Aku Pradikta Wicaksono atau orang mengenalku dengan nama Dikta Wicaksono. Sejak aku bergabung dengan Hexa Production, sebuah record company terkenal incaran para musisi, nama dan karyaku makin dikenal luas. Uang dan popularitas seakan terus menghampiriku sehingga aku bisa lebih mapan daripada sebelumnya. Terlebih, aku juga menjalin kasih dengan Arsita Damayanti, anak dari pemilik Hexa Production yang membuat semua orang beranggapan bahwa hidupku sangat sempurna sebagai seorang pria. Walau kadang aku harus mentoleransi sikap keras dan pemarah Sita, tapi kulakukan itu lantaran aku yakin jika aku bisa mengubah karakter keras dan egoisnya perlahan meski menurut sebagian besar orang, termasuk manajerku, itu menjadi hal yang sangat amat mustahil. Ya. Menurut mereka, sangat sulit untuk bisa merubah perilaku seseorang jika bukan orang tersebut yang berniat untuk berubah. Namun, aku masih yakin bahwa aku bisa mengubah karakter Sita menjadi lebih baik. "Ta. Lu tuh mau sampai kapan sih, dijadiin mesin uang sama mereka? Jadwal kerja lu tuh gak kira-kira loh, gegara kesuksesan album pertama sampai ketiga lu. Iya sih, cuan jadi buanyak banget, Bro. Bener tuh, gak munafik gue. Pendapatan lu dan tim manajemen kita jadi naik drastis. Cuma, gue kasian sama lu, Ta. Lu tuh udah kayak bukan kerja biasa, udah kayak kerja rodi. Apalagi, si Sita tuh keras banget sama lu dan dia gak pernah mau denger apa pendapat lu. Dia tuh cuma dengerin egonya sendiri yang dia paksain ke elu, Ta," tegur Komeng alias Rahman, manajerku saat kami sudah tiba di Hexa Production untuk mengupdate jadwalku bulan ini. "Ya...Itu kan kalo kata Sita, konsekuensi dari makin populernya nama gue, Meng. Apalagi, job gue gak nyanyi aja, tapi udah ada job web series, film, dan ya.....beberapa FTV kan...Lagian, gue sama Sita udah serius sih, dan ya....nanti juga, dia bakal berubah kok. Kan sekarang ini emang gue lagi banyak job aja kalau kata Sita," timpalku. "Iya. Tapi, pikirkan badan lu. Lu juga udah beberapa hari ini ngeluh sakit di bagian perut terus kan? Lu semalam juga sampe demam kalo kata si Dayu dan Kang Dayat yang nginep di rumah lu," ujar Komeng. Aku tahu, ia mengkhawatirkan kondisiku. "Ya...palingan maag, sih. Insya Allah gue bisa, lah jalanin semua jadwal kerjaan gue. Insya Allah Meng, gue kuat kok," sahutku sambil coba tersenyum. Aku juga jadi berpikir soal hubunganku dengan Sita, kekasihku selama ini. Secara, aku memang dituntut untuk menurut apa katanya dan dia nyaris tak pernah mendengar pendapatku. Namun, aku masih percaya kalau Sita akan bisa berubah menjadi lebih baik seiring waktu. "Meng. Udah. Gue sih percaya, Sita bisa kok, jadi lebih baik. Kan, gak ada manusia yang sempurna. Lagian, karier gue sekarang kan, lagi bagus di sini," lanjutku. "Iya. Paham gue, Ta. Tapi, tetap aja, gue dan tim worry banget sama kondisi lu sendiri, terlebih badan lu," sahut Komeng. "Gue gak apa-apa, Meng. Udah, tenang aja," timpalku. Aku berusaha menahan sakit di area perut yang lagi-lagi kurasakan. "Duh....Ya Allah..kok sakit lagi ya? Well. Pulang nanti, minum pain killer dan obat maag dirumah aja lah. Paling bentar lagi sembuh," batinku sambil coba mengalihkan sakit yang aku rasakan. Lalu, tak lama, Sita datang dan obrolan kami terpaksa berhenti dulu.
