Saat aku harus show, keesokan harinya, Salsa yang menemani Dini. "Mbak. Udah kelar teleponnya ya?," tanya Salsa pada Dini sembari membawakan makanan. Ya. Mereka tak berpuasa lantaran Salsa datang bulan dan Dini masih penyembuhan plus masih memakai infus. "Udah. Tadi tuh, bunda nya Mbak dan mama sih yang videocall. Mereka nanyain busana untuk lamaran nanti. Ternyata, udah diurus sama bundanya Mbak. Nanti, semua keluarga pake baju warna blue sky. Modelnya beda-beda. Mama sih minta tunik sama celana panjang, dan yang lainnya dress. Udah sesuai juga sama badan masing-masing. Liat deh. Kalau kamu dan Tami, pake midi dress sesuai permintaan. Mbak Fika, kakak iparnya Mbak juga sama sih. Kalau tante-tante yang lain dari pihak Mbak dan Mas mu, ada yang pake gamis gitu," jelas Dini. "Mmmm..Gila..Keren semua. Ini desainer Jogja yang buat ya, Mbak?," tanya Salsa. "Iya benerrr....Hehe. Kalau Mbak dan Mas mu....busananya pake blue sky juga. Mas mu pake kemeja koko nlue sky dan celana warna silver muda kayak di kombinasi gaun Mbak. Mbak pake gamis sih, tapi beda gitu. Malah kayak gaun panjang ala Korea," jawab Dini. "Masya Allah..baru liat bajunya aja udah keren banget. Nah kan..bajunya Mbak Dini dan Mas Dikta tuh bisa senadaaaa banget deh, warna nya. Dress yang mau Mbak pake tuh, unik gitu modelnya. Kayak dress Korea tapi lebih sopan, kan pas banget, lamaran di momen Lebaran an," puji Salsa. Tak lama, aku pulang juga. "Mas," sapa Dini padaku. "Iya sayang," sahutku. "Ini, tadi bunda dan mama videocall. Biasa..bahas persiapan lamaran. Tadi bahas baju yang akan kita kenakan," jelas Dini. Ia mulai terlihat lebih baik meski masih diinfus. "Trus gimana persiapannya, sayang? Udah sampe mana? Ya ampuuun..aku malah belum terlalu prepare karena masih sibuk," sahutku dan spontan, kuusap rambut Dini. "Ya..tadi bahas busana nya. Trus, untuk Mas Ichan dan Mas Komeng udah kubeli sekalian, Mas,"ujar Dini dan ia bersandar dipelukanku. Dini juga memperlihatkan busana lamaran yang akan kami pakai. "Bagus banget loh gamis kamu, Sayang," komentarku. "Iya, kemeja koko dan celana kamu juga keren sih, Mas. Oh iya, nanti ada Mey, sahabat terdekatku, dan dia datang sama suami serta anak-anaknya. Mereka tinggal di Jogja juga, Mas," balas Dini sembari tersenyum kearahku. "Wah. Bagus donk, kalau sahabat kamu juga ikut hadir, Sayang. Mereka sekalian dikasih seragam juga. Nah. Karena aku sekeluarga datang ke Jogja di H-2 acaranya, masih sempat fitting gak?," tanyaku pada Dini. "Udah, Mas. Pihak desainer nya bilang, mau fitting kapan aja ya..terserah kita, asal jangan di hari pertama sampai ketiga lebaran. Seragam untuk keluarganya Mey, kalau kata bundaku sih, udah dipesenin sekalian. Kan, Mey sekeluarga udah kayak saudaraku sendiri," jawab Dini dan kulihat, ia sangat bersemangat saat membahas masalah lamaran meski kondisinya belum terlalu pulih. Aku juga sangat antusias dan bahkan, aku tak sabar untuk menikahi Dini secepatnya begitu lamaran selesai. Namun, ini masih harus dibahas dengan keluarga dari kami berdua terkait tanggal pernikahan serta hal lainnya. "Mas. Untuk lokasi lamaran, kalau kata Mas Reza sih, udah di booking kan di tempat temannya Mas Reza. Tempatnya bagus sih, sesuai sama yang kita mau," ucap Dini sembari memperlihatkan foto lokasi acara lamaran. "Iya sayang Bagus banget. Trus....Aku mau minta rekening Mas Reza. Kan mau ganti uangnya Mas Reza yang kepake untuk DP lokasinya," sahutku dan Dini berucap, "Mas. Kalo kata Mas Reza sih gak usah. Itu emang hadiah Mas Reza untuk kita." Kulihat, Dini tersenyum sangat manis. "Iya, sayang...Aku bantu apa donk?," tanyaku sambil menatap sayang Dini. "Mas. Dengan kamu pilih aku aja, aku udah bahagia banget," bisik Dini dan kuusap sayang rambutnya. "Sayang..Gak gitu juga. Mmmm. Atau, aku lebih fokus ke persiapan nikah nanti deh. Untuk sekarang, palingan nambah di seserahan lamaran untuk kamu, Bunda," ujarku sambil menatap sayang Dini dan tunanganku bahkan menyerahkan urusan seserahan untuknya sesuai dengan apa yang aku putuskan. Kalau sudah begitu, giliran aku yang agak puyeng karena harus menyesuaikan dengan selera calon tunanganku. Tapi....itu bukan masalah. "Ya ilah Mas...Udah mesra aja. Well. Tadi mama kirim salam. Katanya, jangan lupa cek WA," sela Salsa dan aku segera mengecek WA mamaku. Ternyata, mama mengirim beberapa catatan barang yang harus kusiapkan untuk hantaran alias seserahan di momen lamaran nanti. Bahkan, sebagian sudah dihandle oleh mama, dan aku tinggal menyiapkan perhiasan saja. Untuk itu, aku kebetulan sudah membeli kalung, gelang dan anting yang juga pasangan dari cincin wedding proposal Dini di counter Frank & Co. Kekasihku itu bahkan ingin dilamar secara resmi didepan keluarga dengan cincin yang kuberikan saat wedding proposal. Jadi, aku hanya menyiapkan cincin paladium tanpa diamond untuk cincin pertunanganku sendiri dan sudah kubeli tadi, begitu usai manggung di salah satu mall.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simphoni Cinta
RomanceCinta kadang hadir tanpa diduga. Jatuh, bangun, dan jatuh lagi sudah kurasakan. Tapi kali ini, apakah ada ketulusan yang kucari? Akankah ada cinta tanpa tapi untukku? Adakah cinta tanpa syarat seperti yang disebut orang selama ini? Dikta Povv