Saat aku ditinggal dirumah Tante Gya. Tante dari Dini itu menceritakan kisah masa kecil calon istriku. "Dari kecil, Dini emang udah keliatan pinter banget. Makanya, Tante gak heran kalau dia bisa seperti sekarang, jadi dokter spesialis penyakit dalam yang terbaik dan malah, naik jabatan sebagai wakil kepala rumah sakit sebelum berusia 40 tahun. Itu memang target Dini sih, setahu Tante. Makanya, Dini selalu jadi contoh yang baik kalau soal studi. Soal percintaan, dia jarang banget bisa takluk sama cowok. Dulu, dia pernah pura-pura pacaran loh, saking keselnya ditanya kapan nikah terus. Tapi, kemudian dia sadar kalau hal yang dipaksa dan pura-pura tuh gak akan berujung baik. Makanya, pas dia bilang sama tante kalau dia mau tunangan dan calonnya adalah kamu, ya..Tante kaget banget. Rupanya, Nak Dikta ini yang berhasil menaklukkan hati keponakan cerdas Tante," cerita Tante Gya. "Trus, Kak Dini tuh orangnya baik bangeet, deh, Mas. Waktu aku mau sidang skripsi minggu lalu, dia kirimin uang dan malah, uang untuk wisuda aku juga dibayar sama Kak Dini. Alhamdulillah sih, Mas, aku lulus dan kata Kak Dini, gitu abis wisuda, aku nemuin dia di Mitra Persahabatan aja karena mau kasih aku kerjaan sebagai ahli gizi. Ya...Kalau gak di Mitra Persahabatan pusat di Jakarta ya...di Mitra Persahabatana di Depok yang deket sama rumah ini," tambah Ifa dan aku jadi makin memahami karakter serta kebaikan Dini. Semuanya semakin membuatku mantap untuk tetap memilih Dini. "Ya...Dini memang baik banget, Tante. Pas saya sakit, dia yang rawat tanpa pernah ngeluh. Kalau ngomong sama saya, walau lagi kesel atau mood nya jelek, dia gak pernah ngebentak sekalipun. Saya inget banget Tante, Dini pernah bantuin saya pas lagi sakit banget trus waktu bikin album perdana dengan tim manajemen saya diluar Hexa, dia juga support banget. Saya Insya Allah udah mantap memilih Dini," balasku. Tak lama, kudengar suara mobil kekasihku itu. Ia pulang juga dan kulihat, ia sangat bahagia. "Mmmm..Kamu kenapa sayangku? Seneng amat," godaku. "Iya nih..Ponakan kesayangan Tante kenapa sih?," balas Tante Gya. "Tante, Mas Ta dan Ifa. Dini bawa kabar bahagia lagi. Alhamdulillah, seminar tadi sukses besar dan 1 lagi...ini untuk Ifa sih. Nanti, abis lamaran Kakak dan juga Mas Ta, Ifa udah bisa langsung kerja di Mitra Persahabatan di Depok. Kakak udah omongin tadi sama bagian kepegawaian nya dan gitu liat nilai kamu, mereka langsung menerima. Trus, Insya Allah, kalau kinerja kamu oke, Fa, kamu mau dikuliahkan S2 setelah 2 tahun kerja," jelas Dini. "Masya Allah Nak..Lagi-lagi kamu bantuin Tante dan Ifa. Makasih, anakku," ucap Tante Gya. Ia peluk Dini dan Ifa juga memeluk kakak sepupunya itu. "Nah. Karena hari ini lagi bahagia, abis zuhur nanti, saya sama Dini mau ngajak Tante dan Ifa jalan deh, sekalian buka di luar," ajakku. Lalu, kami bersiap dan usai sholat zuhur dengan aku sebagai imam, kami berangkat dengan mobil milik Dini. Aku yang menyetir dan Dini disampingku. "Fa. Ini ke butiknya Kak Bella dulu. Dia tuh, temen kakak waktu SMA di Jogja. Kakak mau beliin baju untuk keluarganya Ifa dan Tante Gya dari pihak almarhum Om Chandra, trus untuk Ifa dan Tante juga. Tapi, dari sana, kita lanjut ke Kokas deh, karena kakak mau nambahin baju buat Ifa dan Tante Gya juga. Hehehe....Kalau untuk busana yang dipake untuk lamaran sih, udah bunda yang urusin. Ready di Jogja kok," ujar Dini. "Ok. Ifa tunjukin deh. Ifa juga, kalau beli baju ya disana, Kak. Mama tuh, sering dikasih diskonan sama Kak Bella," balas Ifa. "Masya Allah Nak..Kamu ya, beneran anak baik loh. Soal lamaran