Cinta dan Dilema

46 0 0
                                    

Sepeninggalku. Tanpa kutahu, Dini mendapat teror dari Sita. "Astaghfirullah.....DM IG ini lagi. Ini sih beneran Sita, mantan pacarnya Mas Dikta. Aku ingat betul bagaimana perlakuan dia ke Mas Dikta pas pertama kami bertemu dan aku yang nanganin Mas Dikta yang waktu itu sedang sakit tapi harus manggung. Dia ngancam mau ambil Mas Dikta. Ya Allah....Kuatkan aku, juga cintaku dengan Mas Dikta. Aku percaya, jika Mas Dikta memang untukku, ia akan mendekat. Tapi jika ia bukan takdir cintaku, aku yakin, jalan Mu lebih indah dari rencana yang sudah aku dan Mas Dikta buat," batinku. Aku membalas DM IG itu dengan tulisan, 'Sita. Mas Dikta bukan barang yang seenaknya kamu buang dan ambil kembali. Dia juga bukan robot yang gak punya hati. Dia manusia dan untuk masalah jodohnya, bebaskan dia untuk memilih karena dia tahu, kemana hatinya akan berlabuh. Percayalah, jika Mas Dikta mencintai kamu dan dia untukmu, sekalipun saat ini Mas Dikta bersamaku, ia akan kembali padamu. Kalau itu terjadi, aku akan berusaha untuk bisa ikhlas dan menata lagi hidupku. Tapi sebaliknya, jika Mas Dikta memilih hatiku untuk ia menetap dan pulang, tentu, dengan jalan Allah, Mas Dikta akan kembali padaku dan kamu yang harus ikhlas. Cinta bukan perkara saling memiliki, tapi level tertinggi cinta adalah mampu mengikhlaskan orang yang kita sayangi untuk pergi demi menjemput bahagianya meski bahagia itu bukan dengan kita.' Tak lama, Dini dikejutkan dengan teleponku. "Hey Bunda. Sayang. Maaf ya, ayah telepon bunda jam segini. Ayah baru di DM sama Sita, juga papinya. Mereka ngajak ketemuan besok pagi. Tapi, ayah udah gak mau berurusan lagi sama mereka. Ayah inget banget gimana mereka sangat gak ngehargain ayah waktu ayah masih di Hexa. Jadwal yang seenaknya, ayah gak ada waktu untuk keluarga ayah, juga pas papa meninggal pun, mereka dengan tega nya masih nyuruh ayah kerja segera setelah pemakaman. Pas ayah sakit pun, gak ada rasa peduli dari mereka sedikitpun sama ayah dan waktu itu, Bunda sempat lihat langsung juga kan? Itu..yang pertama kita ketemu dan bunda yang rawat ayang pas ayah sakit di acara OJK. Bunda. Ayah gak mau nemuin mereka karena itu. Palingan, mereka hanya mau ayah balik karena Hexa sedang dalam masalah sekarang ini. Ya...setelah ayah keluar dari Hexa, beberapa artis yang potensial pun menyusul keluar karena gak tahan dengan sistem kerja disana. Bunda. Disana tuh, kalau artis nya lagi booming, langsung digeber jadwal kerjaan banyak banget sampai gak mikirin kondisi fisik dan mental artis nya. Kan itu gak sehat," curhatku pada Dini. Aku sampai menelepon kekasihku itu karena aku tak tahu harus bagaimana dan Dini adalah satu-satunya orang yang bisa menjadi partner dalam segala hal untukku. "Ayah. Kalau saran Bunda, sebaiknya ayah temui mereka. Tanya dulu deh, apa mau mereka sama ayah. Yah. Tadi Sita DM ke IG bunda. Dia minta sama bunda untuk serahkan ayah ke bunda. Ya..Bunda balas aja kalau bunda membebaskan pilihan itu ke ayah," balas Dini dan itu sangat mengagetkan untukku. Bagaimana tidak. Dini justru membebaskanku untuk memilih dan menurutku, itu pilihan yang sangat mudah karena hatiku sudah menetap pada Dini, dokter cantik yang sangat kucintai. "Bunda. Ayah tentu saja memilih bunda untuk ayah cintai dan sayangi sampai kapanpun. Kita mau tunangan, sayang. Ayah tegaskan sekali lagi, ayah pilih bunda. Ayah tuh sayang sama Bunda dan ini serius. Ayah bahkan pengennya, kita sampai menikah nanti, Bunda," sahutku. "Ayah. Jangan jadikan alasan pertunangan kita sebagai hal yang menghambat ayah untuk memilih. Ayah pikirkan dulu dan selama ayah belum memutuskan apapun, kita jangan saling telepon dulu, ya. Ini juga untuk menguji, seberapa sabar kita dalam menghadapi berbagai hal ke depannya. Kalau kita emang jodoh, kita Insya Allah bertemu kok, dengan jalan Allah. Ya udah. Bunda mau istirahat. Ayah jangan lupa tidur," timpal Dini. Tanpa kutahu, kekasihku itu menangis diam-diam. Tapi, itulah Dini. Ia selalu bisa menutupi rasa sedihnya walau akhirnya, aku tahu tentang apa yang ia rasakan dengan caraku sendiri. Aku memutuskan untuk menuruti apa yang diminta oleh wanita yang sangat kucintai itu.

