu."
"Hahaha masa sih? Coba ceritain awal mula kamu ketemu Teo dong, ibu penasaran."
"Jadi gini bu ceritanya, waktu itu masa ospek kampus, kebetulan Cindy diberi tugas sama senior untuk bantu nyebarin selebaran keperluan ospek bagi teman-teman yang belum dapat."
"Terus-terus?" Tanya ibu Cindy tak sabaran dengan cerita dari anaknya.
"Nah terus salah satu yang ngak punya selebaran itu Teo bu, saat itu Cindy lagi di lapangan kampus kan, terus janjian dah tuh sama Teo untuk ketemu."
"Hmm terus?" Tanya ibu Cindy dengan penuh rasa penasaran.
"Terus saat itu kami sempat telfon bu untuk tau posisi masing-masing, nah tau ngak bu, suara Teo itu deep banget mirip suara Watanabe Haruto bu, gila ngak tu bu?"
"Wah gila, Watanabe Haruto boyband Treasure itu yah?"
"Iya bu, benar banget."
"Iya juga sih, tadi aja suaranya deep yah, jadi macam badboy gitu hahaha."
"Iya kan bu?"
"Iya hahaha, lanjut dong ibu masih penasaran nih."
"Hmm terus ibu tau gak suasananya juga mendukung loh."
"Wah masa sih? Lanjutin dong."
"Jadi suasananya itu lagi cerah, tapi ada angin sepoi-sepoi gitu, pokoknya anginnya lembut deh bu tiupannya, saat itu Teo jalan menghampiri Cindy sambil melambaikan tangannya bu ala-ala jemput pacar gitu untuk kencan hahaha, Nah terus Teo berjalan ditengah-tengah rumput hijau, dengan cuaca yang cerah menambah efek shine shine gitu, mana lagi anginnya lembut lagi, sampai menjatuhkan dedaunan dari pohon-pohon sekitar Cindy, kayak pangeran gitu bu pokoknya hahaha."
"Uwahhh bisa gitu yah? Kayak cerita dongeng aja, terus apa yang kamu rasakan saat itu Cindy?"
"Yah apa lagi bu, dag dig dug dong, mana orangnya ganteng lagi punya deep voice pula, selera berpakainnya juga fashionable banget deh bu ala-ala korea gitu, terlebih setelah mengenalnya ternyata dia pintar pula bu, dia urutan pertama dengan IPK tertinggi loh di jurusan Cindy."
"Wah paket komplit yah, nyaris sempurna dia, apalagi kalau keluarganya kaya."
"Eh, tapi benar loh bu, katanya dia memang kaya sih, apa pantas yah bu Cindy pacaran sama orang kayak Teo? takutnya nanti orang tuanya ngak ngerestuin, kan biasanya gitu yah bu kayak di film film."
"Iya juga sih nak, nanti hidup kayak neraka lagi, tapi jalani aja dulu, kali aja keluarganya Teo ngerestuin kalian."
"Hehe boleh yah bu berharap begitu?"
"Hehe iya nak, ngak apa-apa, jalani aja dulu yah, kamu ngak boleh nyerah duluan, apalagi cinta pada pandangan pertama."
"Eh? Memang iya ya bu?"
"Ya iya, kamu kan tadi udah ceritain, dari cerita kamu memang kamu udah tertarik dari dulu, sampai detailnya aja masih hafal tuh, cuman mungkin rasa ketertarikan itu tidak terlalu terasa karena kamu kan suka sama orang lain saat itu."
"Hmm gitu yah bu."
"Iyaaa, tidur gih, besok sekolah kan?"
"Iya bu."
"Dijemput pacar nih?"
"Hehe ibu ihh tukang ejek."
"Cie cie, anak mama udah punya pacar nih setelah akhirnya berusia 18 tahun."
"Hehehe sesuai keinginan ayah kan bu? Cindy kan baru di bolehin pacaran kalau usia Cindy udah 18 tahun, tapi masih kurang 1 minggu sih hehe."
"Haha nanti mama yang kasi tau papa, kamu tenang aja sayang."
"Hehe terimakasih bu" sambil memeluk ibunya karena terharu.
"Sama-sama sayang" Sambil mencium pipi Cindy.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDZONE [TERBIT]
RomanceHarapan-harapan itu kian menghampiri dari waktu ke waktu. Jika dibiarkan terlalu lama akan menyakiti diri sendiri. Itulah akibat dari hubungan bernama Friendzone yang entah akan menemukan ujungnya atau tidak. ...