kamu, Insya Allah dimudahkan ya sayang....Nanti, Tante dan Ifa Insya Allah berangkat ke Jogja di hari ketiga lebaran. Ya..biar bisa bantu bunda kamu, Nak," balas Tante Gya. "Iya Tante. Kalau keluarga lainnya sih, baru ke Jogja di hari keempat lebaran dan keluarga Mas Ta nyusul di hari kelima, deh," ujar Dini. Kuusap rambut Dini dengan sayang. "Iya, doain ya Tante, biar acaranya lancar," sahutku sembari konsentrasi menyetir dan tak lama, kami tiba juga di butik Bella, teman SMA ku yang kini sudah menjadi pengusaha pakaian. Disana, aku menemani calon tunanganku bersama Tante Gya dan Ifa. Karena itu, aku harus memakai masker, jaket dan kacamata hitam agar tak dikenali. "Nah. Tante sama Ifa selamat milih yaaaaa....Untuk keluarga almarhum Om Chandra sekalian. Kalau yang di Kokas nanti, itu khusus untuk Tante dan Ifa," ujar Dini dan ia masih memegang tanganku. Kemudian, Dini sempat mengajakku ke rumah Bella, pemilik butik terkenal itu. "Astaga..Ini Mas Dikta yang penyanyi kan? Dini..Lu tuh ya......gue ikut seneng lu akhirnya jadi sama Mas cakep ini. Karena gue seneng, gue diskon in belanjaan lu," ucap Bella. Aku tersenyum sopan. Ya. Dini memang mengenalkanku pada keluarga serta para sahabatnya, sepertiku yang dengan bangga mengenalkan Dini pada keluarga, sahabat serta Dikta Lova dimanapun. Usai dari rumah Bella, Dini membayar semua belanjaan dan kami langsung menuju Kokas alias Kota Kasablanka Mall karena ada beberapa barang yang akan dibeli jelang aku dan Dini mudik ke rumah orang tua masing-masing. Tante Gya dan Ifa ikut juga. "Mas. Kita buka dulu deh kayaknya. Aku udah booking tempat makan kok," usul Dini. "Boleh. Kita langsung aja ke tempat makan, baru abis itu sholat di musholla mall dan lanjut belanja," balasku. Tante Gya dan Ifa setuju. "Nak Dikta. Ini sampe kalian traktirin tante dan Ifa disini loh," komentar Tante Gya. "Ya...Gak masalah, Tante. Anggap aja itu wujud syukur karena sebentar lagi, kami mau lamaran dan Insya Allah akan menikah sesuai kesepakatan tanggal dari 2 keluarga," balasku sambil melirik Dini. "Iya, dan juga syukuran karena setelah lamaran saya dan Mas Ta, Ifa bisa langsung kerja. Kan wisuda nya masih akhir bulan. Ya....Insya Allah bisa dikondisikan kok, dek. Jadi, kamu kerja dan nanti pas di tanggal wisuda, dapat izin khusus dari rumah sakit," sahut Dini sambil balas melirikku. Usai makan dan sholat maghrib, kami semua belanja dan malam itu, aku dan Dini serta keluarga Tante Gya menginap dirumahku karena terlalu malam jika harus ke Depok. Baru besok pagi, kami antar Tante Gya dan Ifa lagi. "Kak Dini nih emang baik banget, Mas, apalagi sama aku. Ya....Aku cuma mau, Mas Dikta jagain kakak aku ini," ujar Ifa padaku. "Insya Allah, dek. Mas Tata akan jaga kakak kamu dengan baik," sahutku. Saat itu, kami sudah tiba di rumahku. "Mas Ta. Ini, tante bingung deh, mau simpan makanannya dimana ya?," tanya Tante Gya. "Oh...Di kulkas ini aja nih, Tante. Biar Mas Tata bantuin. Dini lagi ganti baju deh kayaknya," jawabku. Ya. Kami membeli makanan untuk sahur sekalian lantaran dirumahku tak ada makanan. Tak lama, Dini muncul. "Mmm..Nanti pas sahur, tinggal diangetin aja makanannya," sela Dini dan kurangkul pundak kekasih tersayangku. Lalu, kami beristirahat dan saat sahur, kami makan bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simphoni Cinta
RomanceCinta kadang hadir tanpa diduga. Jatuh, bangun, dan jatuh lagi sudah kurasakan. Tapi kali ini, apakah ada ketulusan yang kucari? Akankah ada cinta tanpa tapi untukku? Adakah cinta tanpa syarat seperti yang disebut orang selama ini? Dikta Povv