"Beb. Nih, jadwal kamu bulan ini. Lebih padat ya. Banyak yang request kamu loh, untuk perform. Kan, kamu lagi viral banget. So, kamu perform yang oke, jangan kecewain aku dan Hexa Production. Inget baik-baik, loh, Beb," ujar Sita saat memberikan jadwal kerjaku bulan ini. "Sita. Astaga. Ini padat banget. Yang bener aja, loh. Aku bisa ngisi 3-5 jadwal dalam sehari. Ini ada juga di luar kota dan besoknya syuting sampe sore plus malem perform lagi. Duh....Kamu gak bisa kurangin dikit? Aku juga hampir gak punya waktu untuk diri sendiri kalau kayak gini caranya," protesku akhirnya setelah sekian lama aku tak pernah memprotes semua jadwal yang ia berikan untukku. "Loh. Ya gak bisa gitu donk, Beb. Ini udah request an customer kita dan kamu gak boleh kecewain mereka. Inget loh, kamu kan kerja untukku dan Hexa Production. Selain itu, kita mau tunangan. Aku mau, kamu udah sejajar denganku dari segi keuangan sebelum kita tunangan. Ini caraku supaya kamu cepat selevel keuangannya sama aku. Jadi, plis. Kamu jangan protes. Toh, selama ini kamu fine-fine aja sama jadwal yang udah aku atur. So, kenapa kamu malah protes sih sekarang? Lalu, soal waktu untuk kamu me time. Ya...Kamu tuh public figure loh. Hidup kamu ya....milik publik, lah, Beb. Udah. Jangan protes lagi dan jadwal ini berlaku mulai besok. Inget. Besok loh. Kamu perform yang oke ya.....Semangat. Aku tinggal dulu karena harus meeting sama relasi papi. Beb. Aku gak mau kalau sampai papi mikir, aku tuh ngambil keputusan yang salah dengan menjadikan kamu pacar plus calon tunanganku sekaligus calon icon sukses di Hexa Production ini," ujar Sita dan ia cium kilas pipiku, lalu pergi begitu saja dari ruang meeting tanpa sempat mendengar pendapatku, apalagi memantau kondisi kesehatanku. "Astaga....Ta. Ini jadwal show apa romusha sih? Gila.....Ini diluar jadwal persiapan album baru lu, Ta. Ini padat merayap banget. Bahkan waktu istirahat lu aja bisa kurang dari 8 jam sehari," tegur Komeng lagi. "Ya...Lu dengar dan liat kan....Gue aja sampe gak bisa bantah apapun dan....ya....itu yang selalu gue alamin selama 5 tahun pacaran dan udah ada 3 album di Hexa ini. Gue paham sih, Sita begitu untuk kemajuan karier gue juga," sahutku. "Ta. Ini sih beneran ya. Hubungan lu dan Sita tuh kalo dimata gue, bukan pacaran lagi, deh. Itu kayak pressure bisnis aja. Gimana bisa lu yakin untuk ngubah dia kalau omongan lu aja gak dianggap? Dia bahkan gak peka sama kondisi badan lu. Ta. Sejak lu pacaran sama Sita dan masuk ke Hexa, lu makin kurusan dan ya.....gue kayak gak ngeliat lu yang gue kenal. Lu kan biasanya tuh ya, bisa tegas di beberapa kondisi. Tapi saat sama Sita, ngebantah pun lu gak mampu, Bro. Lu kayak gak ada harga dirinya didepan Sita," timpal Komeng. Ia memang ikut denganku sejak awal aku merintis karier hingga saat ini. "Meng. Insya Allah Sita bisa kok, jadi lebih baik. Dia tuh dasarnya baik, cuma ya.....kendali Hexa selama ini ada sama dia dan papinya. Jadi, gitu deh. Dia kebawa pressure nya dan aku yang jadi sasaran untuk itu. Doain aja semoga setelah kami tunangan nanti, segalanya lebih baik dan dia bisa lebih manusiawi sedikit lah, sama orang," sambungku. "Ya udah lah. Tapi kalo nanti lu udah gak kuat jalanin ini, bilang sama gue dan tim. Kita resign sama-sama dan bikin company sendiri. Gue yakin, dengan kemampuan lu, lu bisa kok. Tepatnya, kita sebagai 1 tim, pasti bisa berdiri sendiri. Percaya deh," timpal Komeng. Ia memang manajer sekaligus sahabat yang paling mengerti aku. "Iya. Sabar ya Meng. Maafin Sita juga kalau kadang dia gak bisa ngehargain posisi lu sebagai manajer gue," sahutku. "Udah. Itu bukan salah lu. Lu ngapain minta maaf kalo itu bukan salah lu?," ujar Komeng dan aku diam sejenak demi meredakan sakit di bagian perutku yang tiba-tiba datang tanpa permisi. Lalu, kami kembali ke rumahku yang merangkap mini studio. Itu karena ada beberapa persiapan untuk perform besok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simphoni Cinta
RomanceCinta kadang hadir tanpa diduga. Jatuh, bangun, dan jatuh lagi sudah kurasakan. Tapi kali ini, apakah ada ketulusan yang kucari? Akankah ada cinta tanpa tapi untukku? Adakah cinta tanpa syarat seperti yang disebut orang selama ini? Dikta Povv