Tiga minggu kemudian. Aku bersama Dini, juga mama dan bundanya Dini sudah berada di pesawat. Ya. Kali ini, kami menuju Zurich, Swiss karena Dini akan mengikuti pelatihan khusus untuk dokter spesialis penyakit dalam disana selama 3 hari. Tiket pesawat kami juga yang bussiness class sesuai fasilitas dari penyelenggara pelatihan. Mamaku duduk dengan bunda dan aku..tentunya dengan Dini, calon istriku tercinta. "Sayang. Kamu lagi baca apa tuh?," tanyaku pada Dini saat ia sedang membaca buku yang lumayan tebal. "Ini diktat untuk pelatihan, Mas. Nanti, gitu sampai dan udah check-in hotel, malamnya ada pretest online sebelum pelatihan besok. Nih, jadwal 3 hari pelatihannya dan nanti, selama aku pelatihan, kamu sama mama dan bunda bisa jalan-jalan juga. Malah, gitu abis penutupan acara, ada sesi jalan-jalan juga sambil liat beberapa alat terbaru. Ya....Kalau keuangannya cukup sih, aku mau sekalian beli untuk klinik yang di Jakarta dulu. Kan Insya Allah udah 70 persen progress nya, Mas. Nanti sih, aku juga masih di Mitra Persahabatan dan tetap ada konsultasi online di sebuah platform kesehatan digital. Cuma mungkin ke depannya ya....aku Insya Allah lebih banyak di klinik, Mas," jawab Dini sambil menjelaskan beberapa rencana karier kedepannya. "Iya sayang. Aku support kamu, asal kamu bahagia. Bahagia kamu juga jadi bahagia aku, bunda," sahutku. "Makasih, ayah. Mas....Aku tuh beruntung banget loh, bisa dapetin hati kamu. Kan, yang kagum dan ngarepin kamu banyak banget. Aku ngarep untuk deket ama kamu aja nih, gak berani loh," timpal Dini dan ia genggam tanganku. Kubalas genggaman tangannya dan berkata, "Ya..Kamu benar, Bunda. Mungkin emang diluar sana banyak yang kagum, atau bahkan ngarepin ayah. Tapi, kan bunda tahu sendiri kalau hati ayah tuh, udah bunda ambil semuanya." Kukecup sayang tangan Dini. "Sayang. Kalau mau baca lagi, boleh kok," lanjutku. "Mmm...Mas. Coba kamu kasih aku beberapa pertanyaan dari sini deh, nanti aku tulis jawabannya," ujar Dini. Aku coba mengikuti permintaan tunanganku dan aku juga belajar beberapa hal terkait pekerjaannya. "Mmm...Sayang. Semua soal udah bisa kamu jawab. Nih, sesuai sama kuncinya. Bener deh, kamu tuh pinter banget, bunda," pujiku sembari mengusap sayang rambut Dini. "Yah....Kan emang tuntutan kerja, sayang...," balas Dini dan ia tersenyum padaku. Kemudian, aku malah tidur lebih dulu karena kulihat, Dini masih membaca diktat miliknya. Aku tahu, ia begitu untuk hasil terbaik.
Tiba di Zurich, ternyata disana baru jam 8 pagi. Jadi, kami langsung ke hotel untuk istirahat dan mencari sarapan sebentar. Tapi, kami malah memutuskan untuk sekalian ke Kota Tua Zurich atas usulku dan diterima oleh Dini, juga kedua ibunda kami. "Mas. Nah..gitu. Foto sama mama dan bunda. Mas ditengah," ujar Dini padaku sembari mengarahkan gaya kami sewaktu di Kota Tua Zurich. "Ok. Mmmm....Bunda seneng tuh, dengan calon mantu," goda Dini lagi. "Ya jelas, Nak. Dikta kan, calon menantu mami setelah Mbak Fika mu. Jelas aja, bunda bahagia banget. Insya Allah, kalian langgeng ya..," ujar bunda. "Aamiin ya Allah," sahutku dan Dini kompak. Ia memotretku bersama mama dan ibundanya juga. Lalu, Dini kufoto bersama bundanya dan mamaku. "Mmmm. Mas Tata. Mama seneng bisa ke Eropa sama kamu, juga calon besan dan calon mantu perempuan mama satu-satunya ini," ucap mama padaku. "Iya, Nak. Ibu juga seneng banget bisa kesini sama Dini, juga calon besan dan calon mantu lelaki ibu," balas bunda sembari menepuk pelan pundakku. "Mama, Ibu. Ya...Ini kan, karena kita bertiga nemenin Dini yang pelatihan disini," timpalku sambil melirik Dink. "Iya, bunda dan mama. Dini sengaja ngajak bunda, mama dan Mas Tata kesini untuk nemenin, biar pelatihannya makin semangat. Untuk pretest nya sih, baru bisa dikerjain malam nanti sampai jam 8 pagi besok. Sekali kerjain soal ya...waktunya setengah jam aja. Bisa dikondisikan sih. Jadi, kita jalan dulu hari ini," jelas Dini pada kami. "Ok sayang. Mmmm. Karena cuacanya lagi enak, aku udah pesenin kapal tuh, kita keliling Danau Zurich pake kapal," selaku. Aku tahu betul kalau calon istriku, juga mama dan calon ibu mertuaku memang ingin naik kapal keliling danau indah tersebut. "Mas...Kok kamu tahu sih, kalau aku sama bunda dan mama pengen naik kapal keliling danau?," tanya Dini. "Iya donk sayang. Kan aku bisa nebak isi hati kamu," balasku sekenanya sambil merangkul Dini. "Kamu ya....tau aja deh," sambung Dini dan ia balas merangkul pinggangku. Kemudian, kami naik kapal dan keliling danau. Mama, juga Dini dan bunda malah minta berhenti ke Rapperswill, sebuah kawasan yang penuh dengan ratusan jenis mawar yang sangat indah serta berhawa sejuk. Kami memiliki 15 menit untuk berada dikawasan ini dan setelahnya, lanjut keliling lagi. Puas keliling serta mengabadikan momen dengan video serta foto, kami memutuskan kembali ke Kota Tua Zurich dan menuju hotel untuk istirahat. Malamnya, kami menikmati pemandangan dari kamar hotel karena sudah lumayan capek. Belum lagi, Dini harus fokus mengerjakan pretest untuk pelatihannya besok. Selama Dini pelatihan, kami bertiga malah dikawal oleh tour guide untuk keliling ke beberapa tempat indah di Zurich. 'Bunda. Udah tidur?,' tulisku saat kami chat. Ya. Aku tidur dengan mama dan Dini dengan bundanya. 'Belum, Yah. Baru kelar nih ngerjain pretest. Huft. Susah banget. Tapi..pengumuman skor nya besok sih. Semoga aja gak banyak salah. Hehehe,' tulis Dini. 'Ya udah. Bunda istirahat dulu. Besok acaranya. Bismillah ya sayang,' balasku. Lalu, kami tidur di kamar masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simphoni Cinta
RomanceCinta kadang hadir tanpa diduga. Jatuh, bangun, dan jatuh lagi sudah kurasakan. Tapi kali ini, apakah ada ketulusan yang kucari? Akankah ada cinta tanpa tapi untukku? Adakah cinta tanpa syarat seperti yang disebut orang selama ini? Dikta Povv