Keesokan harinya. Tepat pukul 9 pagi, aku menemui Sita dan papinya di kantor pusat Hexa Production. Kuajak Ichan dan Komeng untuk ikut setelah kuceritakan semua pada mereka. "Ta. Kalau lu disuruh balik kesini lagi, lu mau?," bisik Komeng. "Nggak. Gue udah nyaman banget dengan karier solo gue bersama kalian semua," balasku. "Kalau lu disuruh milih antara Dini dan Sita oleh papinya atau oleh Sita, gimana?," tanya Ichan dengan nada berbisik pula. "Jelas. Aku pilih Dini. Aku mencintai Dini dan beneran, gaes. Aku marah banget sama kelakuan Sita yang DM ke IG Dini untuk menyuruh Dini melepaskanku. Bahkan, Dini sampai gak mau aku hubungi dulu sebelum aku memutuskan," balasku tegas. "Gila banget tuh kuyang. Dia sampe DM Dini? Astaga...Kasian pacar lu itu, Ta," sahut Komeng. "Makanya. Padahal, Dini tuh baik banget dan dia gak salah apapun loh sama Sita. Trus ngapain coba, dia sampe kayak gitu banget? Gue sih udah bilang sama Dini kalau gue tetap pilih dia. Cuma ya....Dia gak mau kami saling menghubungi dulu sebelum ini kelar," curhatku. "Ya udah. Semoga aja ini semua cepet kelar deh Bro," balas Ichan. Para sahabatku itu paham kalau aku memang sangat mencintai Dini. Tak lama, kami disuruh masuk ke ruang kerja papinya Sita dan disana sudah ada Pak Jason, ayahanda Sita dan Sita sendiri. "Nak. Duduk dulu. Gini. Saya sebagai pimpinan Hexa mau minta maaf atas semua hal yang terjadi belakangan ini dengan kamu. Maaf karena kami lalai dalam menjaga kondisimu hingga kamu sakit pun, kami masih memaksamu bekerja. Nak Dikta. Tentunya kamu tahu, kami sedang ada beberapa masalah dan untuk itu, kami mau, Nak Dikta kembali bersama Hexa. Kita revisi semua kontraknya. Selain masalah kontrak, saya sebagai orang tua Sita juga, sangat berharap kalau kalian berdua bisa menjalin kasih seperti dulu. Nak. Sita ini sudah niat mau berubah  jadi lebih menghargai kamu dan ya....dia masih mencintaimu. Kembalilah pada anakku satu-satunya, Nak Dikta. Nanti setelah pernikahan kalian, semua aset akan saya serahkan untuk kalian berdua untuk dikelola dengan baik. Tentu, Nak Dikta tahu kan, berapa aset kami," ujar Pas Jason dan kuakui, masih ada nada sombong dari ucapan beliau padaku. "Iya, Dikta. Maafkan aku karena aku dulu sangat meremehkan kamu. Aku sekarang sadar, kamu gak pantas mendapat perlakuan seperti itu. Beb. Kita bisa kok, balikan lagi kayak dulu dan bertunangan. Kan karier kamu di musik, nyambung sama pekerjaanku di production house yang sebesar Hexa ini. Kita akan jadi best couple nanti, Beb," balas Sita. "Pak Jason dan Mbak Arsita Damayanti. Maaf. Saya kesini mau menyampaikan 2 hal. Untuk tawaran kembali ke Hexa, saya tidak bisa menerima karena saat ini, saya masih menjalani jadwal promo album terbaru saya dan mau persiapan untuk beberapa pekerjaan serta mulai menyusun konsep untuk album berikutnya. Kemudian, untuk kembali ke Sita lagi, itu gak mungkin karena saat ini, saya sudah memiliki calon istri yang sangat saya cintai dan hormati. Walau calon istri saya tidak bekerja di industri musik, tapi dukungannya sangat berarti untuk saya serta tim sehingga kami bisa berdiri sendiri dan Alhamdulillah, album yang untuk pertama kali saya serta tim kerjakan tanpa label rekaman manapun, bisa sukses seperti sekarang. Maaf. Saya rasa, gak ada yang harus kita bahas lagi karena semua jawaban saya sudah sangat jelas. Saya pamit karena masih banyak yang harus saya selesaikan. Assalamualaikum," ucapku tegas seraya memberi kode ke Komeng dan Ichan untuk meninggalkan tempat yang jujur saja, menginjakkan kaki kesana pun, aku sangat enggan. Tapi, begitu kami akan keluar dari ruang kerja Pak Jason, suara Sita yang panik menghentikan kami. Rupanya, Pak Jason pingsan dan aku tahu, kemungkinan beliau anfall lagi karena beliau ada riwayat penyakit jantung. "Dikta. Tolong papiku," ujar Sita padaku. "Meng. Yok bantuin," sahutku akhirnya. Aku ingat pesan kedua orangtuaku untuk membantu mereka yang memerlukan pertolongan, siapapun dia. Dini juga seringkali mengingatkan hal yang sama denganku. Komeng dan Ichan membantuku untuk membawa Pak Jason ke rumah sakit. "Kita bawa ke Mitra Persahabatan aja karena itu rumah sakit terdekat," ujarku spontan. Semua setuju dan Sita diam saja karena ia mencemaskan kondisi papinya. Lalu, Ichan segera menyetir mobil setelah kami membawa Pak Jason ke mobil beliau. Kukatakan pada drivernya agar membawa Pak Jason ke RS Mitra Persahabatan.

Simphoni CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang